(7) Kejanggalan

152 28 3
                                    

Setelah dia menyelesaikan makananku dikantin, dia menghampiriku dengan tersenyum.

Terbesit rasa heran terhadapnya, yang seolah olah bisa melihat, karna aku sering melihatnya dengan sejuta kejanggalan.

Seperti saat itu ketika ia menghampiriku ditaman, aku merasa janggal karna dia tiba-tiba ada di belakangku, lalu ia berjalan menghampiriku tanpa bantuan tongkat yang biasa di gunakan orang buta.

Dan yang lebih membuatku heran lagi, dia itu dapat mengenaliku dari jauh, seperti waktu itu aku sedang dihalte menunggu jemputan.

Laluku dengar seseorang memanggilku dengan suara yang terdengar kecil karna sepertinya seseorang itu berada di kejauhan.

Laluku menoleh ke arah orang yang memanggilku, dan ternyata itu dia.

Apakah selama ini dia hanya berpura pura buta? atau hal lain yang membuat dia seperti itu.

"Heii..heii.... hallo... kenapa bengong?" Seseorang mengagetiku dengan menepuk nepuk dipundakku.

"Eh lo...udah selesai masaknya?" Tanyaku.

"Udah kok, lagian juga udah mulai sepi." Ia menjawab sambil duduk menghadapku.

Kutatap matanya dalam dalam, aku yakin dia merasakan banyak pertanyaan jika menatapku balik.

"Kamu kenapa?" Tanyanya lagi.

"Gue boleh tanya sesuatu ga sama lo? " Aku memelankan volume suaraku, karena aku benar ingin menanyakan hal itu.

"Mau nanya apa?" ia jawab dengan sangat santai.

"Lo itu sebenernya bisa...."

cause if you like the way...

"Bentar ya aku angkat telepon dulu." Izinnya lalu pergi menjauh.

Arghhhhhhh!!.. kenapa ada penggilan sialan ituu, padahal dikit lagi aku menemukan jawaban yang aku ingin kan, arghhhhhh siall..

Ku berdiri langsung pergi meninggalkan meja itu tak perduli jika nantinya dia mencariku.

Namun, saat aku kerparkiran dibalik gedung olahraga belakang terdengar seperti ada orang yang berbicara lalu tertawa.

Karena rasa penasaranku besar, dan negatif thinkingku sudah berkeliaran di dalam otaku.

Aku melangkah pelan sebisa mungkin sangat pelan, semakin dekat ku kearah sumber suara,dan semakin jelas ku dengar percakapan itu.

"Heii..kalian santai aja, dia udah mulai ada rasa sama gua. "
Suara itu sepertinya aku mengenalnya.

"Waktu lo udah tinggal dua minggu lagi men.. kapan lo tembak dia, pertaruhan kita berlanjutkan jangan sampe lo ada rasa sama dia!"

Apa? jahat sekali mereka. Aku meyimpulkan perbincangan tadi itu seperti sesuatu yang dipertaruhkan dan itu menyangkut perasaan seseorang bukan seuatu barang yang di pertaruhkan.

Sebetulnya tak penting jugaku mendengarkan, lebih baik aku pulang lalu tidur.

Kuputar badanku dengan pelan supaya tak menghasilkan suara, namun nasib berkata lain.

Kretek, kretek.

Sial mengapa aku menginjak ranting hingga mengeluarkan bunyi yang begitu nyaring.

Dan bersamaan itu juga, ku dengar seperti ada segerombolan yang berlari ketika mendengar suara ranting tadi.

Niatku kembali ke mobilku sampingkan sebentar, aku penasaran lalu berjalan ketempat dimanaku dengar pembicaraan tadi.

"Hmmm mereka ini apa-apan sih, masa denger gitu aja langsung kabur."

Okelah tidak ada apa apa disini, dan waktunya pulang.

Ketika kaki ku melangkah, aku seperti mengijak benda pada langkahan kedua, aku mengangkat kakiku melihat benda apa yang aku injak.

Dan ternyata itu gelang, jika kupikir pikir aku seperti pernah melihat ini, dan ternyata gelang ini mempunyai liontin kotak yang hurufnya diacak.

N-A-R-I

Nari? haha maksudnya apaan nihhh.

Hujann turun ini yang kusuka loverain, aku rentangkan tangan ku menikmati tetesan hujan.
Kurasa bebanku hilang seperti terbawa air hujan

LOVE RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang