Hell's Kitchen

1.2K 92 0
                                    

You were red, and you liked me because i was blue.

***

"Welcome, Ms. Beadles." Seseorang bernama Aleandro Weasley--terlihat dari tanda pengenal yang dia pakai mengantarku keruangan kerja baruku. Ini hari pertamaku bekerja. Ya Tuhan, aku sungguh gugup.

"Here's your room. Enjoy your first day at work, Caitlin." Aleandro meninggalkanku diruangan baruku. Aku disini bersama beberapa karyawan di bagian administrasi. Aku mulai menyapa para rekan kerjaku.

"Mukamu sungguh familier. Let me thinking." Key, teman baruku, mencoba mengingat siapa aku. Lol, who doesn't know me? "Fuck me, you're Justin Bieber's girlfriend? For sure? Wow." Suaranya yang kencang mengundang semua mata kearah kami. Lebih tepatnya aku.

Aku memutar bola mataku dan Key terkikik. "It's a pleasure to meet you, Ms. Bieber." Dia menjabat tanganku. Hari pertama kerja, 1 list ku terlah terpenuhi. Mempunyai teman baru.

"Hey new employee. My name is Franklin Nelson. But you can call me Foggy." Pria bernama Foggy ini mengulurkan tangannya. Dengan senang, aku langsung menjabat tangannya. "You can call me if you need anything." Foggy berlalu, namun dia tidak lupa untuk mengedipkan matanya. Such a flirty man.

Ini suatu pengalaman baru untukku. Masuk di dunia kerja yang sangat asing, bertemu dengan teman baru. Sebenarnya aku sudah merasakan hal ini saat magang. Namun, ini sensasi yang sesungguhnya.

"Are you Caitlin? Caitlin Beadles?" Seorang pria menghampiriku, lagi. Dia terlihat tampan dengan umur sekita 30 tahun.

"Yes i am." Aku langsung berdiri dan berhadapan langsung dengan pria yang tinggi, berambut hitam, dan memakai kacamata. Saat kerja? Yang benar saja?

"Well ... hello my name is Matt. Matt Murdock." Aku menjabat tangannya yang besar dan kekar. Teman baru lagi. "FYI, mataku sedang sakit. Jadi aku pakai kacamata."

Aku tertawa pelan mendengarnya. "Okay ... see ya, Matt." Matt kembali keruang kerja nya dan aku kembali duduk di kursiku. "Who's he?" Tanyaku dengan memasang raut wajah yang bingung.

"Seriously Caitlin? You just talk with the fuckiest hottest man on this company." Key menutup mulutnya sendiri karena dia mengumpat. Aku hanya mengangguk. Tidak ada bandingnya dengan pacarku.

-

"Kau pulang sendiri?" Aku menoleh dan melihat Matt sudah berada dibelakangku. Aku tersenyum dan melanjutkan kegiatanku sekarang, merapikan meja kerjaku karena aku sudah mendapatkan tugas yang lumayan berat. "Mari kuantar pulang. Dan aku akan menunjukkan jalan di kota yang asing bagimu."

Aku mengangguk dan mengikuti dia dari belakang untuk keluar dari gedung. Langkahnya yang besar membuatku susah untuk menyusulnya. Namun kupercepat langkahku agar aku bisa bersebelahan dengannya.

"How old are you, Caitlin?" Matt membuka percakapan saat kami sudah berjalan dari luar gedung. Kami memutuskan jalan kaki agar lebih terasa pemandangan kota ini.

"I'm 21. You?" Aku bertanya balik agar percakapan ini tidak putus.

"28. You're so young to be working on a company." Aku tertawa mendengarnya. Sebenarnya ini bukan hal yang lucu.

"I got so much luck, Matt." Aku memandang lurus dan mencoba untuk tidak menatap wajahnya yang tampan.

"So ... i just heard you're a superstar's girlfriend? Justin Bieber?" Kulihat dari ujung mataku, Matt menoleh kearahku. Namun aku tetap pada posisiku.

"Yup. 100% right." Sekarang giliran dia yang tertawa. Suaranya benar-benar enak didengar. Sepertinya dia bisa menjadi teman yang baik untukku.

"I heard his songs a lot. Like Sorry, Company, Heartbreaker, Take You ..." Dia mulai menghitung dengan jarinya seberapa banyak dia mengetahui lagu Justin. "Is he really back? To the stage?"

"Yes, Matt. He's back. You can fanboying again." Aku tertawa lepas. Dia pun ikut tertawa. "It's so awkward, you know ... talking about my boyfriend." Aku memegang pundakku tanda canggung.

"Sorry for bothering you. Do you like coffee? Maybe we can drink together?" Aku menaikkan alisku. "No ... no ... it's not like what you think. I was just want to know you more. As a friends of course."

Kulihat Matt menjadi salah tingkah dan aku bingung. Memangnya aku berpikir apa? Aku mengiyakan ajakannya dan pergi ketempat dia bisa membeli kopi.

-----

(Finished) ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang