Skele-Brother

512 42 33
                                        

Peringatan sebelum membaca:
- Papyrus capslock word alert
- Sans anti-caps word alert
- Soriel alert(sebenernya saya bukan Soriel shipper. Tapi saya pengen masukin aja unsur Soriel✌)
- Part ini part paling ga jelas, jadi mending ga usah dibaca, ga usah di-comment dan ga usah di-vote *jk. plz vote ;(* sebaiknya tunggu part selanjutnya ajaˊ▽ˋ

Note: Kalo liat suara di beberapa paragraf, klik aja biar enak bacanya. Selamat bergaje ria~

***

Leana menatap tajam makhluk yang ada di depannya.

"Cerdik. Saaaangat cerdik. Kau merasa kau sangat pintar, huh?" Flowey berada di sana, menghalangi pintu keluar The Ruins. "Di dunia ini, hanya ada dua pilihan. Yaitu membunuh, atau dibunuh. Dan kau bisa menentukannya sesuka hatimu."

"Kau membiarkan seseorang untuk hidup."

"Hihihi...aku yakin kau merasa sangat hebat. Kau tidak membunuh siapapun saat ini. Tapi apa yang akan kau lakukan jika kau bertemu seorang pembunuh tanpa belas kasihan?"

"Kau akan mati dan kau akan mati dan kau akan mati."

"Sampai kau lelah untuk mencoba. Lalu, apa yang akan kau lakukan?"

Flowey menyeringai seram. "Akankah kau membunuhnya karena kau merasa frustrasi? Ataukah kau menyerah sepenuhnya untuk bertahan hidup? Dan membiarkanku menerima kekuatan untuk mengendalikannya?"

"Aku adalah pangeran masa depan dunia ini. Jangan khawatir, ratu kecilku. Rencanaku bukan untuk membunuhmu. Semuanya akan jauh lebih menarik." Wajahnya menyembul keluar dari tubuh bunga tersebut, menambah kengerian yang dirasakan Leana. Ia mulai tertawa menyeramkan. "Selama bersenang-senang, gadis kecil.. semoga harimu menyenangkan...

HAHAHAHAHAHAHAHA...."

Kemudian Flowey masuk kembali ke dalam tanah.

***

Sunyi, takut, dan dingin. Hal itu yang Leana rasakan ketika dirinya keluar dari pintu The Ruins. Seluruh jalanan tertutup oleh salju. Di samping kanan dan kirinya terdapat banyak pohon-pohon super tinggi tak berdaun, sehingga benar-benar terlihat seperti tempat berhantu. Leana mengerling ke arah kiri. Ada lampu yang bekerlap-kerlip di dalam tumpukkan salju. Ia yang penasaran lalu menghampirinya. "Kamera?" tanyanya pada angin. Kamera itu nampak masih merekam. Leana mencoba untuk mengambilnya, namun alhasil nihil. Sepertinya kamera itu memang sengaja ditaruh di sana. Leana memutuskan untuk tak peduli dan melanjutkan kembali perjalanannya. Sepanjang jalan ia memandang pohon-pohon menyeramkan itu secara bergantian. Hingga pergerakannya terhenti sesaat ia mendengar suara aneh di belakangnya. Leana menoleh ke belakang cepat. Tidak ada siapapun. Namun ia merasa seperti ada sesuatu yang tengah mengikutinya. Leana mencoba mengabaikan suara-suara aneh itu dan kembali terfokus pada tujuannya.

Ketika ia sudah sampai di sebuah jembatan--yang ada penghalang aneh terbuat dari kayu di tengah-tengahnya--suara langkah kaki yang makin mendekat terdengar dari arah belakang. "M a n u s i a."

"T i d a k k a h  k a u  t a h u  b a g a i m a n a  c a r a n y a  u n t u k  m e n y a m b u t  s o b a t  b a r u ?" kata suara itu lagi. Bulu kuduk Leana berdiri. Ia takut untuk menoleh ke belakang mengingat kejadian yang baru terjadi padanya beberapa menit yang lalu. Lengkingan tawa Flowey masih terbayang-bayang di kepala Leana. "B e r p u t a r  d a n  j a b a t  t a n g a n k u ."

Perlahan kepalanya berputar ke belakang, diikuti oleh badannya. Tangan kirinya mulai menggapai tangan makhluk di depannya dan....

.

UndertaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang