Choice

99 12 1
                                    

Cilla kembali ke kesehariannya sebagai murid yang wajib menjalankan pendidikannya dengan tampilan fresh seakan tidak ada masalah, itulah make up andalannya. Ia sudah mulai berusaha untuk bersikap tenang dan rela akan semua perbuatan Altar kepadanya karena hanya itulah yang bisa ia lakukan.

Tentu saja Cilla selalu ditemani dengan keempat sahabatnya yang setia kemanapun bersama walau ada kendala dengan perbedaan tingkat kelas diantaranya. Nata yang iba dengan kondisi Cilla, saat itu pun berfikir untuk bekerja sama dengan Calvin selaku keluarga yang paling banyak menyimpan curhatan Cilla.

Nata menceritakan semua yang telah terjadi dengan Cilla selama ia menjalin hubungan dengan Altar, dan mulai menyusun rencana.

Skip.

Tertawa dengan sedikit memainkan lelucon, hal inilah yang sedang diperbuat oleh Kevin dan Satria demi mencairkan suasana dan sejenak menghibur Cilla. Begitupun dengan Vernand yang hanya tertawa dengan aksen dinginnya, tetapi suasana menjadi canggung ketika Altar datang secara tiba-tiba dan langsung menarik pergelangan tangan Cilla.

"Gue mau ngomong sama lo." ajak Altar yang memasang wajah seperti menahan emosi

"Gue minta 'jangan ganggu ketenangan kita, lebih baik lo pergi sebelum gue emosi." kata Kevin tegas

"Jangan ikut campur! Dan jangan coba-coba mantau apa yang mau gue lakuin ke Cilla." tegas Altar yang semakin meluap

"Make it quickly and don't be late." ucap Vernand yakin

Setelah mendapat persetujuan dari teman-teman Cilla, Altar kemudian membawa Cilla ke daerah belakang gedung sekolah dan sesaat ia menormalkan irama nafasnya untuk meredakan amarah kemudian menatap kosong Cilla yang ada tepat di hadapannya.

"Lo mau terima dengan cara mudah atau yang rumit hah?" tanya Altar yang di balas dengan tatapan bingung oleh Cilla

"What are you talking about?"

"Lo pilih, terima atas semua perlakuan gue tanpa kasih tahu keempat bodyguard lo atau mau gue yang selalu neror dan ikuti lo kemanapun lo pergi?"

"Micheoseo! Gue masih mau menikmati hidup dan gue ga akan pilih diantaranya."

"Pilih salah satu atau lo pulang tinggal nama?" kata Altar yang meraba saku celananya dan mencengkram kuat benda yang ada didalamnya

"Gue ga takut sama iblis macam lo!"

Srreek! Tess tess tess.

Altar yang tidak terkendali kini mulai meradang dan ingin segera meluapkan emosinya ke Cilla, tapi apa daya Cilla yang hanya bisa memasang pertahanan diri dan mental yang kuat untuk melawan Altar yang secara fisik lebih kuat beberapa kali lipat dibanding tubuh mungil Cilla.

Sampai rok yang dikenakan Cilla robek meninggalkan luka sayatan di pahanya juga bercak merah disekitar.

"See? Lo hanya perlu pilih salah satu dan lo selamat. Apa itu terlalu sulit hm?" tanya Altar meremehkan

"Lo-- lo kelewatan iblis!"

"Choose please."

"Okay fine! I choose your first choice."

"Jangan bocorin tentang semua ini kesiapapun! Kalau sampai ada yang tahu, tubuh lo akan senasib seperti paha lo. Ingat itu lemah!"

Apa yang terjadi? Altar yang terbaik kini berganti menjadi Altar yang brutal, apa itu nama yang cocok untuknya? Sikap yang sama sekali tidak menghormati perempuan yang kini ia kembangkan, sama sekali tidak pakai otak.

Disisi lain, Cilla menahan sakit serta perih dan juga menahan air mata yang seperti ingin tumpah begitu saja sejak tadi. Tapi, ia tidak akan terlihat lemah didepan Altar dan ia bertekad untuk membuktikan itu semua. Ia juga harus bisa menyimpan rahasia ini rapat-rapat tanpa terlihat mencurigakan dihadapan keempat sahabatnya.

Mengapa Cilla memilih first choice? Karena ia sama sekali tidak ingin membawa orang-orang yang ia sayangi ke dalam permasalahan yang cukup rumit seperti ini, oleh karena itu ia siap tidak siap harus menerima akibatnya.

Skip.

Cilla kembali menghampiri keempat sahabatnya yang sekiranya sudah menunggu lama, ia memasang wajah sekuat mungkin untuk menutupi perasaannya. Tapi ia hanya mampu untuk sekedar menutupi wajahnya tanpa menghilangkan jejak sayatan di paha mulusnya.

"Astaga Cilla lo ga di apa-apain kan? Gue hectic banget sumpah." kata Nata

"Hey don't worry, i'm fine. Lagipula apa yang perlu lo cemasin? Gue kuat coy." kata Cilla sok tegar

"Santai La, bilang Abang kalau lo sampai di apa-apain sama si Altar. Arrachi?" hibur Satria

"Kalau mau cerita ke aku aja ya sayang?" ucap Kevin sok manis

"Arrasseo, itu menjijikkan Kak Kev. By the way gue duluan ke kelas ya mau tidur hehe see you mas cogan, yuk Nat." jawab Cilla

"Jangan melamun dijalan ya Cil."

"Nanti aku nyusul sayang."

"Perhatikan jalan.

*****

Hari telah berganti malam dengan ditandai sunyinya jalan kota, begitu juga suasana dirumah Satya sekeluarga yang tengah sibuk sendiri setelah aktivitas makan malamnya, karena bosan akhirnya Calvin menghampiri Cilla yang sedang membalut pahanya dengan kain kasa.

Kedatangan Calvin mengagetkan Cilla.

"Ya Tuhan, itu kaki kamu kenapa sayang? Kok sampai kebuka gitu sih lukanya? Sini abang aja yang obatin 'kamu diam aja tenang jangan panik. Aduh pasti perih banget ya La? Lagian main sama siapa sih kamu sampai kaya begini?" kata Calvin sambil mengambil alih betadine dan kain kasa dari tangan Cilla

"Jangan kaya perempuan ah Bang."

"Gitu banget sih kamu."

"Tau definisi lebay ga Bang?"

"Apa?"

"Abang."

"Kampret."

"Sakit Abang ih jangan di pencet-pencet gitu lukanya, lihat tuh berdarah lagi kan."

"Stt, Abang kan 'Abangnya kamu jadi pasti pakai hati kalau lagi pegang kamu sayang."

"Abangnya aku? Kok kaya ada jijik-jijiknya gitu ya? Berarti aku itu Cilla nya Abang gitu?"

"Pede gilak."

"Ah sakit."

"Finish."

Cup cup cup cup cup cup

"Abang ih najis banget ewh!"

"Basah wkwk."

<><><><><><><>

TBC.

The Real Life [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang