Ask how many nights i've been thinking of you, zero.
***
"Hey kau mau kemana?" Suara yang familiar itu sepertinya memanggilku. Mengingat tiada siapapun di sekitar ini selain aku.
Terang saja, itu suara Scooter. "Aku mau pulang, Scott. Aku sedang berlibur disini. Aku mau keliling LA." Aku berjalan kembali menuju pintu yang jaraknya lumayan jauh.
"Ayolah. Kau ini memang harus dipaksa dulu." Scooter menarik tanganku dan mengajakku menuju halaman belakang. Terlihat semua orang sedang asyik dengan urusan masing-masing. Kulihat Justin sedang bersama Selena. Aku menelan ludahku.
"Hi Caitlin." Pattie menghampiriku. Aku memeluknya. Lalu beberapa kru Justin menghampiriku dan kami mulai berbincang.
"Um ... aku permisi dulu. Aku mau ke wc." Aku berjalan masuk kerumah dan meninggalkam kerumunan.
Aku dengan cepat berjalan ke tangga untuk naik kelantai 2. Tujuanku sebenarnya ke balkon belakang. Aku telah sampai ditempat ini. Tempat bersejarah untuk aku dan Justin, dulu.
Aku melihat pemandangan kota LA sore hari dari ini. Terlihat lampu jalanan sudah menyala dan juga lampu rumah penduduk setempat. Tenang sekali rasa hati melihat pemandangan yang jarang kulihat ini.
Aku menikmati semilir angin sore. Terlihat matahari yang sudah berwarna oranye akan tenggelam. Suasana yang sempurna untuk bersantai ria. Aku mengabadikan momen ini dengan mempotret diriku yang dibelakangnya pemandangan kota LA di sore-menuju malam hari.
Aku menatap jalanan yang dipenuhi lampu mobil. Sedetik kemudian seseorang mengagetkanku.
"Aku tahu pasti kau akan kesini." Justin menghampiriku dan berdiri disampingku. Aku hanya tersenyum lalu melanjutkan memandang pemandangan lampu-lampu.
"Kau tidak terluka saat ... kejadian itu?" Justin terdengar sangat hati-hati dalam bertanya. Mungkin takut menyinggung perasaanku. Aku tidak menjawab apa-apa melainkan menggelengkan kepala.
"Ayolah, berbicara. Aku tahu kau pasti rindu denganku, kan?" Aku tertawa mendengarnya. Namun aku kembali terdiam. Malas sekali rasanya ingin berbicara dengan siapapun, termasuk Justin.
"Bagaimana kau dengan Selena?" Aku mencoba membuka percakapan. Kulihat dia sedang asyik memandang jalanan.
"You know ... me and her did things like we used to do in the past." Aku hanya mengangguk. Namun aku sebenarnya kesal mendengar di masa lalu. Tidak perlu kau jelaskan, aku juga sudah tahu.
"We argued a lot." Justin melanjutkan. Aku tidak bisa berkomentar apa-apa karena itu bukan bagian dari urusanku lagi.
"Kau harus bersamanya selalu. Dukung dia. Jangan buat dia menangis seperti yang kau lakukan padaku." Aku memandang lurus jalanan yang padat karena banyaknya kendaraan. Tak ada suara yang keluar dari mulut Justin. Hanya terdengar hembusan nafasnya yang naik turun.
"Kalau begitu, aku mau pulang. Ini sudah malam. Aku sudah memesan Uber." Aku berjalan menjauh dari balkon dan masuk kedalam. Justin menarik tanganku.
"Aku antar kau pulang. Batalkan pesananmu." Aku memutar bola mataku dan tidak menghiraukannya. Aku tetap berjalan menuju tangga untuk kelantai bawah. Terdengar suara langkahan kaki yang berlari kearahku. Lalu sedetik kemudian pria ini sudah ada dihadapanku.
"Give me your phone." Dia mengambil paksa handphone yang sudah kugenggam erat. Lalu dia mengutak atik sesuatu. Mungkin membatalkan pesanan Uberku. Pria ini menyebalkan.
"Ayo aku antar." Justin turun duluan meninggalkanku sendiri. Dengan terpaksa aku turun. Setelah sampai dilantai bawah. Pattie menghampiriku.
"Kau sudah mau pulang? Sayang sekali. Padahal disini banyak kamar yang tidak dipakai." Raut wajahnya terlihat sedih.
"Lain kali saja. Aku berjanji kita akan bertemu lagi secepatnya, oke?" Pattie mengangguk dan aku memeluknya. Lalu aku berjalan menuju pintu untuk menemui Justin yang sepertinya sudah menungguku di mobil.
"Let's go," kata Justin ketika aku baru membuka pintu mobilnya.
------
KAMU SEDANG MEMBACA
(Finished) Changed
Fiksi PenggemarEverybody in this world changed. Including you and me. But you've changed much, Justin. [It's only 500-600 words per part] [So i updated much]