Thirteen

1.7K 52 10
                                    

Aku terbangun dan menyadari bahwa nata tidak ada dikamar. Entah kemana anak setan itu pergi. Aku lebih memilih mandi dari pada menunggunya. Aku sudah bosan sama aktivitas disini, rasanya ingin pulang dan memeluk bibi dan kasurku.

"Lun cepet mandinya!"teriak anak setan itu

"Astaga nata. Bikin kaget ih jangan teriak-teriak kenapa sih"omelku

"Ada tamu kesayangan nih cepetan"katanya

Saat aku keluar kamar mandi ternyata bibi sudah berdiri dihadapanku dengan raut wajah sedihnya, menahan tangis.

"Loh bibi sama siapa kesini? Bibi kenapa ko nangis?"kataku memeluknya

"Kangen sama non luna. Bibi khawatit sama non. Maaf baru bisa kesini ya non"katanya

Pecahlah tangisku dan bibi. Baru aja mikirin bibi, kangen banget sama bibi taunya bibi udah disini lagi.

"Bibii kan luna disini. Gapapa kok. Yaudah jangan nangis lagi yaa. Bibi udah sarapan pagi-pagi kesini?"kataku menghapus air mata di pipinya

"Bibi kesini sama nyonya rina,non. Den nata lagi keluar beli makanan sama nyonya"katanya

"Yaudah kita duduk ya? Luna kenalin sama temen luna disini ya? Bibi tunggu sini"

Bibi hanya mengangguk pelan dan aku pergi ketaman mencarinya. Tapi aku tak juga menemukan anak itu.

"Suster lusi! Dirga kemana ya? Yang biasanya ditaman itu sama aku"tanyaku

"Dia.. Em.. Dia.."

"Suster apaansih. Luna lagi serius nih"kataku

"Dia keritis lagi lun"jawabnya

"Di... Dimana ruangannya sus?"tanyaku lagi lemas

"Luna dari sini lurus terus. Ruangannya kedua dari ujung"katanya

Tanpa banyak pikir lagi aku menyeret tiang infusku agar aku bisa setengah berlari. Dan melambai ke suster lusi. Dia sudah mengenalku dan dirga karna dia yang memegang dirga dan aku. Aku berhenti di depan ruangannya dengan perasaan takut aku membuka pintunya pelan dan melihat dia terbaring lemah dengan banyak kabel yang menempel. Apa orang tua dia tau anaknya seperti ini? Dimana perasaan mereka itu sih? Aku mendekat dan menggenggam tangannya erat.

"Hi ga. Ini luna tauu. Kamu kenapa lagi ga? Kamu baik-baik aja kan? Ada luna disini yang nemenin kamu kok. Kamu harus bisa ya lewatinnya. Kamu bisa denger luna kan? Dirga harus kuat ya, ada luna"kataku menahan tangis

Tak ada respon apa pun aku melepaskan genggamanku dan mencium keningnya dan pergi ke kamarku. Aku berjalan gontai. Dirga sudah seperti kakaku kenapa dia harus melewati hal buruk tanpa ada yang menemaninya sih.

"Luna astaga gue nyariin lo kemana-mana. Lo dari mana sih?"tanya nata

Aku hanya memeluk nata dan menangis. Aku punya keluarga yang bahagia walaupun mama papa ga ada disini tapi dirga.. Orang yang menemaninya aja ga ada sama sekali.

"Luna kenapa?"tanyanya lagi

"Dirga kritis nat"jawabku

"Astaga.. Yaudah luna makan dulu ya? Mama sama bibi udah nunggu luna dikamar"katanya mengelus puncak kepalaku.

Nata menggandengku memasuki kamar. Mama rina yang terlihat cemas saat melihatku langsung memelukku dan mengelus punggungku tak berhenti.

"Ma lunanya kasian kali"kata nata

"Eh maaf luna sayang. Mama cuma khawatir"jawabnya

"Luna baik-baik aja kok ma. Ayo sarapan, luna harus cepet-cepet"kataku

Hope?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang