Time Will Answer

1.4K 127 4
                                    

You smile, i smile.

***
It's PG-13

Hari demi hari kulewati begitu saja. Tak terasa sebentar lagi waktu ku untuk magang selesai. Dan beberapa bulan mendatang aku akan bersiap untuk menghadapi ujian komprehensif.

Hubunganku dengan Dan (re: Den) semakin dekat dalam 2 bulan ini. Dan hubugan dengan Theo semakin membaik. Theo terlihat sangat mendukung kelanjutan hubungan kami berdua. Walaupun sebenarnya aku ragu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya diantara aku dan Daniel.

"Thank you for all the intership. Kalian sangat membantu kelangsungan perusahaan selama 2 bulan ini." Semua bertepuk tangan ria, lalu seseorang membagikan sertifikat.

Semua orang yang magang disini keluar dari perusahaan. Termasuk aku dan Daniel.

"Kau mau berkunjung ke rumahku?" Aku mengangguk pada tawarannya dan kami pun melaju kerumah nya.

Kami sampai di rumah Daniel dan dia mempersilahkanku masuk. Rumahnya nyaman sekali. Aku mulai mengitari rumah Dan. Dan aku menemukan kamarnya. Aku membuka pintu dan melihat seisi kamarnya yang rapi dan elegan.

"Kau suka?" Suara beratnya mengejutkanku. Aku mengangguk dan mulai duduk di ujung kasurnya.

"No, i love it." Aku mulai merebahkan tubuhku ke kasurnya yang empuk ini. "Let me take a nap."

Aku memejamkan mataku sejenak karena aku lelah. Lelah menghadapi kenyataan.

-

"Hey, kau bangun juga. Kemarilah, kita makan malam." Aku berjalan keluar dari kamar untuk mencari Daniel. Ternyata dia sudah di meja makan dan kami akan makan malam.

What? Dinner? Ini sudah malam? Aku masih memakai kemeja putih dan rok hitam bekas tadi siang. Aku langsung menghampirinya untuk makan malam bersama.

"Enak sekali masakanmu." Aku menyapu bersih piring ini. Lalu aku meminta ijin untuk mandi dan meminjam baju Dan. Karena badanku sudah lengket sekali.

Setelah selesai mandi, aku keluar menggunakan handuk. Kamar mandi yang kupakai tepat berada didalam kamar Dan.

"You look so sexy." Suara Daniel dari sudut kamar mengagetkanku sampai aku loncat.

"What the fuck Daniel? Keluar dari kamar." Aku memegang erat handuk yang kupakai untuk menutupi tubuhku ini.

"No, this is my room." Fuck, Daniel mendekatiku. Mau apa dia? Tanganku bergetar memegang handukku.

Dan makin dekat denganku. Dia hanya tersenyum lalu memelukku. Badanku masih bergetar. Ternyata hanya memelukku saja. Aku merasa agak lega.

Dan melepas pelukannya dan matanya menatap mataku lekat. Dan mulai mendekatkan mukanya. Aku mulai menutup mataku. Selanjutnya, sebuah bibir dingin menempel dengan bibirku. Aku membalas ciuman hangatnya itu.

Kemudian tangannya menyentuh tubuhku dan mencoba untuk melepas handukku. Aku refleks membuka mataku dan mendorongnya. Dan menatapku dengan tatapan aneh. Tatapan bingung dan kesal.

"Stop it, Dan." Aku berjalan mundur ketika Daniel mendekatiku lagi. Aku menggenggam handukku erat dan air mataku turun.

"Ini yang aku tunggu-tunggu selama hidupku, Caitlin. Tubuhmu." Dan makin dekat. Aku terduduk di lantai dingin ini. Aku mencari-cari apa yang ada di dekatku. Aku melihat vas bunga di meja sebelahku lalu aku mengambilnya dan memukul kepala Dan dengan vas ini.

Dan tergeletak sambil memegang kepalanya yang berdarah. Lalu aku mengambil tas dan bajuku. Aku berlari dari kamarnya dan menuju  keluar. Aku keluar dari rumahnya dalam keadaan menangis dan hanya memakai handuk. Aku mencegat taksi yang kebetulan lewat-yang sudah disiapkan Tuhan untukku.

Aku memberitahu alamatku kepada supir lalu dia mengantarku. Tubuhku bergetar hebat dan aku menangis tersedu-sedu. Aku mengambil handphone di dalam tas dan menelepon Justin.

Tidak ada jawaban dari Justin. "Fuck. Oh Theo." Aku berbicara sendiri lalu dengan sigap menelpon Theo.

"Where are you now? Please come to my house NOW!" Aku mematikan panggilan. Aku tetap menangis dan memakai kemejaku tanpa melepas handuk.

Akhirnya aku sampai didepan rumah. Sudah ada Theo yang terlihat duduk di kap mesin. Aku membayar uang yang ditagihkan lalu keluar dari mobil dan menghampiri Theo.

"Kau ... kau kenapa?" Theo terkejut melihatku memakai handuk dan memakai kemeja tanpa memakai alas kaki.

Aku memeluk Theo dan menangis di dekapan nya. "Dan ... Daniel."

------

Terima kasih bagi pembaca yang mau membaca ceritaku. Maaf terlalu banyak kekurangannya. Mungkin kalian mau memberi masukkan? Boleh beri komentar di bagian mana yang kalian rasa perlu dibenarkan.

Dan kalian bisa memberi vote apabila kalian sedikit atau sangat tertarik membaca cerita ini. Terima kasih.

Reeeadmeee

(Finished) ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang