Dahulu kala,
Terdapat dua ras yang menguasai seluruh bumi: Manusia dan Monster. Kedua ras tersebut hidup dengan damai, dan dikendalikan oleh masing-masing kerajaan ras-ras tersebut. Tentram. Tidak ada perselisihan antara manusia dan monster.
Hingga pada suatu hari,
terjadi perpecahan antara kedua ras nan rukun tersebut. Manusia yang egois, serakah dan ingin memiliki segalanya mengambil alih apapun milik para monster. Wilayah, kekuasaan, hingga harta berharga. Para monster yang tak terima atas perlakuan manusia, mereka akhirnya membalas. Mengajukan perang yang justru malah dijadikan bahan guyonan oleh para manusia. Monster kebingungan, sekuat apakah para manusia keji itu?
Malam genting saat itu, monster-monster mengendap masuk ke wilayah tempat manusia berpijak. Menikam para prajurit yang berjaga di luar istana dari belakang. Dan jeritan peperangan itu terdengar ke seluruh telinga mereka. Para monster akan memberikan sebuah bukti..
pada malam itu..
siapa yang lebih kuat..
dan siapa yang akan menguasai seluruh dunia...
***
Bugh!
Timpukan kali ini lebih menyakitkan dibanding buku barusan. Leana menengadah, mendapati sosok kakaknya tengah menatapnya setengah bingung, setengah khawatir, setengah kesal. "Kau sedang apa disini? Aku mencarimu sampai ke rumah! Kupikir kau kabur lagi!" omelnya. Leana memandang culas, sembari menutup bukunya. Ia berdiri menghadap Ruvana. "Dapat dari mana? Kelihatannya kuno dan membosankan," cibirnya seraya mengerling kepada benda persegi nan tebal itu. Leana membolak-balik buku tersebut dengan tatapan yang masih sama seperti sebelumnya. "Entah. Jatuh dari langit. Mungkin," katanya sambil mengedikkan kedua bahu tak peduli.
"Sebaiknya jangan kau baca," Ruvana mencebik. Mereka akhirnya kembali ke tempat dimana seharusnya wanita bernama 'Ellin' itu berada.
"Aku pinjam ini," Ruvana menyodorkan buku sejarah ke atas meja Ellin. Kemudian melirik buku yang tengah Leana genggam. "Dan Lea pinjam itu," lanjutnya. Leana menaruhnya berdampingan dengan buku sejarah yang Ruvana pinjam. Ellin mengernyit bingung. Seperti baru pertama kali melihat buku tersebut. "Aku tidak tahu ada buku seperti ini di perpustakaan," katanya. Ruvana mencondongkan badannya, mendekatkan wajahnya ke telinga Ellin hendak berbisik. "Jatuh dari langit, katanya," ucap Ruvana yang ditimpali kekehan kecil oleh Ellin. "Sepertinya di angkasa banyak buku berterbangan," tambah Ruvana lagi. Entah ini lelucon atau Ruvana memang percaya pada perkataan Leana, Ellin hanya tertawa mendengar tuturannya.
Mereka saling melempar candaan tanpa disadari Leana telah melenggang pergi meninggalkan perpustakaan. Ia daratkan pantatnya ke atas bangku panjang tempat untuk menunggu bus datang. Leana mengedarkan pandangan ke sekitar, lalu berhenti pada seekor anjing kecil di tengah-tengah jalan raya menghadap lurus tepat pada posisi dimana Leana duduk sekarang. Leana membuang muka, enggan untuk memperhatikan makhluk kecil di depan sana. Ia menopang dagunya dengan kedua telapak tangan, serta siku yang bertumpu pada kedua pahanya. Maniknya tertuju pada pepohonan rindang, namun ujung matanya masih bisa melihat seekor anjing tersebut. Menatap kearahnya. Tanpa berpaling kemanapun. Yang seekor anjing itu lihat hanya Leana. Bergeming bak patung. Leana kembali memandang anjing itu. Masih dengan posisi yang tadi. Hanya tertuju pada Leana.
Leana tak merasa terganggu. Mungkin anjing itu tertarik padanya. Sehingga ia tak peduli dan membiarkan anjing itu duduk santai dengan mata yang masih menatapnya. Namun satu yang mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undertale
AventuraHanya ada dua kenyataan dalam kisah ini. Akhir yang bahagia, atau buruk. Kau tidak bisa memilih. Tapi pilihan yang akan mengikuti kata hatimu. Jangan biarkan tekadmu berguncang. Karena kau akan tahu apa akibatnya, dan melihat apa akhirnya. --- Rank...