13

46 7 2
                                    

Rai berlari sambil memegang pundaknya yang berdarah. Rai berlari menerobos lautan manusia yang ada di jalan besar. Orang-orang pada melihatnya dengan tatapan kasihan, jijik, aneh dan sebagainya. Butuh waktu setengah jam untuk menuju rumahnya. Di karenakan sakit, Rai berlari agak pelan dari pada awal-awalnya.

~skip~

Akhirnya Rai sampai di rumahnya. Rumahnya terlihat baik-baik saja, hanya saja hari sudah mulai gelap dan tidak tidak ada siapa-siapa di rumah tapi lampu di rumahnya sudah pada hidup.

Rai beranggapan bahwa si penculik dan Luke berada di dalam rumah. Kali ini Rai sudah tidak lagi sanggup berlari maupun berjalan, akhirnya ia memilih duduk di pinggir trotoar sambil memikirkan rencana. Penampilan Rai sudah sangat berantakan, darah di bajunya, pipi yang berdarah, rambut acak-acakan, dan luka di bahu yang sudah mulai mengering. Yang melihatnya pasti merasa kasihan.

"Dia pasti berada di dalam rumah. Apa yang harus kulakukan?! Apa aku harus mengeluarkan soul?! Tidak, itu hanya membuat semua rahasiaku terbongkar. Apa yang harus kulakukan! Jika terjadi pertarungan aku hanya bisa mengandalkan tangan kananku dan kaki" batin Rai dengan menatap kosong depannya.

Rai pun berdiri setelah merasa keadaannya menjadi lebih baik. Dia menatap rumahnya dan mulai berjalan mengendap-ngendap. Rai lebih memilih masuk lewat pintu depan. Setelah berjalan mengendap-ngendap akhirnya ia sampai di depan pintu rumah. Rai pun mencoba memutar kenok pintu rumahnya, alhasil pintunya terkunci.

Rai pun menarik nafas dan mendobrak pintu dengan sangat keras hingga akhirnya terbuka hingga menimbulkan suara KRAK!, sepertinya engsel pintunya patah.
Tiba-tiba...

"HAPPY BIRTHDAY RAI" teriak Luke dan teman-teman sekantornya. Ketika Rai sampai di dalam kedua belah pihak mendadak diam, saling memandang satu sama lain.

"Anu, kenapa kalian ada disini? Penculiknya sudah kalian kalahkan ya? Aku melihat Luke berdiri disini dengan keadaan yang luar biasa baiknya..." Rai bertanya kepada mereka semua, tentu saja dia bingung.

"Yang membuat aku bertanya, kenapa kau seperti itu. Ada apa dengan penampilanmu. Cepat ikut aku" Luke pun menarik tangan Rai dan membawanya ke ruang penelitiannya. Para tamu yang melihatnya tidak ada yang bersuara sedikitpun. Tapi ada seseorang disudut sana yang menyeringai ketika melihat Rai dan Luke.

~dalam ruangan~

"Apa yang terjadi padamu Rai?" Tanya Luke sambil memerhatikan bahu kirinya Rai.

"Aku yang harusnya bertanya padamu. Masa untuk membuat kejutan ulang tahun kau mesti menyewa pembunuh bayaran dan membuat tangga menuju lantai 10 rubuh. Hebat sekali kau Luke" jawab Rai dengan marah.

"Ha? Pembunuh bayaran? Tidak, aku tidak menyewa pembunuh bayaran ataupun merobohkan tangga itu. Aku hanya meletakkan surat di lantai 10, aku tidak mempersulit kau" ungkap Luke yang mulai membersihkan luka dibahunya Rai.

"Aduduh, pelan-pelanlah itu sakit. Jika itu bukan kau, siapa lagi yang melakukannya" ujar Rai sambil mendesis karena sakit.

"Entahlah, aku tidak tega menyakitimu apa lagi sampai luka seperti ini. Btw, Mr. Andrew lah yang merencanakan ini semua" ungkap Lue sambil memperbani bahunya Rai dan mulai berpindah ke wajahnya Rai dan mulai membersihkan lukanya. "Kau tau apa, luka di wajahmu ini cukup dalam. Apa yang melukainya" tanya Luke sambil tetap membersihkan lukanya.

"Hm, pisau. Aku tidak sadar kalau lukanya cukup dalam" Rai mulai mendesis lagi ketika kapas yang berisi antibiotik itu mengenai wajahnya.

"Cukup parah lukamu kali ini. Beberapa abad ini kita hidup cukup tenang. Tapi akhir-akhir ini sudah tidak aman lagi, belum lagi orang yang mengirim surat-suray itu" keluh Luke sambil terus membersihkan lukanya dan mulai memplesterkan pipinya. "Yak, sudah siap" ujar Luke sambil tertawa dan menepuk badan Rai.

"Aduduh, hentikan itu. Kata kau Mr. Andrew yang menyiapkan ini semua? Dari mana ia tau ulang tahunku" tanya Rai sambil memakai baju.

"Iya, dia semua yang merencanakan ini semua. Mungkin ia melihat berkas-berkas" jawab Luke yang sedang membereskan obat-obat dan memasukkan obat tersebut dalam tempat khusus.

"Eh, apakah adegan penculikan itu juga usulnya?" Tanya Rai yang mencoba untuk berdiri dan kemudian meringis karena merasa sakit lagi.

"Iya, ini semua merupakan usulnya. Kau harus berterima kasih padanya" jawab Luke yang membantu Rai berdiri sambil tertawa.

"Terima kasih apaan! Gara-gara dia semua aku menjadi mumi. Penuh dengan perban. Awas kalau aku tidak populer lagi!" Manyun Rai.

Luke hanya menanggapinya sambil tertawa. Tak lama terdengar ketukan di pintu.

"Anu, apakah kalian akan tetap berada di dalam?" Tanya seseorang dari luar. Sepertinya wanita.

"Tidak.. kami akan segera keluar" teriak Luke. "Sini kubantu kau keluar" ujar Luke sambil memapah Rai dan tertawa ringan. Rai hanya melihatnya dan tersenyum.

Ketika mereka keluar, mereka segera di kerumuni oleh wanita. Teruma Rai, dia langsung ditanya seribu macam pertanyaan dia pun hanya bisa tersenyum. Luke sudah keluar duluan dari kerumunan dan meninggalkan Rai berada di situ.

"Hei, kenapa kau meninggalkanku disini. Bawa aku keluar dari kerumunan ini" ungkap Rai menggunakan bahasa isyarat.

"Kau harus menjawab pertanyaan mereka. Semoga kau tenang di alam sana" jawab Luke sambil membungkuk hormat ala orang Jepang.

"Hei, maksud kau apa! Kau kira aku sudah mati! Hei kembalilah kesini dan bantulah aku!" Teriak Rai masih dalam bahasa isyarat. Sayang, Luke sudah menghilang dari pandangannya. Rai hanya tersenyum kaku menghadapi pertanyaan yang sudah menggunung. Dengan halus ia meminta keluar dari kerumunan ini dikarenakan ia masih sakit jika harus lama-lama berdiri. Untungnya mereka pada mengerti dan membiarkan Rai keluar dan duduk di sofa. Para tamu pun mulai membaur dan tidak lagi mempedulikan Rai.

Di saat Rai sedang melihat-lihat dekorasi ulang tahunnya tidak sengaja ia melihat seseorang yang seharusnya sudah lama mati. Rai pun terkejut melihatnya, ia berdiri dan berjalan melewati kerumunan tamu-tamu itu, bermaksud mengejar orang itu. Setelah lepas dari kerumunan itu, ia setengah berlari mengejar orang itu hingga menuju dapur.

Ketika Rai sampai di dapur, tidak ada pria itu. Yang ada hanya Luke dan Mr. Andrew, mereka sedang bercakap-cakap.

"Eh, Mr. Andrew terima kasih atas kejutan ulang tahunnya. Saya sangat senang, tapi lain kali hilangkanlah rencana penculikan ini" ujar Rai kepada Mr. Andrew sambil tertawa garing, masih kesal.

"Haha, maafkan saya. Tidak akan saya ulangi lagi. Btw Happy birthday ya" ujar Mr. Andrew seraya melangkahkan kakinya dan berjalan melewati Rai. Saat Mr. Andrew melewati Rai, Mr. Andrew membisikkan "wish you always lucky Aleron Ladislav Rainier" setelah berkata seperti itu, Mr. Andrew pun keluar dari dapur. Ketika Rai mendengar perkataan itu, dia tidak mengerti apa maksudnya dan lebih memilih melupakannya.

"Luke, apakah kau melihat seseorang yang berjalan kesini? Selain kau dan Mr. Andrew?" Tanya Rai dan memerhatikan sekelilingnya.

"Tidak, hanya ada kami berdua saja tadi" jawab Luke dan meletakkan lilin di atas kue ulang tahunnya Rai. "Hm, sempurna" ujar Luke bangga.

"Ha, umurku tidak 21. Umur aku sudah berabad-abad" ungkap Rai sambil memanyunkan bibirnya.

"Kau mau membuat orang-orang ketakutan melihatmu. Kau memang bodoh" ujar Luke sambil mengangkat kuenya dan membawanya pergi menuju ruang tamu.

Rai masih berdiri di tempatnya, dan mulai berjalan meninggalkan dapur. Ketika ia keluar dari dapur, Rai kembali melihat sesosok orang itu di antara kerumunan tamu. Rai mengerjapkan matanya berharap itu hanya ilusi, dan ketika ia membuka matanya sosok itu sudah hilang.

"Hanya ilusi. Tenang Rai, tenang..." ujar Rai pada dirinya sendiri.

Ketika ia sampai di ruang tamu, sekali lagi para tamu itu serentak mengucapkan.

"HAPPY BIRTHDAY RAI" ujar mereka ramai-ramai yang kemudian di ikuti oleh senyum Rai.

***

Gimana? Gaje dan pendek kan? -,- Habis idenya lagi kosong.. maafkan author deh hehehe  ̄ω ̄

Udah nnton yg minggu ni? Author mewek di buatnya  ̄﹏ ̄" (curhatdikit)

Ja, sampai jumpa di chapter selanjutnya﹋o﹋

Soul WeaponTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang