My life had found it's missing piece.
***
"Which rings is your fave?" Tanya Justin saat kami berada di toko perhiasan. Aku dan Justin akan memilih cincin kawin. Aku bingung kenapa harus membeli cincin lagi, padahal aku sudah punya cincin tunangan.
Mataku menelusuri deretan cincin yang indah dan berkilauan. Aku sulit untuk menentukan pilihan, karena semua cincinnya sangat bagus.
"I don't know, how about you?" Aku bertanya balik pada Justin. Dan sekarang dia sibuk melihat-lihat.
"How about this?" Justin menunjuk pada suatu cincin polos yang tidak memiliki mata berlian. Petugas mengambil cincin itu dan memberikannya kepada aku dan Justin. Aku mencoba pada jari manis kiriku. Dan ini terlihat sangat sempurna. Tidak berlebihan. Aku mengangguk senang dan Justin mengurus pembayarannya.
Setelah selesai aku dan Justin bergegas keparkiran untuk pulang. Aku sekarang sedang berada di LA. Aku mengambil cuti seminggu untuk mempersiapkan pernikahanku dengan Justin. Yes, it will happens in one week.
Tada, para pemburu berita sudah menunggu di depan pintu mall. Aku menghirup nafas lalu membuangnya dengan cepat.
"Justin congratulation you will marry in one week."
"Caitlin how do you feel right now?"
"Caitlin you will be Mrs. Bieber."
"Justin say hello to your fans."
"Justin, are you invite Selena to your wedding day?"
"Justin ..."
"Justin do you know Selena's feeling about this?"
"Justin look at the camera ..."
"Justin ..."
"Caitlin ..."
Suara teriakan pun sedikit memudar saat aku dan Justin sudah berada di dalam mobil. Justin langsung menyalakan mesin mobil dan melaju dari tempat ini.
Selama perjalanan tidak ada percakapan diantara kami. Justin sibuk menyetir dan aku sibuk memandang jalanan dari kaca. Perasaanku tidak enak dan sedih. Mendengar pertanyaan para wartawan tadi. Bagaimana kalau Selena tidak suka dengan berita ini? Apakah dia akan menghancurkan hubungan kami?
"Earth to Caitlin." Aku terkejut mendengar Justin berbicara. Aku langsung menolehnya dan memperhatikan wajahnya.
"What happen to my baby?" Justin tersenyum dan melihatku sekilas. Lalu fokus kembali ke jalanan.
"No ... i just think about what they said before." Aku menunduk lemas. Justin menggenggam tanganku erat dan tidak membalas pernyataanku.
Setelah sekian lama dalam keheningan, kamipun sampai dirumah Justin.
Justin masuk kedalam rumah dan aku menyusulnya dari belakang. Kulihat Justin mengarah ke kamarnya dan aku berjalan pelan menuju halaman belakang untuk bersantai di kursi dekat kolam renang.
Aku menghela nafas. Masih terbayang perkataan mereka tadi. Kenapa aku baru sekarang memikirkan Selena? Aku jadi merasa tidak enak dengannya.
"Babe," panggil Justin dari pintu. Aku hanya melambaikan tangan lalu Justin menghampiriku.
"Kau kenapa, tunanganku?" Justin membelai rambutku lembut lalu memegang pipiku. "You don't have to worry about anything. I love you. We will be married in one week. Don't mind about what people said. Okay?" Aku mengangguk lemas.
"I don't have a feeling for any girls. Even Selena. She was just my past. And now, you're my future." Aku langsung memeluknya erat.
"Jadi ... kita sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari gaunmu, undangan, cincin, gereja, dan semua benar sudah siap. Tinggal seminggu lagi, sayangku." Justin mengecup bibirku lalu berdiri.
Dia membuka bajunya dan meninggalkan boxernya. Lalu dia langsung loncat kedalam kolam. "C'mon babe, join me." Dia mencipratkan air kolam padaku. Lalu dengan malas aku membuka baju dan celanaku dan bergabung degan Justin.
------
KAMU SEDANG MEMBACA
(Finished) Changed
FanfictionEverybody in this world changed. Including you and me. But you've changed much, Justin. [It's only 500-600 words per part] [So i updated much]