[8] Balas Dendam

17.1K 940 75
                                    


Audisa dan Jeni terlihat berjalan bersama menuju kafetaria kantor saat waktu telah memasuki jam istirahat makan siang

Seperti biasa, Jeni asyik berceloteh ria mengenai berbagai macam produk booming pada bossnya itu, dan Audisa hanya mendengarkan tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia mengunci mulutnya rapat dan menanggapi celotehan Jeni dengan anggukan atau gelengan kepala saja.

Gadis itu terlihat tidak bertenaga hari ini, bahkan itu sudah terjadi sejak seminggu yang lalu. Hari ini tepat 1 minggu 4 hari, lelaki yang biasa mengganggunya, sebut saja Jevin tidak pernah menampak kan batang hidungnya lagi semenjak satnight kacau mereka.

Awalnya, gadis itu merasa senang karena Jevin tidak datang dan mengganggu. Ia bahkan sempat mengira, Jevin tidak akan menepati janjinya untuk memberi tahu password komputer yang ia kunci. Namun saat senin pagi Audisa membuka komputernya, secara ajaib sudah tidak terpassword.

4 hari berlalu tanpa kabar berarti dari Jevin, entah kenapa gadis itu mulai merasa sedikit kehilangan. Padahal Audisa sempat mengirim pesan ucapan terimakasih karena lelaki itu sudah membuka password komputernya. Tapi sampai saat ini pun, pesan tersebut tidak terbalas. Sosok Jevin benar-benar menghilang bagaikan di telan bumi.

Hari ketujuh Jevin menghilang, Audisa mulai panik. Seperti biasa, ia yang selalu berspekulasi sendiri pun mulai berpikir yang tidak-tidak. Ingin rasanya ia bertanya pada Kakek atau mengunjungi kantor Jevin, tapi tentu saja niat terlalu baiknya itu segera ia lupakan. Terlalu malas apabila harus meladeni ejekan Kakek nantinya atau pertanyaan lain yang tidak penting keluar dari mulut pria tua itu.

Hari kesembilan, Audisa mulai tak tahan untuk tidak bertanya pada Kakeknya. Dan pada akhirnya, setelah membuang segala gengsi yang ia punya, gadis itu pun memberanikan diri untuk bertanya yang di balas Yusuf dengan ketus membuat dirinya merengut kesal.

"Ya mana Kakek tau si Jevin ada dimana! kamu itu kalo mau pengen tahu yaa usaha sikit loh. Ke rumahnya, ke kantor, telepon atau SMS toh. Udah sana get out! Jangan cari Jevin ke Kakek, aku ini bukan istrinya!"

Dengan kejam, Yusuf mengusir cucu semata wayangnya itu dari ruangan karena mengganggu jam kerjanya. Time is Money, itu adalah salah satu quote favorite Ahmad Yusuf Ayantara.

Mengikuti saran Kakek tercintanya, Audisa pun akhirnya mengirimi pesan singkat untuk Jevin. Namun lama kelamaan, ia jadi memborbardir berbagai pesan singkat ke nomor lelaki itu, karena kesal pesan-pesan nya tak kunjung dapat balasan. Ingin rasanya ia menelepon atau mengunjungi kantornya juga, namun Audisa masih merasa gengsi serta grogi untuk melakukan hal itu. Maka mengirimi pesan saja sudah lebih dari cukup. Rumah Jevin dulu yang berada tepat di sebelah rumahnya pun tampak ramai sejak beberapa hari yang lalu. Para pekerja terlihat sangat sibuk membenahi rumah yang sudah lama tak dihuni itu. Namun saat Audisa perhatikan dan teliti dengan mendalam, tidak turut hadir sosok Jevin di antara mereka membuat gadis itu merasa sedikit.. kecewa

"Aku kangen disentuh olehnya..." gumam Audisa tanpa sadar, memandang lurus ke depan saat dirinya akan mengantri untuk mengambil makan siang

"Mbak kangen disentuh siapa?" Jeni yang berdiri di samping kanan tubuh bossnya itu, bertanya dengan wajah bingung

"Jeeee..."

My Arrogant Young BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang