(9) Pembohong!

131 19 1
                                    

"Sebenarnya aku suka sama kamu." Mataku melotot ketika mendengarnya, namun entah kenapa aku merasakan ucapannya itu berkata dengan mudah begitu saja.

"Hah? Kenapa?"

"Sejak kapan kamu jadi bolot sih, Ken?" Aku bingung harus jawab apa.

"Ohh gitu, nggak sih gak bolot gue itu cuma gak denger aja tadi. Trus gi..gimana tadi?"

"Apaan sih, Ken? Muter-muter gak jelas! Tadi bilang gak kedengeran? Oke." Entah kenapa firasatku menjadi tidak enak.

"AKU SUKA SAMA KAMU KENNY!" Ya ampun apasih yang dia bilang dengan teriak lagi, kini semua orang tertuju ke meja kami. "Gimana kedengeran gak?"

"Kenny?"

"Iya, tapi maaf gue gak bisa ngasih jawabannya sekarang." Aku sudah mengambil keputusan nanti saja aku jawabnya akan aku fikirkan dulu.

"Kenapa gak sekarang aja sih nanti aku bisa kalah!" Aku mengernyitkan jidatku, apa maksudnya ini?

"Maksud aku gini loh nanti keburu kamu diambil orang."Aku merasa dia sedang mengelak dan tidak berbicara jujur.

"Ohh gitu."

***

Alarm jam bekker membangunkanku tepat jam 8 pagi, aku sengaja karena hari ini ada pelajaran jam 10.

Aku langsung siap-siap ke kampus.

Sesampainya di kampus aku memakirkan motorku dan langsung pergi ke kamar mandi untuk merapikan rambutku. Namun ketika di perjalanan ke kamar mandi tepatnya di lorong menuju kampus A aku mendengar seseorang berbicara, yang membuatku semakin penasaran suara itu sama seperti suara di gedung olahraga kemarin. Aku mendekat rasa penasaran ini mengalahkan rasa takutku.

"Gue udah nembak dia semalem, tenang aja pasti hari ini dia bakalan nerima gue. Gue bakal menang taruhan dan mobil sport lo buat gue."

"Kepedean aja lo bro, belum tentu dia nerima lo. Misalnya gue menang mobil sport lo buat gue."

"Iya deh apa kata lo aja."

Apa? orang-orang itu taruhan perasaan perempuan demi mobil sport? Tapi siapa orang itu aku tidak bisa melihatnya karena dia menghadap ke temannya, dan sepertinya mereka bukan anak kampus sini. Namun, ketika laki-laki itu berbalik.. Aku shock kenapa Si Aneh bisa melihat dan dia ada disana, ja..jadi selama ini aku hanya jadi bahan taruhan dan dia hanya ingin mendapatkan mobil sport temannya. Air mata ini mengalir begitu saja, aku menangis. Namun aku sadar bahwa disini lingkungan umum, aku langsung lari ke kamar mandi dan mengunci 1 bilik kamar mandi kecil. Ku biarkan diriku bersandar di tembok dan menangis sejadi-jadinya. Rasanya sesak tepat di dadaku, aku tidak tau harus bagaimana. Jadi gelang yang aku lihat dengan huruf acak itu milik Rian. Fikiranku campur aduk, dan begitu banyak pertanyaan. Aku memilih berhenti menangis dan pulang.

LOVE RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang