Part 4

2.6K 50 1
                                    

            Pagi harinya, Reyna dan Arya memilih pergi dari rumah pagi-pagi. Arya sengaja merencanakan hal ini agar Reyna tidak bertemu dengan sang Mama terlebih dahulu. Arya tau. Luka itu takkan bisa sembuh dalam semalam. Arya tau, kesedihan itu takkan berakhir hanya dengan diam. Dan Arya sangat tau, sang mama akan kembali mengungkit hal ini. Ia tidak mau hal itu. Sungguh. Ia tidak mau hati gadis kecilnya kembali terluka. Ia tidak mau hati gadis kecilnya kembali beerdarah. Astaga, luka yang selama ini ia sembunyikan mungkin sudah bernanah, dan ditambah lagi dengan semalam? Ya Allah, sungguh Arya tidak bisa membayangkan hal itu. Hatinya seperti diremas-remas, paru-parunya seperti terseumbat, ia tidak sanggup membayangkannya.

            “Kakak dengerin aku gak sih?” pekikan sebal Reyna menyadarkan Arya dari lamunannya. Ia lalu mengerjapkan matanya dan menatap Reyna yang menatapnya dengan cemberut. Arta tertawa lalu membelai pipi Reyna lembut.

“Maaf deh, tadi ngomong apa?” tanya Arya. Reyna berdecak sebal.

“Reyna tadi tuh cerita kalau lusa Reyna mau ke hutan, ada pelatihan pecinta alam. Hwaa Reyna gak sabar. Ntar Reyna bisa kemah, liat bintang sambil tiduran di padang rumput, terus dengerin binatang malam di hutan. Pasti seru.” Ucap Reyna memayangkan, Arya tersenyum.

“Gak bahaya kan?” tanya Arya sedikit khawatir. Reyna memandang Arya lekat.

“Ya gak dong, kan ada pembinanya.” Ucap Reyna sambil kembali memakan roti bakarnya. Arya mengangguk. Tapi, berapa lama dia harus berpisah dengan Reyna? Astaga tidak lama bukan?

“Emm, berapa lama kamu kemahnya Re?” tanya Arya.

“Emm ma…” gumam Reyna sambil mengunyah makananya.

“Hah?” tanya Arya tidak paham. Reyna mengangkat tangannya dan mengangkat lima jarinya.

“What? Lama banget sih?” pekik Arya. Reyna memandang Arya lalu meminum minumannya.

“Iya sih emang lama, Rere jadi gak bisa ketemu Kakak…” gumam Reyna pelan, perlahan Arya tersenyum. Tuhan, untunglah. Ternyata bukan hanya dirinya yang merasa kehilangan, tapi sosok di sampingnya juga merasakan hal ini.

“Kakak pasti kangen sama kamu.” Bisik Arya, Reyna tersenyum lalu mengecup pipi Arya cepat.

“Kakakku yang ganteng, Rere juga akan kangen. Apalagi ama roti bakarnya.” Ucap Reyna bercanda, membuat Arya tertawa lalu membelai rambut Reyna. Bisakah kau menganggap Kakak bukan hanya sebagai ‘KAKAK’ saja Re? Bisakah lebih dari itu? Please….

“Kok ngelamun sih?” gerutu Reyna, Arya tersadar lalu tertawa singkat.

“Udah selesai makannya? Kakak mau jalanin lagi mobilnya.” Ucap Arya, Reyna mengangguk lalu tersenyum manis.

“Reyna sayang sama kalian.” Bisik Reyna. Namun cukup untuk di dengar oleh Arya.

            Arya menepikan mobilnya lalu keluar, membukakan pintu untuk Reyna.

“Astaga…. Ganteng banget…” pekikan seperti itu sudah sering ia dengar. Arya hanya bisa tertawa.

“Ish tuh liat, semua temen-temen aku pasti heboh kalau Kakak keluar…” ucap Reyna cemberut, Arya tertawa pelan.

“Emang Kakak ganteng mau gimana lagi?” goda Aryan arsis. Reyna melengos sebal, tapi ia lalu terseyum.

“Kakak emang sih ganteng, tapi nyebelin.” Ucap Reyna manis, membuat Arya gemas.

“Awas ajah kalau ntar sampai rumah.” Ancam Arya, Reyna tertawa pelan.

“Reyna sayang sama Kakak, Reyna gak mau kehilangan Kakak.” Bisik Reyna, Arya tersenyum lalu membelai pipi Reyna lembut.

My Beautiful SistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang