Rooxie kini bernafas tenang saat tahu kedua orang tuanya hanya memberi tahu renacana pindahan mereka. Tidak seperti beberapa tahun lalu. Bayangan-bayangan kelam tentang masa lalunya memang sulit Rooxie hapus dari memori di otaknya. Ketraumaan sudah menjalar dalam dirinya jika mengingat beberapa kejadian yang tidak menguntungkan sewaktu hidupnya dulu.
Tapi pikiran tenang Rooxie tidak bertahan lama. Ia mengulang satu persatu kata yang berusan Ayah dan Ibunya katakan.
KOREA. Sebuah negara yang masih asing bagi Rooxie meskipun Ayahnya memiliki darah asli sana. Sebuah negara yang memiliki bahasa super rumit bagi dirinya setelah Jepang dan beberapa negara Eourope. Sebuah negara yang memiliki tingkat kesopanan tinggi yang berbeda jauh dengan negara yang sekarang ia tempati. Sebuah negara yang memiliki tingkat kedisiplinan paling tinggi. sebuah negara yang memakai seragam sekolah setiap harinya seperti kebanyakan sekolah di benua Asia lainnya. Masih banyak pikiran-pikiran Rooxie tentang apa itu 'korea', tapi yang paling benar adalah 'sebuah negara yang akan ia tinggali beberapa bulan lagi'.
"Rooxie....." Lynnda sang ibu menganyunkan beberapa kali tangannya di hadapan Rooxie. Menyadarkan lamunan sang anak yang sudah berjalan beberapa menit sedaritadi.
Rooxie mengerjap. Ia menegakkan tubuhnya seperti semula dan menampilkan kembali senyumannya yang telah tergantikan beberapa saat oleh celah kecil dalam bibirnya.
"So.. kapan kita pindah?" Rooxie berpura-pura antusias. Seulbi sudah beberapa kali mengingatkan jika dirinya sangat buruk dalam berakting. Ia juga pernah ditegur oleh guru drama di sekolahnya beberapa kali jika akting yang ia jalankan sangat buruk. Tapi entah apa yang terjadi, kedua orang tua nya sangat percaya jika Rooxie menampilkan beberapa fake smile didepan mereka.
"setelah kamu lulus nanti. Kamu juga sudah harus ikut les bahasa Korea lagi sekarang" Ayahnya menjawab dengan nada tenang.
Rooxie berpamit setelah Ayah dan Ibunya selesai berbicara. Benar-benar diluar dugaan jika dirinya harus mengikuti les bahasa Korea lagi. Persis seperti beberapa tahun lalu.
Ia tidak benci bahasa Korea, namun tempat les-nya yang ia benci. Beberapa anak-anak yang selalu mengatakan 'aish', 'jinjja', 'wae', 'omo' dan kata-kata dasar lainnya saat sedang berbicara dengannya. Beberapa anak-anak wanita yang agak fanatik saat melihat berita baru idol K-pop atau Aktor Koreanya. Rooxie tidak benci dengan hal-hal yang berbau K-pop atau K-Drama, ia justru sangat menikmati music bergenre K-Pop karena menurutnya menarik. Rooxie juga suka mengikuti beberapa K-Drama yang mendunia, dia tidak tabu soal masalah percintaan Lee Min Hoo dan Goo Hye Sun dalam Boys Over Flawers atau tentang percintaan masa sekolah Kim Hyun Jong dan Jung So Min dalam drama Playfull Kiss. Tapi ia tidak suka jika terlalu fanatik. Meneriaki idol laki-laki dengan sebutan Oppa yang bukan bermakna 'kakak' melainkan 'sayang'. Dan kadang beberapa dari mereka bertengkar karena memilki bias yang sama dengan yang lainnya.
Rooxie harus memikirkan sebuah cara agar bisa menghindari tempat les itu. Dirinya terus menerus berjalan bolak-balik ke arah yang sama dalam kamarnya. Memikirkan sebuah cara ampuh.
Rooxie berhenti. Ia mematung untuk beberapa detik dan ingat sebuah nama. Ia langsung terjun keatas kasurnya dan meraih ponsel berwarna silvernya itu. Menekan beberapa tombol dengan cekatan dan langsung menaruh di depan telingannya.
*tut......tut....*
"yeoboseyo?"
"Seulbi!!" Rooxie tidak peduli apa arti dari kata-kata Seulbi barusan. Asalkan suara Seulbi terdengar itu sudah cukup bagi dirinya.
"apa?" terdengar suara malas di ujung sana. Taruhan. Seulbi sudah mengetahui apa arti dari panggilan telephone Rooxie itu.
"sekarang di tempat biasa!" Rooxie menutup sambungan telephone nya. Menghindari jika Seulbi tidak setuju atau beralasan lain.
.
Ini sudah hari ke-5 setelah pesta kelulusan Rooxie. Dirinya benar-benar tidak menghadiri pesta Prom malam itu. Ia hanya sibuk menghafal beberapa kosakata Korea yang belum ia mengerti. Dan lihat sekarang, dalam waktu kurang dari 2 bulan Rooxie sudah fasih berbahasa Korea. Hebatnya itu semua adalah bantuan dari Seulbi.
Tinggal menunggu kurang lebih 12 jam lagi mereka akan berangkat. Seulbi, tidak disangka ternyata anak itu juga akan melanjutkan sekolah nya di Korea seperti Rooxie. Mereka berdua kini hanya berdiam di kamar sambil beberapa kali membrowsing sekolah mana yang akan mereka pilih di Korea nanti.
"YA!" Seulbi berteriak. Seperti biasanya, dia selalu berteriak jika melihat hal-hal menarik perhatian nya. Tidak peduli kapan dan dimana. "aku menemukan nya"
Rooxie dengan gesit pindah ke samping Seulbi. Ia melihat beberapa brosur online terpampang di layar Laptopnya itu. Memakai tulisan Hangeul tentu saja. Rooxie masih memperhatikan apa yang akan Seulbi tunjukan. Beberapa detik kemudian muncul sebuah gambar. Sebuah sekolah menengah atas yang lumayan besar dan megah, bercat coklat dan memiliki lapangan yang luas.
"apa itu?" pertanyaan Rooxie sontak membuat Seulbi menatap tajam dirinya. Ia benar-benar tidak mengerti maksud dari pertanyaan orang disamping nya itu.
"ini sekolah" Seulbi kembali mengutak-atik website itu. Rooxie memutar bola matanya. Tentu saja ia tahu itu sekolah .
"nah" Seulbi menampilkan sebuah formulir online dalam website itu. Tertulis beberapa keterangan dan pemberitahuan untuk siswa-siswi baru yang akan memulai tahun ajarannya. "kita sekolah disini saja. Lihat bukan hanya bagus, tapi murid-muridnya memiliki tampang yang lumayan"
Rooxie hanya mengangguk seolah-olah mengerti. Matanya terus terpikat pada daftar anak-anak yang bersekolah disana. Wajah mereka semua memang rata-rata menarik dan tidak terlalu buruk.
****
Rooxie berjalan ke luar rumahnya. Hari ini dirinya dan Seulbi akan pergi mengunjungi kedai di dekat sekolah yang sudah mereka daftar saat sebelum berangkat ke Korea. Woollim School. Sekolahnya tidak jauh berbeda dengan di foto. Halamannya memang luas dan gedungnya juga mewah dan terlihat nyaman. Seulbi dan Rooxie yakin mereka tidak salah pilih."Omo!" lagi. Seulbi berteriak lagi. Gadis bertubuh mungil itu tidak hentinya menunjuk ke arah luar. Rooxie mengernyit dan berusaha menajamkan pandangannya agar tahu siapa yang Seulbi maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Me a Dream [INFINITE FANFICTION]
FanficRooxie adalah seorang siswa menengah di salah satu sekolah London yang sebentar lagi lulus. Ia harus pindah ke korea selatan karna urusan usaha kedua orang tuanya. Hidup di korea tidaklah mudah seperti yang ada di drama. Ia menemukan banyak pertanya...