Haloo.... Selamatt malam..... Akhirnya bis menyapa kalian semua....u,u
Eh tp beneran deh, Kemarin untuk pertama kalianya sih aku bener2 ngerasa ide bisa mampet seMAMPET itu.... Oke deh saya kok malah curhat yah? Hehehe maafkan.. Oke deh tanpa lama2 silahkan menikmati cerita yang gini2 ajah... And please... don’t be silent readers.... J
^My Beautiful Sista Part 10^
“Reyna hilang.” Hanya dua kata itu. Yah, hanya dua kata yang mampu membuat Elang merasa ada sesuatu yang menembus hatinya.
“What?” tanya Elang pelan, terdengar helaan nafas pelan.
“Dia pergi. Gue mohon, bantu gue nyari Reyna.” Pinta Arya. Dan Elang hanya mampu diam. Apa yang sebenarnya terjadi?
*****
Anton menatap foto Reyna yang tertawa lepas. Ia juga memegang gelang kaki anaknya, malaikat kecilnya.
“Kamu dimana Sayang? Kenapa kamu ninggalin Papa Nak? Kenapa?” isakan itu kembali terdengar, membuat Diana menatap suaminya sedih dan bersalah.
“Mama minta maaf Pa, ini semua....” ucapan Diana terhenti saat melihat Anton menatapnya lekat.
“Puas? Bukannya ini yang selama ini kau mau? Apa salah Reyna padamu Diana? Dia anakku, dia segalanya untukku... Apa aku pernah menuntutmu merawatnya? Tidak... Tidak pernah! Aku merawat dia deng tanganku sendiri. Aku menimangnya dalam dekapanku, kata yang pertama dia ucapkan, adalah ‘PAPA’, tidak tahukah kau Diana? Dia anakku! Tidak perlu hubungan darah agar aku mencintai dia!! Aku membawanya ke kantor saat dia sakit, aku tidak pernah menyuruhmu menjaganya, tapi kenapa kau lakukan ini? Tidak bisakah kau membiarkan dia bahagia? Tidak bisakah setidaknya kau tersenyum pada dia? Tidak bisakah kau membiarkan dia mempunyai sosok ‘PAPA’?” tanya Anton lelah, air mata itu jatuh di pipi sosok laki-laki ini. Diana menundukkan kepalanya, butiran kristal bening itu jatuh dari kedua matanya.
“Dia masih kecil. Dia baru 17 tahun, dia anak gadisku. Apa kau tidak membayangkan bagaimana dia disana? Sudah berapa jam dia diluar sana? Sudah berapa hari dia disana? Apa dia sudah makan, apa dia bisa tidur? Demi Tuhan kenapa kalian tega?!!” teriak Anton keras. Diana menatap suaminya penuh maaf.
“Maafkan Mama Pa, Mama tidak bermaksud melakukan ini.... hiks.... Mama menyesal....” isak Diana memohon, Anton hanya menggeleng lelah.
“Bayangkan jika Arya yang pergi, apa kau sanggup?” tanya Anton lalu meninggalkan Diana yang terisak pelan.
Arya memukulkan tangannya ke tembok. Tangan ini, tangan kotor ini yang telah menampar Reyna. Menampar gadis yang ia cintai. Jika ada yang disalahkan, itu dirinya. Dirinya.
*****
Elang terduduk lemah. Sudah pukul 11 malam, tapi ia tidak menemukan tanda-tanda apapun. Rara dan Dina juga sudah ikut mencari, tapi sama. Semua nihil.
“Kamu gak boleh pergi Rey, kamu masih hutang penjelasan dari aku. Jangan pergi dulu.” Bisik Elang sambil menatap foto Reyna lekat. Baru beberapa saat mereka tertawa bersama, akankah takdir menghapus semua ini? Atau, mereka memang tidak ditakdirkan bersama?
*****
Gadis itu mencuci tumpukan piring yang menggunung. Peluhnya sudah berjatuhan, namun gadis itu tetap melanjutkan pekerjaannya. Jangankah hanya peluh ini, ia bahkan tidak memedulikan teriakan cacing di perutnya. Ini harus segera selesai. Harus. Ia tidak peduli rasa perih yang menyerang perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Sista
RomantizmSiapa yang tau bahwa cinta akan datang pada mereka tanpa mereka sadari... Sebuah Cinta yang mungkin terlarang, atau bahkan TAKDIR lah yang melarang mereka bersatu... TAKDIR memang mempertemukan mereka menjadi dua sosok yang saling menyayangi, tapi a...