[3] Shock!

22.2K 1.1K 47
                                    


Disa Pov

Aku sangat amat menyesal karena telah mengikuti makan malam kali ini, dan di meja makan yang sama dengan mereka berdua. Bagaimana tidak? Kakek dan Dia terlihat sangat elegant, mewah, dan tak tersentuh debu dengan setelah jas mereka.

Sedangkan aku yang jadi butiran debunya di sini. Dengan baju tidur lengan panjangku yang berwarna merah muda, tatanan rambut yang ku sanggul seadanya serta kaca mata bulat jadulku ini, aku mencoba untuk tampil percaya diri walau lututku terasa ngilu menahan rasa malu.

"Disa, tumben kamu diam saja?" ucapan Kakek menyentak lamunanku dan membuatku gelagapan sendiri. Gimana kalau misalnya Kakek tahu apa yang aku pikirkan sedari tadi? Bisa jadi bahan bully Kakek selama seminggu tuh untukku

"Ndak apa-apa. Disa lagi pengen diem aja" balasku berusaha setegar mungkin, membuat Kakek menyeringai dan sekarang aku yang mulai was-was.

"Kamu diam saja, karena salah kostum kan dis?" celetuk Kakek tepat sasaran dan aku ya.. Terdiam

"Lha tadi sore sebelum kamu naik ke atas, Kakek udah bilang kan, kalau nanti ada tamu dan akan makan malam bersama di sini? Kamu itu kok dikit-dikit lupa terus toh Dis? Gimana mau dapet calon suami kamu tuh, haduh.. Inget umur sudah 28 tahun, waktunya serius untuk membina suatu hubungan bukannya sibuk hura-hura dan masih mencari ke sana dan ke sini lalu ke sono. Kakek ini pusing loh Dis, setiap hari mikirin kamu yang belum dapat jodoh ini.."

Lagi-lagi kakek menceramahiku soal pasangan dan membuat telinga serta dadaku mendadak panas seketika. Bahkan aku rasa sudah terbakar sekarang.

Ini bukan pertama kalinya Kakek mempermalukan atau menceramahiku di hadapan orang lain. Hal paling 'memalukan' menurutku ini, sudah sangat sering Kakek lakukan yang katanya akan memberi efek jera untuk ku agar segera mau menikah. Tapi... Yaudalah

"Udah puas bikin malunya Kek? Jodoh itu kan di tangan tuhan, jadi yaa kita tinggal nunggu aja loh..." ucapku yang melakukan pembelaan terhadap diriku sendiri, karena siapa lagi yang akan membelaku bila menyangkut topik super sensitive ini? Ndak ada kecuali diri sendiri.

"Jevin, lihat Kakak mu ini! Sudah 28 tahun tapi belum pernah pacaran. Kasian kan ya? Kalo ada temen-temen kamu yang jomblo, coba kenalin dulu ke Si Pertu ini Jev!" perintah Kakek pada Jevin tak memperdulikan perkataanku sebelumnya, membuatku mati gaya di tempat. Aih sudahlah...

"Iya Kek, nanti Jevin coba bantu carikan yang cocok untuk Audisa" balas Jevin singkat lalu melirik ke arahku sekilas, dengan seringaian mengerikan.

Kurang ajar! Berani memanggilku tanpa embel-embel 'Kak'? Cih. Awas saja!

"Oiya Jev, Papa sama Mama kamu sehat?" tanya Kakek yang akhirnya mengalihkan topik juga membuatku lega dan sedikit tenang.

"Papa dan Mama sehat Kek"

"Syukurlah kalo begitu" Sahut Kakek lalu sempat melirikku sekilas.

"Kamu jadi nempatin rumahmu yang lama?" tanya Kakek lagi, dan agaknya aku mulai mencium aroma-aroma kebusukan yang tidak akan baik bagi kesehatan mentalku ke depannya, dari nada bicara serta aura pertanyaan Kakek barusan pada Jevin.

"Iya Kek.."

"Oh bagus kalau gitu, jadi sekalian Kakek bisa jagain dan control kamu sesuai amanah kedua orang tua mu toh. Kapan kamu pindahannya?" tanya Kakek lagi dan bau-bau kelicikan Kakek sudah mulai menguar menusuk indra penciumanku.

"Secepatnya Kek, mau dibersihkan terlebih dahulu rumahnya sebelum di tempati" jawab Jevin dengan suara yang...rendah. Wah berbeda sekali seperti denganku tadi siang.

"Oh kalau masalah bersih-bersih yo gampang, nanti Disa yang bantu kamu bersih-bersih rumah Jev. Walaupun perempuan, Disa itu tenaganya kayak kuli bangunan loh!"

My Arrogant Young BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang