(2) Khayalanku

341 34 3
                                    

Sudah sekitar setengah jam, aku berdiri menunggu hujan yang tak kunjung reda. Halaman kampus pun tampak sepi hanya terlihat beberapa pekerja yang melakukan tugas mereka.

Aku berjalan mondar-mandir sambil menatap jam tanganku dan hujan secara bergantian. Rasa takut pun mulai terasa ketika angin berhembus lumayan kencang membuat beberapa helai rambut ternang ke mukaku.

Ku putuskan duduk diam sambil bersandar pada tiang yang menopang atap halte ini, handphone-ku bergetar menandakan sebuah pesan dari..

Mamah Tercinta💝

Dek kamu dimana? hujannya gak reda-reda kalo udah gak hujan langsung pulang ya, Ken.

Ternyata pesan dari Mamah yang menyuruh ku untuk segera pulang karena hari mulai gelap.

Namun bagaimana aku pulang ke rumah jika tak ada satu pun kendaraan yang lewat sejak hujan sedari tadi. Tiba-tiba ada yang menyentuh pundakku dengan halus, aku terkejut dan langsung menoleh ke belakang.

Si Aneh? Mengapa dia tau aku disini? Mengapa ia bisa berjalan sendiri dengan mata yang tak bisa digunakan? Begitu banyak pertanyaan di dalam pikiranku.

"Lo.. Lo.. kenapa disini?" Tanyaku bergetar melihatnya.

"Kenny, ini Lo? Beneran?" Tanyanya balik yang membuatku menjadi bingung akan perilakunya yang tiba-tiba datang.

"Iya ini gue, lo tau dari mana gue disini?" Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku melainkan duduk tepat disampingku lalu menjulurkan tangannya dan mulai menggapai hujan.

"Ini hujan gak baik buat tubuh bisa buat orang demam." Larang ku yang langsung menarik tangannya dari tetesan air hujan yang masih deras sedari tadi.

"Entah mengapa aku berada disini, bertemu dengan mu. Akankah hujan yang menuntunku padamu?" Alisku mengernyit mendengarkan perkataannya yang menurutku itu aneh, namun entah mengapa membuat jantungku berdebar.

"Apakah kau tau betapa indahnya hujan? Hujan itu bagaikan ketenangan bagiku, karna jika aku selalu ada masalah hanya hujanlah yang menemaniku. Marilah ikut denganku merasakan arti hujan yang sesungguhnya."

Tanpa komando aku menerima uluran tangannya yang membawaku pada derasnya hujan, dia terus menariku sampai kita berada di tengah-tengah jalanan hujan tanpa penghalang.

Ketika tangan kita terlepas tanpa sengaja ku menoleh kearahnya yang begitu menikmati tetesan hujan pada wajahnya yang mendongak tersenyum begitu manis.

"Janganlah memandangku seperti itu, coba kau ikuti apa yang kulakukan. "

Oke akanku coba apa yang ia lakukan. Perlahan mataku mulai kututup perlahan, laluku naikkan wajahku hingga menghadap langit.

Tetesan hujannya benar membuatku merasa tenang dan damai. Baru beberapa menit kurasakan dinginnya hujan si aneh itu menepukku lalu bilang sesuatu yang pelan dan sulit untuk didengar.

Namun suara sianeh itu perlahan suaranya berganti dengan suara bising orang banyak.

Karena merasa aneh langsungku buka saja mataku melihat sekeliling seperti kantin, hah kantin? Apa tadi hanya mimpi ? Lalu dimana hujan, halte, dan si aneh.

Mengapa hanya ada mahasiswa dan mahasiswi yang makan sambil berbincang bincang, dan mengapa suasana kampus ini ramai bukan sepi seperti tadi.

"Hmm mungkin hanya mimpi. Tapi mengapa seperti nyata?" Lirihku lalu pergi meninggalkan kantin. Namun khayalan ini berhasil membuatku mulai mencintai hujan dan itu karena Si Aneh alias Rian.

LOVE RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang