(13) Permintaan Maaf

91 12 1
                                    

"Serius Ken, gue minta maaf. Gue janji abis lo maafin gue, gue akan pergi dari hidup lo selama-lamanya. Cukup lo maafin gue sekali ini aja, gue gak enak sama lo kalo lo trus menghindar kaya gini." Mataku terbelalak, aku gemetar dan rasanya sungguh panas dingin dicampur dengan rasa, yang gak bisa disebutin satu persatu, intinya benci tapi rindu.

RIAN, kini ada didepanku memohon maaf dengan sejuta kata, membuat aku kembali mengingat bagaimana caranya dia mengajariku mencintai hujan dan bagaimana dengan begitu mudahnya dia kembali membuat aku membenci hujan!

Kini rintik hujan turun, setetes demi setetes tapi tidak terlalu terasa.

"MULAI HARI INI DAN MULAI DETIK INI, GUE KEMBALI BENCI HUJAN. DAN SEMUA ITU KARENA LO!" Aku berteriak didepan mukanya sambil menunjuk ke arah mukanya.

Rian itu tidak tahu diri! kenapa? karena seharusnya dia minta maaf dari awal, kenapa baru sekarang?

"Gue akan jelasin semua sama lo, Ken! Please dengerin gue." Ajaknya langsung menarik tanganku, namun aku langsung melepaskan tanganku dari pegangannya dengan kasar.

"Kenapa gak disini aja? Dirintik hujan yang pertama kali nemuin kita dan mungkin ini rintik hujan terakhir yang kita rasain bersama. Lo tau darimana gua udah tau semua ini?" Kataku.

"Farel," Aku terkejut mendengar nama laki-laki yang Rian sebut.

"Dia udah cerita semua sama gua, Ken." Lanjutnya.

"Oke, gua maafin lo walaupun gak dengan sepenuh hati gue. Jadi mulai sekarang jangan pernah ganggu hidup gue!" Aku teriak sekencang-kencangnya kepada laki-laki brengsek itu.

"Seenggaknya kata itu udah bikin hati gue lega, Ken. Thanks banget ya."

"Emang lo punya hati apa?" Aku langsung pergi meninggalkannya dengan sejuta amarah. Rasanya ingin menjambak rambutnya, lalu akan aku tampar seribu kali, ah tidak sepuluh ribu kali pasti rasanya lebih puas.

"Ken, ayo gue anterin lo pulang." Sapa seseorang lelaki dari dalam mobil yang membuka jendela mobilnya, Farel.

"Bayar gak?" Kataku yang membuat dia tertawa.

"Bayarnya kencan sama kamu aja."

Deg.

"Gue basah kuyup gak apa-apa nih? nanti basah lagi."

"Gak apa-apa kok, apasih yang nggak buat kamu." Katanya yang berhasil membuat pipiku memerah.
"Lo kesurupan apasih, Rel?"


-LR☔-

Farel sukses membuat aku melupakan Rian sejenak, ya walaupun ketika aku dirumah aku kembali mengingat Rian, ucapannya bahkan masih terngiang dikepalaku.

"Kenny ada paket nih buat kamu." Kata mamah sambil mengetuk pintu kamarku.

"Oh iya mah."

Ketika aku turun, aku langsung melihat kotak besar yang terbungkus rapih dari kardus. Aku langsung membawanya ke atas dengan susah payah, namun akhirnya bisa. Aku mengunci pintu kamarku, aku tidak ingin mamah terus mengejekku nantinya jika tau ini bukan pesananku, bahkan aku tidak tahu menahu tentang kotak besar ini.

Aku membukannya dan isinya....

Boneka Stitch berukuran besar dan ada surat yang menggantung dikuping boneka itu.



Maaf ya kalo nggak suka... Gue gak tau lo suka boneka apa jadi ya..

Ehm... gue beli boneka Stitch aja karena emang zaman sekarang perempuan suka tokoh kartun itu.

Sebenernya gue mau pergi seminggu buat ngurusin kerjaan bokap gua di Kalimantan. Gue ngasih ini misalnya kalo lo kangen *kegeeran* sama gue lo tinggal peluk deh. Tapi ya jangan peluk aja sih kalo bisa telepon duluan.

Farel💝

Aku tersipu melihat perilaku Farel yang mempesona. Namun nyatanya rasa yang aku punya lebih besar ke Rian. Aku akan melupakan Rian dengan adanya Farel.

Aku langsung memeluk boneka dari Farel dengan begitu erat.

LOVE RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang