"Frankeistein" jawab Viona dengan marah.
Hening..
"F-F-Frankeistein?! K-k-kau bercanda kan?!" Tanya Rai dengan gagap sangking terkejutnya. Luke pun tidak kalah terkejutnya ketika mendengar nama itu.
"Tapi dia kan sudah mati!?" tanya Luke ke Rai. Rai hanya diam.
"Kita melihatnya mati waktu itu?!" dan kali ini Luke sudah menetralkan perasaan terkejutnya.Rai hanya diam tidak menanggapi pertanyaan Luke. Pikirannya kini sudah melayang kemana-mana.
"Hoi! Kembali!" Teriak Luke tepat ditelinganya Rai. Dan seketika pikiran Rai telah kembali ke tempatnya.
"Kurang ajar! Buat apa kau berteriak di telingaku dasar sialan!" Rai berdiri sambil marah-marah ke Luke. Dan terjadilah adu bacot antara mereka berdua.
"Tadi mereka terkejut, sekarang mereka bertengkar. Cepat sekali berubahnya suasana hati mereka" batin Viona dengan jenuh karena melihat mereka seperti itu.
~beberapa menit kemudian~
"Bisakah kalian berhenti bertengkar, seharusnya kalian akur bukan" Viona berusaha untuk membuat mereka diam.
"Aku ingin bergabung bersama kalian untuk mengalahkan orang itu" Viona langsung ke intinya.Dan itu cukup ampuh untuk membuat mereka berdua diam.
"Kau serius dia masih hidup?" Rai perlahan berjalan ke arah Viona untuk mendengarkan lebih seksama.
"Iya. Aku tidak bercanda" jawab Viona.
"Kau tau ciri-cirinya seperti apa??" Tanya Rai yang jongkok di hadapan Viona.
"Rambut putih dan mata silver. Itukan ciri khasnya?" Kali ini Viona bertanya dengan menatap mata Rai.
"Shit! Dia masih hidup! Berarti dia yang mengumbar semua tentang soul itu" Rai berdiri dan berjalan menuju ke arah Luke dengan tatapan panik.
"Apa yang harus kita lakukan?" Rai bertanya dengan tatapan paniknya ke Luke."Anu Viona, kenapa kau mau bergabung bersama kami? Apa yang di perbuat oleh Frainkeistein sampai kau marah seperti itu?" Luke bertanya pada Viona dan menghiraukan pertanyaan Rai yang mulai mengambang, Luke berjalan meninggalkan Rai dan pergi ke tempatnya Viona.
"kenapa? Karena dia telah-... intinya aku sudah muak terhadapnya" jawab Viona dengan marah.
"Tadi perkataanmu terhenti. Apa yang kau sembunyikan?" Tanya Rai dari tempatnya berdiri.
"Maaf, ada hal yang tidak bisa kuberitahu pada kalian" jawab Viona dengan menundukkan kepalanya.
"Itu adalah privacy" jawab Viona yang membuang wajahnya.Tampaknya Luke mengerti hal itu dan memilih untuk tidak bertanya, sebaliknya Rai malah bertanya lagi.
"Maaf, tapi aku tidak mempercayaimu 100%. Jika itu benar, kau harus membuat aku mempercayaimu" ungkap Rai yang masih berdiri di tempatnya.Setelah di tanya seperti itu Viona hanya diam.
"Heh, kalau kau diam seperti itu kau hanya membuatku semakin tidak mempercayaimu" Rai hanya tertawa sinis, ia pun berjalan menuju pintu tampaknya hendak meninggalkan ruangan yang kemudian disusul oleh Luke.
"Kau boleh membunuhku" tutur Viona yang sukses membuat mereka berdua menghentikan langkahnya.
"Maaf, di tv sudah banyak akting yang ditampilkan seperti itu dan akhirnya dirinya dikhianati" ujar Rai dengan melirik Viona tanpa ekspresi.
"Aku akan berusaha membantumu dan aku sudah tau sebagian dari rencana Frankeistein" Viona kali ini bersuara agak keras agar mereka mempercayainya.
Dan sekali lagi itu sukses membuat mereka berhenti, Rai yang sudah memutar kenop pintu terhenti.
"Luke, itu urusanmu" Rai berpaling sebentar dan melanjutkan memutar kenop pintunya. Rai meninggalkan Luke di ruangan itu bersama Viona.
Setelah Rai meninggalkan ruangan itu, Luke hanya diam di tempatnya tanpa bergeming sedikit pun.
"Rai sialan! Kenapa kau meninggalkan hal seperti ini padaku!" Geram Luke saking kesalnya.
Dengan menghela napas berat, Luke memutar badannya supaya berhadapan ke arah Viona.
"Maaf nona, aku harus merundingkan ini dengan anak SIALAN itu!" Tutur Luke dengan menekankan kata sialan. Setelah mengatakan itu, Luke pergi keluar ruangan dan meninggalkan Viona di ruangan itu sendiri.
Viona hanya bisa menghela napas lemah, bagaiman ia harus membuat mereka berdua mempercayai mereka.
**
"Apa maksudmu menyerahkan menerima dia apa tidak padaku? Kau juga ikut andil dalam masalah ini" tutur Luke yang kesal dengan memukul kepala Rai yang lagi mengambil cemilan dikulkas.
"Hei, kepalaku masih sakit. Aku bingung, makanya aku memberikan masalah ini padamu" jawab Rai yang masih memilih makanan di dalam kulkas.
"Dan berhentilah berlagak keren didepan siapa pun. Kau membuatku geli" ungkap Luke yang menghela napas. Sepertinya dia sudah cukup banyak menghela napas hari ini.
"Terkadang aku bisa bertingkah keren tee hee" ucap Rai yang diikutin dengan gaya sok keren.
Luke yang melihatnya memandangnya dengan tatapan ._. Merasa di lihat seperti itu Rai menghentikan sikapnya dan berjalan ke meja makan sambil memegang puding di tangannya. Ketika Luke melihat puding di tangan Rai langsung dirinya.
"Oi itu punyaku! Kembalikan. Kau sudah memakannya kan" ucap Luke sambil merebut kembali pudingnya dari tangan Rai.
"Tidak bisakah kau mengalah padaku? Biarkan aku memakannya" rayu Rai dengan mata puppy eyes.
"Tidak. Kau sudah cukup banyak menerima belas kasihan dariku. Lagian aku akan memberikan puding ini pada Viona. Sepertinya dia tidak makan dari tadi" tutur Luke yang menyimpan kembali pudingnya kembali kedalam kulkas.
"Hei, aku juga tidak makan dari tadi" ujar Rai yang menghadang Luke di depannya.
"Kau kan bukan tuan putri yang makanannya tidak perlu di antar" ejek Luke mengulang kata-kata Rai tadi pagi sambil menjulurkan lidahnya.
Rai hanya melihat Luke masuk ke kamarnya dengan tatapan kesal, dan di dalam hatinya ia mengumpat-ngumpat buat Luke.
**
"Luke, aku lapar. Buatkan makanan untukku" teriak Rai dari luar kamarnya Luke sambil menggedor-gedor pintu.
"ada apa sih! Tidak bisakah kau pelan-pelan saja mengetuknya?! Dasar" umpat Luke yang tampaknya baru bangun tidur.
"Hehe, sorry Luke. Kan kau ibu kedua dan kakakku" ujar Rai dengan mata puppy eyes.
"Sejak kapan aku menjadi ibumu ha?" Ucap Luke yang mengapit wajahnya Rai.
"Dan hentikan membuat wajah seperti itu" tambah Luke lagi sambil melepaskan wajah Rai dengan kurang lembut."Aw, hati-hati. Tidakkah kau lihat wajahku lagi luka seperti ini" tutur Rai sambil mengelus-ngelus wajahnya dengan bibir yang dimajukan.
Selagi Luke memasak makan malam yang sekarang pukul 11 malam, Rai pergi menyelinap ke ruangan tempat Viona ditahan. Ketika pintu terbuka sedikit, Rai mengintip untuk melihat keadaan Viona. Tampak wanita itu sedang menundukkan kepalanya, antara tidur atau sebagainya. Terbesit dihatinya perasaan kasihan, tapi karena egonya Rai tidak berani menampakkannya.
Luke telah siap memasak makan malamnya. Ketika ia mencari Rai, ia melihat Rai sedang mengintip ruangan tempat Viona ditahan. Perlahan Luke mendekati Rai untuk melihatnya juga.
"Apa yang kau lakukan?" Bicaranya membisik.
"Tidak, aku hanya melihat keadaannya. Kasihan dia" ungkap Rai yang sepertinya tidak sadar kalau Luke yang berbisik ketelinganya.
"Hoooh, begitu. Jadi apa yang akan kau lakukan?" Tanya Luke yang masih berbisik.
***
Yak, maaf udah lama gak update.. kesibukanku sangat banyak hehe..
dan keknya cerita ini akan tetap aku lanjutkan, karena aku merasa sedih gak melanjutkan ni cerita..
Yah, terserah kalian mau voment apa gak.. :)
See you next chapt...
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Weapon
Fantasy"Apa hanya segitu kemampuanmu? Dasar lemah!" Ujar Frankeistein sinis. "Cih" cibir Rai yang sudah kelelahan. Dia tidak menyangka ia akan sekuat ini. "Apakah ada ucapan terakhir? Karena kau tidak akan lama lagi menyusul keluargamu disana!" Ujar Franke...