Now i can't get you out of my head.
***
"Babe, wake up." Seseorang membangunkanku. Argh.. padahal aku sedang mimpi liburan ke Hawaii.
"Hmm.." aku bangun dan duduk di kasur lalu menggosok mataku. Justin? Kenapa dia ada disini? Bukannya pintunya aku kunci? Ini sudah jam berapa?
"Ini sudah jam 10 pagi" Justin menjawab pertanyaanku dalam hati. "Hei tanganmu ini kenapa? Kenapa di plester? Tanganmu luka? Kenapa bisa?"
"Kemarin tanganku luka kena pisau. Kau sih sibuk diatas dengan teman-temanmu." Aku masih kesal dengan kelakuan dia kemarin.
"Maafkan aku ya, Cait." Justin langsung memelukku tapi aku tidak membalasnya. Hanya senyum secara diam-diam.
"Lepaskan pelukanmu ini. Bajumu bau rokok dan mulutmu bau alkohol. Pusing kepalaku menciumnya." Aku mendorong tubuhnya pelan lalu Justin keluar dari kamarku untuk mandi.
-
"Jadi kau masih mau marah padaku, Cait?" Justin membuka obrolan saat kami makan siang di sebuah restoran.
"Begitulah. Kau ini memang menyebalkan." Perkataanku ini hanya bualan belaka. Tapi dia memang menyebalkan.
"Walaupun menyebalkan tapi kau tetap sayang padaku kan?" Benar Justin. Aku memang sayang padamu.
Aku tidak menjawab pertanyaannya dan melanjutkan makan. Kulihat para wartawan sedang memotret kami yang sedang makan dari luar.
"Hidupmu susah juga ya. Diikuti oleh para wartawan." Kulihat Justin diam saja. Karena aku tidak menjawab pertanyaannya tadi.
Dia terkejut dengan peryataanku tadi. "My life is a movie. And everyones watching"
Perkataannya ada benarnya juga. Hidupnya seperti film dan semua orang menonton.
Akhirnya makan kami selesai dan kamipun langsung melaju ke mall.
Setelah sampai di mall, kamipun diserbu oleh pengunjung mall dan pastinya beliebers-- penggemar Justin yang ada disana. Akhirnya kami sampai di toko sepatu dengan bantuan penjaga keamanan dan bodyguard.
"Bagus sepatu ini atau ini?" Justin menunjukkan 2 sepatu yang sama tapi dengan warna yang berbeda.
"Dua duanya bagus. Mungkin warna hitam lebih bagus" Justin hanya mengangguk dan memilih warna sepatu hitam.
Aku berkeliling mencari sepatu yang lucu. Ah ternyata ada. Sepatu dengan bergambar Ariel Mermaid. Pasti harganya mahal. Terang saja, saat aku melihat price tag nya, aku hanya bisa menelan ludah. Mahal sekali. Aku langsung menaruh sepatu itu tadi ketempat asalnya lalu berkeliling lagi.
"Kenapa? Kau mau ya sepatu itu? Ambil saja. Biar aku yang bayar" Ternyata gerak gerikku diperhatikan Justin. Aku langsung menolaknya.
"Ah tidak perlu Justin. Aku hanya melihatnya saja. Tidak tertarik" Aku pura-pura bohong agar Justin tidak membelikannya padaku. Sebenarnya aku ingin sekali.
"Baiklah ayo kita pulang" Aku dan Justin berlari dari toko itu sampai ke lobby mall. Ternyata lelah sekali. Akhirnya kami sampai dilobby mall dan mencoba masuk ke mobil.
Para penggemar Justin sibuk meneriakkan nama Justin, para wartawan mulai bertanya padaku dan Justin, dan sebagian orang lain menarik bajuku dan Justin. Perjuangan sekali untuk masuk ke mobil.
Akhirnya kami sudah didalam mobil. Sepertinya butuh waktu 10 menit untuk masuk ke mobil.
Kulihat Justin sibuk dengan handphone nya. Lagi dan lagi.
"Oke oke i'm sorry Cait. Aku hanya bertanya sesuatu hal pada temanku" wajahnya lucu sekali memelas seperti itu.
"Tidak apa sayangku" aku mencubit pipinya lembut.
"Kita ke ke toko kue sebentar ya, Cait"
------
KAMU SEDANG MEMBACA
(Finished) Changed
FanfictionEverybody in this world changed. Including you and me. But you've changed much, Justin. [It's only 500-600 words per part] [So i updated much]