Dadah.

1K 68 4
                                    

"Kamu yakin sayang?" aku menghela nafas berat. Ini sudah yang kesepuluh kalinya Bunda bertanya perihal keputusanku yang ingin pergi.

Ya, aku memang benar-benar melaksanakan perkataan ku kemarin. Dan... Yah, semoga ini yang terbaik.

"Yakin Bun, yakin banget. Aku pengen jadi anak yang mandiri."

Bunda tersenyum mendengar perkataanku, dia berdiri dari duduknya—kami sedang berada di ruang tamu—lalu memelukku. Ah.. Aku pasti akan sangat merindukan pelukan ini.

"Yaudah.. Besok hari terakhir kamu sekolah untuk mengurus berkas-berkas kamu, dan lusa kamu berangkat." ujar Bunda setelah melepas pelukannya. Aku tersenyum, senyum yang terkesan di paksakan. Huh.. Aku harus kuat.

"Ok Bun, yaudah.. Aku naik dulu ke kamar buat packing. Soalnya besok seharian aku bakal jalan sama sahabat-sahabat ku Bun, boleh kan?" Bunda mengangguk sebagai jawaban. Lagi-lagi aku hanya tersenyum paksa. Aku segera naik ke kamarku dan mulai mengepak barang-barang yang akan ku butuhkan nanti.

*

Kringggg!!

Itu adalah bunyi bel istirahat, Seharian ini aku belum bertemu dengan para sahabatku, tadi pagi aku hampir terlambat masuk ke kelas. Yah.. Aku terlambat bangun karna semalam aku mengepak barangku hingga jam 3 subuh.

"Ayi.. Kantin yok." ajak Karel yang kini sudah berdiri di samping mejaku. Aku mengangguk sebagai jawaban dan kami berjalan berdampingan ke kantin.

"Ayi!" aku yang sedang berbicara dengan Karel segera menoleh ke belakang saat ada seseorang yang meneriaki namaku. Dan dia adalah Randi.

"Kenapa Ran?" tanyaku ketika Randi sudah berada di sampingku.

"Mau ke kantin? Bareng yakk!" aku mengangguk sebagai jawaban. Hanya perasaanku saja atau aku lebih pendiam hari ini?

Akhirnya kami bertiga berjalan ke arah kantin. Nggak butuh waktu lama, kini aku, Karel, dan Randi sudah duduk manis di bangku favoritku dan para sahabatku.

"Amy mana?" tanyaku saat menyadari bahwa Amy belum ada bersama kami.

"Tuh.. Lagi pesen makanan." ujar Erzan. Aku menoleh ke arah Amy yang sedang membawa makanan. Huh.. Aku akan sangat merindukan saat-saat seperti ini.

"Udah kumpul semua kan?" tanyaku. Mereka semua mengangguk bingung. Mungkin mereka bingung apa maksudku bertanya seperti itu.

Saat hendak berbicara perihal kepergianku. Mataku nggak sengaja menangkap siluet orang yang sangat ku rindukan. Siapa lagi kalau bukan Rein.

Hatiku rasanya seperti di remas-remas saat melihat Rein menyuapi cewek yang sedang duduk manis di depannya. Tingkahnya yang seperti ini yang membuatku nggak tahan untuk terus berada di satu tempat yang sama dengannya.

"Ayi! Ngelamun aja lo!" aku sukses tersentak kaget mendengar perkataan Winiy. Aku melamun toh.

"Apa maksud pertanyaan lo tadi?" tanya Amy sambil menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.

"Gue bakal pergi." ujarku datar. Dan kalian tau?? Mereka semua hanya memandang datar ke arahku. Aneh.

"Ayi.. Becanda lo nggak lucu." ujar Randi sambil menepuk-nepuk puncak kepalaku. Pantas mereka menatap datar, mereka pikir aku bercanda.

Aku menghela nafas lelah. "Emang tampang gue kayak orang lagi ngelawak ya? Helowwww!!! Gue serius oyy!!" Amy tersedak makanannya saat mendengar teriakan ku.

"Nggak usah teriak kali oyy!" ujar Amy sambil terbatuk-batuk. Erzan menepuk-nepuk punggungnya. Sedangkan sahabatku yang lain? Mereka hanya tertawa.. Sama sepertiku. Hihihi.

Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang