Awal.

3.2K 116 7
                                    

Pagi ini adalah hari pertamaku bersekolah di High School.

Yap. Tepat sekali.

Aku baru saja tamat dari sekolah menengah pertama. Berhubung sekolahku adalah International School jadi kami nggak perlu mendapatkan penyiksaan dari kakak kelas a.k.a MOS.

Setelah selesai sarapan aku langsung di antar oleh supirku menuju ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku segera mencari keberadaan para sahabatku. Kalian belum kenal mereka yah? Mari ku perkenalkan.

Yang pertama ada Ara Olivia Madison.

Ara nih orangnya pecicilan plus paling ember mulutnya. Yang paling aku suka dari Ara adalah Pipinya yang Chubby seperti bakpao. Selain pecicilan, Ara adalah orang yang paling enak di ajak curhat karna dia pasti akan memberikan saran yang sangat tepat.

Yah wajar aja sih dia memberi saran yang tepat. Dia aja udah pacaran sama Mikaenzo Bronson atau yang biasa kami panggil Mika selama 3 setengah tahun. Mika juga merupakan salah satu sahabatku.

Yang kedua ada Amy Madelyn Samantha.

Amy orangnya juga pecicilan sama seperti Ara. Terkadang Amy bisa menjadi orang yang sangat dewasa di antara kami dan terkadang juga dia bisa menjadi yang paling childish di antara kami.

Amy mempunyai pacar yang bernama Erzan Clayton Darel. Erzan juga merupakan sahabatku. Mereka sudah berpacaran selama 2 setengah tahun.

Yang ketiga ada Nana Gracia Collins.

Nana sama saja dengan Ara dan Amy. Dia juga pecicilan, dan jangan lupakan mulutnya yang ceplas ceplos itu. Nana mempunyai pacar yang bernama Edward Cristopher Aldrich yang merupakan sahabat ku juga.

Yang keempat ada Winiy Stephanie Andrea.

Winiy nggak pecicilan sih, hanya saja mulutnya juga ceplas ceplos seperti Nana, dan yang lebih parahnya lagi Winiy orangnya suka meledak-ledak seperti gunung berapi. Nggak deng. Hehe.

Lebih tepatnya Winiy mempunyai tingkat emosi yang tinggi. Winiy mempunyai pacar yang bernama Avo Edgardo Fulton. Avo juga sahabatku loh.

Dan yang terakhir ada Rara Evelyn Athella.

Rara orangnya Calm. Dia nggak pecicilan, nggak ceplas ceplos dan nggak meledak-ledak seperti sahabatku yang lain. Dia adalah orang yang paling tenang di antara kami semua. Aku dan Rara memiliki satu kesamaan yaitu kami sama-sama Jomblo.

Ku ulangi,

JOMBLO.

Jadi dari pembahasan ini bisa di simpulkan bahwa sahabatku berjumlah 9 orang. Banyak bukan?

*

Setelah sekitar 10 menit mengelilingi sekolah yang cukup besar ini, akhirnya aku menemukan para sahabatku sedang duduk di rerumputan di taman dekat lapangan upacara.

"Woyyy!!" Teriakku kencang. Seketika mukaku memerah. Gimana enggak? Kini semua orang yang ada di taman melihatku dengan tatapan yang berbeda-beda, dan kebanyakan tatapan risih dan kawan-kawannya.

Iya, aku memang sebodoh itu.

Setelah mengucapkan kata maaf, aku segera melanjutkan langkahku ke arah para sabahatku yang sepertinya tengah menungguku dengan muka memerah. Yang pasti mereka menahan tawanya.

"Sumpah ayi! Lo bego banget! Gue yang malu njirr!" Amy berucap dengan tawa yang menghambur keluar, aku memasang tampang cemberut. Pasalnya setelah Amy tertawa, sahabatku yang lain juga ikut tertawa. Kampret kan?

"Eh anjir! Berenti ketawanya nggak?!" ucapku galak.  Bukannya berhenti, tawa mereka malah semakin menjadi-jadi, bahkan Rara yang paling Calm pun nggak berhenti-berhenti tertawa. Dari pada bete liat mereka mending aku pergi.

Aku segera berdiri dan berjalan menjauhi mereka, mereka kira enak apa di tertawakan seperti itu? Huh, berkat mereka semua orang meli—

Bruk!

Sial!

Lihatlah! Gara-gara mereka aku malah menabrak orang, dan itu sukses membuat pantatku dengan mulus menyentuh rumput, juga mereka yang kembali menghamburkan tawanya.

Aku mengadahkan kepalaku untuk melihat siapa yang aku tabrak. Sumpah! Aku lebih merasa seperti menabrak tembok di banding bahu. Keras banget njir.

Orang yang aku tabrak, atau lebih tepatnya cowok yang aku tabrak melihatku dengan tatapan datar, plus dingin. Dia berujar dengan tajam. "Kalo jalan pake mata!"

Tanpa sadar aku melihatnya tanpa berkedip.

Dia. Ganteng. Banget.

Rahang kokoh, bibir tipis, hidung mancung, alis tebal, tatapan mata tajam. Ah! Sempurna! Dia seperti cowok-cowok fiksi di dalam novel yang suka aku baca.

Dia mengernyit aneh, tapi jujur, itu malah membuatnya terlihat semakin tampan."Heh! Malah ngelamun lagi!" bentaknya.

Tanpa sadar senyumku merekah, aku bangkit dari posisiku—terduduk di rumput—lalu menyodorkan tanganku ke arahnya, "kenalin, Ainun Keana Brave, biasa di panggil Ayi."

Dia hanya menatapku datar tanpa ada niat untuk menyambut uluran tanganku, "Gue nyuruh lo jalan pake mata! Bukan nanya siapa nama lo!" dia menepis tanganku, lalu pergi begitu saja dari hadapanku. Meninggalkan ku dengan semua orang yang menatap penasaran ke arahku, termaksud para sahabatku.

Tanpa memperdulikan mereka semua, aku segera berjalan menjauh meninggalkan mereka dengan muka memerah padam.

Sungguh.

itu memalukan.

Sepanjang berjalan-entah-ke-mana-wajah cowok tadi terus terbayang di kepalaku, seperti ada proyektor yang di khususkan untuk menampilkan wajah datar bin dinginnya.

Senyum kecil tersungging di bibirku. Perlahan tanganku terangkat untuk menyentuh dadaku yang berdetak dua kali lebih cepat saat wajah cowok itu kembali terlintas di kepalaku.

Apa ini?

Perasaan apa ini?

Kenapa rasanya sangat aneh? Dan.. Indah?

Apa ini yang di namakan dengan Love At First Sight?

Dengan pemikiran itu, senyumku semakin mengembang dan dadaku berdetak semakin cepat.

Rasanya sangat indah.

*

Editing = 19 Oktober 2016

Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang