Change

138 26 3
                                    

Author POV

1 bulan kemudian.

Tak terasa sudah 1 bulan Priscilla terikat dengan Altar yang semakin hari bersikap aneh dan tidak seperti dirinya yang dulu, juga ada Vernandes yang selalu ikhlas memberikan nasihat nasihat tentang kedekatan Priscilla dan Altar. Entah mengapa Vernandes begitu mengkhawatirkan adik kelasnya itu.

Altar dengan sikapnya yang sekarang berubah menjadi keras yang terus saja seolah memperbudak Priscilla yang jelas menjadi pacarnya. Ketiga sahabatnya pun sampai kehabisan kata kata untuk memperingati sikap kasar Altar, karena tidak hanya Priscilla yang dikekang tetapi orang terdekatnya pun juga ia sikapi dengan tidak seharusnya.

*****

"La"

Sebuah suara telah mengusik konsentrasi Priscilla yang kini tengah berkutat dengan rumus rumus di hadapannya.

Dengan wajah datar menahan amarah Priscilla menoleh ke teman semejanya, ya Natalia. Tanpa berucap dan hanya menaikkan sebelah alisnya yang menandakan ia berkata 'apa?'.

"Gue bingung deh sama pacar lo itu, dia lagi ada sesuatu yang di tutup tutupin ya dari kita kita?"

"Siapa lo? Ga usah sok tau dan ikut campur"

"Gue harap lo sadar La!"

Singkat percakapan diantara sepasang teman semeja itu, begitulah sikap dingin Priscilla sekarang yang begitu jauh dari sifat riang ceria nya dulu. Itu adalah sebagian efek dari perilaku Altar kepadanya yang malah berimbas ke siapapun yang ada di dekatnya.

-waktu istirahat-

Dengan cueknya Priscilla berlalu meninggalkan mejanya yang masih berantakan dan Natalia yang masih menatapnya bingung, ia menuju ke kantin seorang diri.

Sesaat ia melihat sosok yang dicarinya dari awal, dia Altar. Dengan langkah kaki yang cepat Priscilla menghampiri Altar berniat untuk menuruti apa yang dikatakan pacarnya itu.

"Kak"

"Lama! sana pesan makanan buat gue, Kevin, Vernandes sama Satria ga pakai lama" kata Altar dengan menampakkan gaya bossy nya

"Ayo sama gue Cill sekalian bantu bawa hehe" ucap Satria

Cukup lama sampai akhirnya Priscilla datang dengan nampan di masing masing tangannya, juga Satria yang memegang minuman dan mengekor dibelakang Priscilla.

Mereka menghabiskan makanannya dan berlalu meninggalkan Priscilla yang masih terpaku di tempatnya sambil memandang uang uang yang Altar suruh untuk membayar semua makanan yang mereka beli. Tapi tidak bagi Natalia dan Kevin yang justru memaksa untuk menemani Priscilla.

"Mending kalian duluan aja, biar gue yang beresin semua ini daripada Kak Altar marah lagi"

"Gue bantuin sini nyantai aja kali" kata Natalia dengan santainya

"Gue aja yang beresin, kalian bayar aja semua makanannya dan gue tunggu sini" ucap Kevin sambil mengulas senyuman manisnya

"Oke sebentar"

*****

Priscilla POV

Jujur aku sebenarnya sudah muak dengan sikap menyebalkan Kak Altar yang semakin hari semakin menjadi jadi, tapi sungguh dia masih punya daya tarik yang besar terhadapku. Aku ingin sekali mengakhiri hubunganku tapi selalu ada perasaan dimana aku harus mempertahankan Kak Altar apapun kondisinya.

Jika harus memilih pasti aku memilih kemauan keluargaku untuk melepaskan Kak Altar tapi tidak semudah itu untuk move on darinya. Kalian sendiri kan tahu kalau aku menyayangi Kak Altar dari awal masuk sekolah.

Ah sudahlah.

Tak mau lagi aku percaya pada semua kasih sayangmu

Tak mau lagi aku tersentuh pada semua pengakuanmu

Kamu tak kan mengerti rasa sakit ini kebohongan dari mulut manismu

Pergilah kau

Pergi dari hidupku--

"Cilla" tanpa menoleh kujawab,

"Ngapain lo kesini? Masih mau nyakitin gue lagi hah? Gatau malu"

Aku tau siapa yang menghampiriku maka dari itu aku berani mengatakan ucapan yang agak kasar seperti tadi.

"Ini gue Kai"

Yaelah salah sangka kan. Sabar Cilla, jangan bawa orang lain kedalam permasalahan sendiri.

"Apaan sih?"

"Besok ada kerkel sejarah dirumahnya Natalia, kalau mau bareng sama gue bilang aja ya."

"Whatever"

Perasaanku sedang tidak karuan sekarang sampai aku saja tidak tau kalau semua orang telah jadi sasaran kemarahanku.

Ingin rasanya memiliki teman sekaligus sahabat juga keluarga bagiku tapi apa daya, semua telah sesuai rencana dan aku hanya bisa berharap atau lebih baiknya ada orang disekitarku yang pengertian atas kondisiku.

-esok hari-

Aku sudah selesai mengerjakan tugas dirumah Natalia walau ada sedikit cek cok diantara argumen yang kami sampaikan, lebih baik aku ke mall untuk sedikit cuci mata sekaligus menghilangkan penat.

Ke mall berarti melewati tempat biasa tongkrongan Kak Altar dkk dan aku tau itu, tapi tidak ada jalur lain. Dan benar saja aku melihat Kak Altar dkk dari kejauhan yang kini tengah bercanda ria tertawa bersama sahabat sahabatnya itu, lain jika bersamaku.

Aku sadar saat aku melewati tempat tersebut Kak Altar sempat mengetahui keberadaanku tapi tak mungkin dia berlaku hal yang aneh aneh, paling mentok ya hanya mengancam demi perlakuan bak raja untuknya.

Sampai di mall.

Aku langsung ke bagian pakaian pakaian berniat untuk membeli beberapa potong kaos ataupun crop tee. 1 setengah jam aku berkeliling dan hanya melihat lihat karena belum ada yang pas dihati, dan tiba saatnya kebiasaanku jika bepergian. Yap! Ke toilet. Aku sedikit tergesa gesa ke arah toilet dan kebetulan toilet laki laki dan perempuan hanya bersebelahan dan ya pasti itu memang sudah dirancang.

Masuk ke salah satu bilik dan keluar, begitu tegangnya aku saat langsung bertemu dengan Kak Altar yang sudah menungguku di depan bilik yang kumasuki tadi sambil memasang smirk nya.

"Harusnya kan lo ikut nongkrong sama gue, kok malah enak enakan shopping sih?! Ga tau di untung lo ya"

"Ehem, maaf Kak gue tadi abis pulang dari rumahnya Natalia juga soalnya. Dan-- gue mau bilang kalau kita ga ada hubungan lagi sekarang."

"Gue kan pernah bilang kalau lo ga akan pernah putus dari gue, inget itu!"

"Tapi gue mau kita putus! Permisi." kataku sambi meninggalkan Kak Altar yang masih stay di tempatnya berdiri.

Plak.

<><><><><><><>

TBC.
See u next chap
Osh.jws❤

The Real Life [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang