Sista

3.1K 55 3
                                    

Dua belas tahun kemudian…

Pagi itu Arya sedang sibuk mencari sepatunya yang hilang entah kemana, dan sudah bisa dipastikan kalau Reyna yang menyembunyikannya.

“Reyna! Sepatu Kakak mana?” teriak Arya keras, Reyna yang ada di kamar tertawa tanpa suara. Ia sampai harus memukul-mukul boneka teddy bearnya karena tidak kuat menahan tawanya. Sang Mama dan Papa yang sudah duduk di meja makan hanya bisa menggeleng saja.

“Arya jangan teriak-teriak Nak.” ucap Papanya.

“Apa sih Kak?” tanya Reyna dengan wajah polosnya. Arya menatapnya tajam dan kesal.

“Sepatu Kakak mana?” tanya Arya. Reyna menggeleng dengan tampang polos. “Reyna gak tau.” jawab Reyna. Arya menatap adiknya yang tersenyum polos.

“Mana?” tanya Arya lagi, namun Reyna kembali menggeleng, dan…

“Kembalikan sepatu kakakmu Reyna!” perintah sosok wanita yang memperhatikan mereka dengan tatapan tajam. Diana. Reyna terdiam takut.

“Reyna gak…”

“Kembalikan!” bentak Diana keras membuat Reyna langsung terdiam.

“Mama!” tegur Anton keras. Reyna merasa matanya memanas, kenapa? Kenapa mamanya suka sekali memarahi dia? Kenapa Reyna selalu menjadi nomor dua dan tersisihkan di mata mamanya?

“Sepatu Kakak ada di bawah meja dapur, Reyna berangkat!” ucap Reyna lalu berlari keluar rumah.

“Reyna!! Sarapan dulu sayang!!” panggil Anton, namun Reyna hanya menggeleng dan tetap berlari keluar sambil berseru.

“Reyna gak laper!” teriak Reyna.

“Reyna!!!” teriak Arya sambil mengejar Reyna. Reyna tetap berlari, namun langkahnya terhenti begitu ada yang menahan tangannya dan menariknya ke dalam pelukan hangat. Reyna terdiam saat mengenali tubuh ini, Arya.

“Reyna… jangan lari gitu donk…” bisik Arya lembut, dan tanpa bisa dicegah, air mata mengalir dari dua mata indah itu.

“Reyna cuma becanda, tapi kenapa Mama marahin Reyna Kak?” ucapnya sesenggukan, Arya memper erat pelukannya.

“Ssst.. maafin Kakak yah? Kakak gak berniat buat kamu dimarahin Mama.” ucap Arya sambil menghapus air mata di pipi Reyna. Reyna menganguk dan pelan.

“Bukan salah Kakak kok.” Jawab Reyna pelan, Arya tersenyum lalu membelai rambut Reyna.

“Tunggu disini, Kakak mau pakai sepatu, kita berangkat bareng.” pinta Arya, ia lalu segera masuk ke rumah, sedangkan Reyna duduk di bangku taman rumahnya.

Saat Arya sudah sampai di meja makan, Arya langsung menatap Mamanya protes.

“Kenapa sih Mama marahin Reyna?” tanya Arya kesal.

“Kamu bisa terlambat kalau dia main-main terus sayang.” Jawab Diana santai, Arya menatap Diana lekat.

“Dia anak Mama!! Sama kayak aku, jadi jangan terlalu bela Arya Mam! Arya udah gede.” pinta Arya.

“Dia hanya anak panti.” ucap Diana pelan, namun mampu membuat darah Anton dan Arya mendidih seketika.

“Mam!!” teriak mereka bersamaan.

“Jangan sampai Reyna mendengar ucapan kamu Ma! Sekali lagi kamu bicara seperti itu, jangan harap Papa akan diam saja!” ucap suaminya tegas. Diana hanya menunduk sedangkan Arya menatap mamanya lekat.

“Reyna sangat berarti buat Arya Mam, dan Arya gak akan tinggal diam kalau sampai Reyna terluka. Jadi Arya mohon, jangan sakitin Reyna lagi.” pinta Arya, ia lalu segera berlalu dari hadapan mamanya.

My Beautiful SistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang