Part 5

2.2K 37 0
                                    

            “Si anak pungut itu, namanya....” Aliya menggantung ucapannya. Dan menatap teman-temannya santai. Semuanya akan sempurna......

“Nihh kucing gue!!” teriak Aliya lalu mengeluarkan kucing yang lucu dari tas tangannya.

“Cantik kan? Gue tadi pungut dia dari rumah tante gue.” Ucap Aliya sambil menatap Reyna lekat, dan Reyna memilih memalingkan wajahnya.

“Itu sih namanya bukan anak pungut!” teriak Aro dari belakang, Aliya tertawa pelan.

“Gue pikir beneran anak pungut Al, ternyata kucing.” Celetuk Dony lagi dan kembali membuat Aliya tertawa.

“Emang kalau anak pungut beneran mau elo apain Don?” tanya Aliya memancing.

“Kita bully dong, hahaha....  Gak juga ding! Lagi pula mana ada anak pungut bisa sekolah disini? Ada-ada ajah deh elo....” jawab Dony dengan santainya. Sedangkan Reyna, ia memohon... memohon dengan sangat agar pembicaraan ini berakhir.

            “Stop!! Jangan bercanda! Aliya, duduk di tempat elo. Kita akan berangkat.” Ucap Elang tegas, dan Reyna bersyukur Elang menghentikan pembicaraan ini. Namun saat Elang hendak duduh, Alex menahannya Elang.

“Kita gak nunggu mentor dulu Lang?” tanya Alex, Elang menggeleng.

“Biar mereka ikut mobil anak-anak. Udah terlalu siang.” Ucap Elang lalu duduk di depan.

            Reyna memandang sosok itu lekat. Ia tidak memungkiri, bahwa ia sangat mencintai sosok laki-laki itu. Tapi kenapa takdir menghalangi cinta itu? Apakah ia tidak berhak mendapatkan cinta dari orang lain? Ya Allah, tidakkah Engkau melihatnya? Apakah ini semua rencana-Mu? Tidakkah Engkau melihat luka di hati gadis ini? Dan bagaimana bisa, laki-laki yang mengatakan bahwa ia mencintainyapun tidak bisa melihat luka di wajah Reyna?

            Perlahan, kristal bening itu jatuh. Membentuk sungai kecil yang tak berujung. Dan pemilik mata indah itu tak menyadari bahwa air mata telah mengalir dari kedua bola matanya. Namun sosok sahabat di sampingnya mengetahui, ada yang salah dengan Reyna.

“Hey, elo tau elo bisa cerita sama gue ...” bisik Rara menyadarkan Reyna dari lamunanya. Reyna menatap Rara lelah.

“Sakit Ra .... Rasanya sakit ....” bisik Reyna lirih, dan Rara segera memeluk Reyna erat.

“Lo tau, ada gue dan Dina di samping elo. Lo gak akan sakit sendirian Rey, kita akan saling membagi. Oke?” bisik Rara, Reyna mengangguk mengerti. Rara memandang Reyna lekat.

            Ya Allah, cobaan apa yang Engkau berikan pada sahabat hamba? Jangan Engkau memberi cobaan terlalu berat untuknya.... hamba mohon...

                                                                       *****

            Mereka sampai di tempat perkemahan pukul 10. Cuaca yang cerah sedikit menghibur Reyna. Entah kenapa, sejak kecil gadis ini begitu menyukai alam. Sejuknya udara membuat hatinya tenang. Dan saat matanya menatap ke langit biru, ia menyadari. Bagaimanapun jua, hidup aka terus berlanjut. Bagaimanapun juga, ia harus mampu tertawa, untuk sang papa. Untuk orang-orang yang mencintainya.

“Aku akan ikutin kamu Re, kemanapun itu.” Suara berat bernada tegas itu membuat Reyna menegang seketika. Ia lalu membalikkan badannya dan menatap sosok di depannya terkejut.

“What are you doing here?” pekik Reyna pelan, dan kalian tentu tau bukan dia siapa? Yah, siapa lagi kalau bukan Arya. Arya tertawa lalu menarik Reyna ke dalam pelukannya.

My Beautiful SistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang