PROLOG

719 44 8
                                    

Gemercik air hujan membuat aku semakin kesal. Kenapa harus hujan? air yang tidak berguna ini membasahi semua dokumen yang akan aku berikan ke dosen hari ini, membuatku terpaksa lari ke halte terdekat. Sungguh rasanya kesal ingin menangis tugas yang aku kerjakan selama 2 minggu.

Hujan mengingatkanku 10 tahun yang lalu, dimana aku sedang berjalan-jalan dengan Papah dan Mamah ke puncak. Dimana hujan yang deras membuat kaca mobil kami menjadi berembun dan tidak terlihat, dengan kecepatan 40 km/jam tiba-tiba mobil kami oleng dan terpeleset ke dalam jurang karena berusaha menghindar dari truk yang berlawanan arah.

Aku terbangun melihat sekelilingku terasa asing, dengan ruangan bernuansa putih. Dan di sebelah kanan, aku masih bisa melihat Mamah yang terbaring lemah tak berdaya, matanya masih tertutup rapat. Seluruh badannya penuh luka. Tapi dimana Papah?? Aku mencoba turun. Ketika aku membuka kenop pintu dan menariknya secara perlahan, ada polisi yang sedang bicara dengan dokter.

"Tim SAR menyatakan sebenarnya di dalam mobil itu ada 3 orang. Namun dari pihak kepolisian dan Tim SAR hanya menemukan 2 orang saja. Diperkirakan itu adalah pengemudi mobil tersebut mungkin ayahnya atau supir." Kata seseorang yang memakai seragam rapi yang bertuliskan Polisi.

Ketika aku mendengar itu, kepalaku seakan-akan lebih berat dari tubuhku, semua terlihat runyam, semua orang berlari ke arahku tapi aku tidak bisa mendengar apapun.

Ketika aku tersadar dari lamunan, dalam keadaan menangis tapi tidak terisak. Aku menoleh ke belakangku melihat ada seseorang laki-laki di Taman, tepatnya dibelakang halte. Dia membawa alat bantu untuk jalan seperti tongkat untuk orang buta, aku merasa kasihan terhadap lelaki itu aku memutuskan menolongnya. Aku langsung lari ke Taman dan mencoba membantu dia, walaupun memang keadaannya sekarang hujan deras.

"Ayo gue bantuin ke halte, kalo lo terus kehujanan lo bisa sakit?" Aku menepis semua rasa malu didalam diriku dengan mencoba mengajaknya duluan.

"Sakit karena hujan itu menurut aku adalah keberuntungan." Jawabnya spontan, aku mengerutkan jidatku merasa aneh terhadap lelaki ini.

"Keberuntungan? Maksud lo tuh apasih?"

"Karena tuhan yang menurunkan hujan dan ketika air itu jatuh diatas kulit aku, aku ngerasa tuhan selalu ada disekitar aku!"

"ANEH!" aku langsung pergi meninggalkan orang yang tidak tau diri dan menganggap hujan sebagai keberuntungan itu.

LOVE RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang