Special: Leana P.O.V #1

371 32 0
                                    

Kenapa judulnya 'Special'? Karena chapter ini memang spesial!

Special chapter adalah chapter yang menceritakan kejadian dari pandangan/POV para tokoh. Mungkin gak akan semua tokoh kebagian POV, soalnya target cerita ini kira-kira 20 chapter, sedangkan gak mungkin saya keseringan selipin special chapter. Jadi, yah, kalo saya kepengen bikin POV tokoh lagi sesudah ceritanya tamat, masuknya jadi bonus chapter.

Sesuai janji, hari kamis dan minggu saya bakal update. Tapi untuk tanggal 15 mei, saya gak bakalan update soalnya mau cari jodoh *eh

Anyway, enjoy this special story~

***

"welp. aku duluan."

Aku menatap punggung Sans yang semakin menjauh. Sial.. ia perginya cepat sekali. Padahal masih banyak hal yang ingin kutanyakan padanya. Mengenai monster, kehidupan di bawah sini, dan lain-lain.. kurasa hanya dia yang bisa diandalkan. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Jika memang benar semua ini hanya mimpi.. kenapa aku tidak bisa terbangun? Koma, kah? Jika memang iya, aku pasti masih bisa mendengar suara Ruvana yang bergema di telingaku. Namun kali ini, aku tidak mendengar apapun. Semuanya terasa sangat nyata.

Lalu suara itu.. ia memberiku bayangan Ruvana tengah menangisiku, memanggil namaku untuk kembali pulang. Seolah-olah aku menghilang tanpa jejak. 

..benarkah aku menghilang?

Apa mungkin saat ini di dunia asalku, wajahku terpampang di mana-mana dalam bentuk selebaran? Dan Ruvana mati-matian mencariku tanpa membuahkan hasil. 

...sungguh.. aku ingin pulang. Aku takut sendirian. Aku butuh Ruvana, satu-satunya keluarga yang kupunya. Aku ingin kembali ke tempat asalku.

"..."

Apa yang harus kulakukan di sini...? Menjadi manusia baik dan mengampuni orang-orang? Mereka semua mencoba untuk membunuhku, mengambil jiwaku untuk menghancurkan pembatas yang menghalangi tempat ini dari permukaan. Agar mereka bebas untuk selamanya dari bawah tanah. Dan, kenapa aku masih bertahan hidup? Aku tidak sekuat mereka. Aku hanya manusia, lemah dan tidak memiliki kekuatan magis seperti mereka. Seperti, sesuatu tak kasat mata telah menyelamatkanku dari segala macam bahaya yang mencoba untuk melukaiku.

Determinasi..?

Aku tidak begitu yakin. Pasalnya, aku manusia yang mudah menyerah. Manusia yang mudah putus asa. Manusia cengeng yang hanya bisa mengeluh. Aku tidak bisa mengendalikan hatiku sendiri. Bahkan.. aku pernah mencoba untuk mengakhiri hidupku sendiri.

"..." Sesuatu yang hangat baru saja menyenggolku. Aku mendongak, menatap sosok yang kini memandangku khawatir. "Grillby.." panggilku pelan.

"Kau lelah? Istirahatlah di tempat penginapan. Tidak bayar, kok," ujarnya. Meski begitu, masih ada yang peduli padaku.

"Sebaiknya jangan tidur di tempat ini. Bar milikku sangat berisik, kau tidak akan merasa nyaman," ia menyodorkan air mineral hangat padaku. "Terima kasih. Aku tidak apa-apa," balasku tersenyum tipis padanya. Aku meneguk air hangat itu perlahan. "Grill," panggilku. Ia mengerling ke arahku. "Apa yang akan kau lakukan jika seorang manusia datang ke tempat ini.. kemudian membunuh teman-temanmu?"

Ia merenung sebentar. "Aku akan membalas perbuatannya," ucapnya. "Sungguh? Kau akan membunuh manusia itu untuk membalaskan dendammu? Meski kau tahu dengan cara membunuh tidak akan membuat teman-temanmu hidup kembali?"

"...aku hanya mengutip perkataannya."

"Perkataannya?"

"Sans."

UndertaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang