Day Off

1.2K 130 1
                                    

Cause everytime you touch me, i just die in your arm.

***

"Please don't go to work. Just one day, please?" Justin merengek manja saat aku sedang bersiap menuju kantor. Dia baru bangun dan ... kalian tahu. Betapa meningkatnya keseksian Justin dari biasanya. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan berdandan.

"Babe?" Panggil Justin. Aku menoleh dan melihatnya beranjak dari kasur. Terlihat tatonya yang menutupi kedua lengannya. Aku berpaling dan menghadap kaca.

"Babe please stay here." Justin meletakkan dagunya di pundak kananku dan memelukku dari belakang. Aku dapat melihat wajahnya yang cemberut dari kaca. Aku memejamkan mataku dan merasakan hembusan nafas Justin di leherku.

Aku terhanyut dalam suasana ini. Suasana yang jaranh sekali kurasakan. Aku membalikkan badanku dan menatap wajahnya. "Okay. Just one day." Aku berjalan menuju kasur dan melemparkan tubuhku. Tak lupa aku melepas sepatu hak yang sudah kupakai sejak tadi.

Aku mengambil handphoneku dan mengirim pesan pada Key, Matt dan Foggy kalau hari ini aku tidak masuk. Pasti mereka hanya tertawa.

Baru saja aku meletakkan handphoneku ke meja, ada yang meneleponku. Terasa dari getarannya yang tidak berhenti. Aku mengambil handphoneku dengan malas dan melihat siapa yang meneleponku. Matt.

"So you took your day off, today?" Tanya Matt yang tidak ada basa basi.

"Yes. Just one day. You know ...," kataku sambil melihat Justin yang juga sedang melihatku. Dia tersenyum dan mengedipkan mata. Lalu dia masuk ke kamar mandi.

"Okay, see you tomorrow, Caity." Panggilan terputus. Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya memanggilku Caity. Nama yang sudah lama tidak kudengar.

Aku berjalan menuju ke lemari dan mengganti pakaianku dengan pakaian santai. Rasanya ada yang kurang hari ini. Ah, hari ini aku tidak kerja. Biasanya jam seperti ini, aku sudah dalam perjalanan menuju kantor. Aku bertemu dengan beberapa orang yang kebetulan sama tujuannya denganku. Dan aku selalu membeli kopi setiap pagi.

Aku berjalan ke kulkas dan melihat tidak ada apa-apa disana. Aku hanya menghela nafas. Pelupa sekali aku tidak belanja. Dengan berat hati aku hanya membuat 2 cangkir kopi.

Selagi menunggu Justin selesai mandi, aku menaruh cangkir tadi ke meja ruang tamu, lalu aku meminum punyaku duluan. Aku berlari menuju kasur dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut--bersembunyi.

Semenit kemudian, pintu kamar mandi terbuka. "Did you just make a coffee? Smells good." Suaranya mulai menjauh menuju ruang tamu. Aku yang dari tadi disini hanya menahan sesak. Tapi semoga saja dia tidak menemukanku disini.

"Baby, where are you?" Dia memanggilku sangat kencang. Suaranya masih di luar kamar. Aku tetap diam namun jantungku berdegup kencang. "Couldn't find you anywhere." Lanjutnya.

Suaranya sekarang sudah berada di dalam kamar. "Babe?" Sekarang suara itu sudah tepat berada di dekat telingaku. Aku merasakan hembusan nafasnya. Lalu dia membuka selimut dengan cepat dan dia menggelitikku.

"Stop it please, please." Aku berteriak minta ampun dan dia berhenti menggelitikku. "I'm tired. Seriously." Nafasku naik turun dengan sangat cepat. Justin hanya tertawa melihatku seperti ini. Pria ini menyebalkan.

"Let's take a nap. Kau pasti sangat lelah." Aku dan Justin berbaring dan saling menatap satu sama lain. "Come here, let me hug my baby." Dia merentangkan tangannya dan aku memelukknya. Pelukan yang hangat untuk pagi yang dingin.

-

Mataku terbuka dan aku melihat Justin berdiri didepan kaca rias sedang mengancingi kemejanya. "Where are you going? It's just 2 days you've been here." Tanyaku lemas. Ternyata cepat sekali dia pulang. Pasti pekerjaannya sangat padat sehingga dia harus pulang. Aku menunduk lemas.

Justin memegang daguku dan aku terpaksa menghadap mukanya. "Aku tidak akan pulang. Aku hanya bersiap saja. Sebentar lagi kita akan keluar makan siang." Aku tertawa dalam hati. Ternyata mau makan siang. Malu sekali rasanya. Aku bergegas ke kamar mandi dan meninggalkannya yang masih berkaca.

Setelah selesai bersiap, aku dan Justin pergi. Saat keluar dari apartemen, hampir semua mata menatap kami. Aku menjadi salah tingkah, namun aku tidak menghiraukannya. Aku dan Justin berjalan menuju parkiran mobil. Tak sedikit orang yang berteriak namanya dan memintanya untuk berfoto bersama.

"Sorry, we'll do it later okay," katanya ramah pada salah satu perempuan yang ingin berfoto dengannya. Pusing sekali melihat orang-orang yang mengerumuni kami. Sampailah kami di parkiran mobil dan dengan cepat kami masuk ke dalam mobil lalu tancap gas.

Aku besandar di jok mobil yang empuk ini. Kepalaku mulai pusing. Tidak seperti biasanya. Aku terus memegang kening ku.

"Hey babe, what happen? Have you drink your pill already?" Pertanyaannya mengingatkanku pada hal yang terlupa. Aku belum minum obat. Aku menepuk dahiku pelan lalu dengan cepat aku meminum obatku agar tidak terjadi hal yang tidak dinginkan.

------

Terima kasih sudah membaca part ini. Mungkin kalian mau memberi vote dan komentar serta masukan untuk part berikutnya?

(Finished) ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang