(11) Farel.

134 18 9
                                    

DEG.

Seketika aku kaget mendengarnya, faktor keluarga? "Maksud lo tuh apa sih gue gak ngerti."

"Gue tau di dalem hati lo pasti banyak pertanyaankan. Lo gue anterin pulang ya, hati lo lagi gak enak takutnya kenapa-napa."

***

Sesampainya dirumahku, aku ingin bertanya tapi aku melihatnya kedinginan karena hujan.

"Mending lo ganti baju dulu deh, pake baju bokap gue dulu aja. Badan bokap gue sama kok kaya lo."

"Okey."

Farel akhirnya masuk kedalam rumahku, kebetulan hanya ada mamahku dirumah.

"Mah temen aku kehujanan aku minjem kaos Papah ya."

"Iya de, bawa aja ke kamar tamu."

Aku mengantarnya ke kamar tamu lalu meminjamkan baju Papah padanya.

"Makasih ya."

Aku tersenyum padanya lalu langsung pergi ke kamar.

Aku membenci semua ini, mengapa dia membohongiku disaat aku sudah memberikan semua hatiku padanya.

***

Selesai mandi aku langsung ke kamar tamu melihat Farel dan benar rasanya aku ingin menanyakan satu juta pertanyaan kepada Farel.

Tok tok.

"Rel gua mau masuk lo udah selesai?"

"Iya udah, masuk aja."

Aku masuk dengan mata bengap dan memakai baju tidur.

"Mau nanya apa? Lo pasti mau nanyakan?"

"Masalahnya apasih? gua masih gak ngerti sama semua ini." Tanpa aku sadari aku menangis.

"Rian itu broken home, Ken. Dia nakal karena faktor keluarganya, Ayah sama bundanya sibuk kerja dan dia anak tunggal."

"Tapi dia seharusnya berfikir dong gua punya hati, Rel. Gak asal taruhan gitu aja!" Tanpa aku sadari aku menangis di pelukan Farel dan dia pun membalasnya.

"Udah lo jangan nangis, mulai sekarang gue akan selalu ada buat lo."

"Thanks, rel."

Aku mengajaknya makan, tapi dia menolakku dan dia bilang mau langsung pulang.

"Besok gua jemput ya, Ken."

Aku mengangguk, entahlah aku merasa nyaman dengan Farel.

***

Bunyi klakson mobil sudah berisik sedari tadi didepan rumahku, aku segera buru-buru turun karena aku tau bahwa itu adalah, Farel.

"Sorry ya, Rel. Gua bangun kesiangan tadi."

"Iya tenang aja, say." Aku meliriknya penuh benci dan sehabis itu kami tertawa bersama.

LOVE RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang