chapter 1

21 1 0
                                    

TRING ... TRING ...

Jam weker yang berada di nakas berbunyi dengan antusias membangunkan siapa saja yang berada diruangan ini .

Elisa meringkuk didalam selimut tebal mulai terusik dengan dentingan nyaring dari jam weker sialan itu . Ia menyibakkan selimutnya kasar lalu beranjak dari kasur queen sizenya yang benar benar empuk itu . Dia meraih jam weker yang berada dinakas lalu menghentikan dentingan nyaring dari jam itu dengan sekali sentuhan . Ia berjalan menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari kasurnya . Ia bergegas mandi dan mempersiapkan dirinya untuk hari pertama sekolahnya yang memasuki bangku SMA .

" elisa ! Kau sudah bangunkan nak ?" Tanya bunda elisa yang berteriak dari balik pintu kamarnya .
" iya bunda , aku segera turun " teriak elisa sambil menyisir rambutnya dengan sisir yang berada dinakasnya lalu meraih tasnya yang berada dikasurnya . Dengan sedikit tergesa gesa elisapun menuruni tangga dengan berlari kecil dengan sisir masih berada ditangannya.

" elisa ! Jangan menyisir sambil berjalan !" Ucap bunda memperingati .
" baiklah bunda , hanya hari ini saja " ucap elisa sambil menyeringai lalu mengembalikan sisir yang dipegangnya ketangan mom yang hanya menggeleng melihat tingkah anaknya itu .

" kau tidak sarapan ?" Tanya mom setelah melihat anaknya menyambar kunci mobil yang berada dimeja makan .
" aku minum susu saja yah bun " jawab elisa setelah melihat makanan yang berada di meja makan yang tidak menggunggah seleranya . Bunda elisa hanya bisa mengangguk lemah lalu berlalu untuk meletakkan sisir yang tadi diberikan elisa kembali kekamarnya .

Elisa berjalan kepintu utama dengan sedikit berlari namun ia menghentikan langkahnya dan kembali ke meja makan seperti melupakan sesuatu .

" bun elis berangkat yah bun ." Ucap elisa sambil mencium hangat kening bundanya lalu kembali berlari kecil kearah pintu .

                              --o0o--

Suasana jalanan ibukota terlihat ramai dengan hiruk pikuk kendaraan roda dua maupun roda empat memadati perempatan jalan . Elisa tak henti hentinya melihat jam tangan yang berada dipergelangan tangan kirinya . Elisa selalu mengumpat ketika ia melewati perempatan jalan yang selalu membuatnya menjadi tontonan teman temannya saat ia mendapat hukuman dari pak kepala sekolahnya yang galak itu .

Setelah kira kira setengah jam menunggu diperempatan jalan , akhirnya ia berhasil melewati perempatan itu dan tancap gas kesekolahnya .

Dan disinilah elisa berdiri didepan pak kepala sekolah yang menatapnya tajam . Ia bahkan takut untuk melihat matanya jadi ia memutuskan untuk menunduk dan menunggu keputusan dari pak kepala sekolah . Terdengar desahan panjang yang berat khas pak kepsek . Ia tahu ini akan berakhir menyedihkan dihari pertama sekolahnya di bangku SMA .

" elis , kau sudah dewasa ! Kau sudah cukup paham dan cukup mengingat peraturan sekolah ini . Selama tiga tahun penuh kau bersekolah disini dan selama tiga tahun itupun kau belum bisa menghilangkan kebiasaan terlambatmu " jelas pak kepsek panjang lebar dan terdengar seperti mengulur ngulur waktu karena perbincangan ini terkesan basa basi mengenal pak kepsek selalu membentaknya . Dan hari ini terkesan seperti menegurnya seperti tak pernah terjadi apapun atau mungkin pak kepsek sudah jenuh dengan tingkahnya ini .

" baiklah . Kita akan menunggu " ucap pak kepsek menggantung . Menunggu ? Menunggu siapa ? Batin elisa . Pak kepsek seperti mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru sekolah sampai akhirnya pak kepesek berhenti dan memfokuskan pandanganya pada sosok itu yang membuat pak kepsek berkacak pinggang .

" kalian bersihkan lapangan sekarang !" Teriak pak kepsek setelah seseorang menghampiri elisa dan berdiri disampingnya . Namun elisa tak menganggapnya karena ia fokus pada ubin yang ada dibawahnya yang tampak lebih menarik daripada sosok yang ada di sampingnya . Dengan langkah seribu ia berlari kearah lapangan dan mendaratkan bokongnya pada kursi yang berada di samping lapangan yang biasa digunakkan untuk penonton .

Elisa menghembuskan nafas panjang , ia sama sekali tak punya ide untuk membersihkan lapangan ini .
" kau tak membersihkannya ?" Tanya seseorang yang berdiri tepat disampingnya .
" aku tak punya ide untuk membersihkannya , apalagi sekarang kita berdua " ucap elisa tanpa menatap sosok yang diajak bicara .
" maksudmu , bukannya seharusnya lebih baik berdua karena lebih cepat membersihkannya ?" Ucapnya sontak membuat elisa menatapnya .
" kau siswa baru ?" Tanya elisa
" yah , begitulah " ucapnya enteng sambil mengangkat bahunya .
" pantas kau tak tahu " ucapnya yang hampir berbisik
" maksudmu ? " tanyanya semakin tak mengerti

Namun elisa terlalu malas menceritakkanya karena ia pasti tak akan mengerti . Ia hanya mengangkat bahunya dan kembali menatap kosong kelapangan .

Terdengar helaan nafas panjang dari seberang ia tahu bahwa laki laki itu pasti sudah malas menanyakan apapun . Laki laki itu mengambil posisi duduk tepat disebelah elisa dan cenderung sangat dekat karena elisa dengan reflex melonjak kaget dan melotot kearah pria itu . Namun laki laki itu sama sekali tak menanggapinya ia malahan asik menatap lapangan yang besar dan juga kotor dengan dedaunan kering .

" kita harus mulai darimana ?" Tanya pria itu namun tak menoleh kearah elisa .
" mungkin berkenalan " ucapnya lalu menawarkan tangan kanannya kedepan wajah elisa yang menatap lapangan lalu menoleh kearah pria itu . Elisa dengan sungkan membalas tangannya .

" elisa jusuf " ucapku
" jonathan kau bisa memanggilku joe " lanjutnya
" baiklah "
" jusuf ? Nama belakangmu aneh " ucapnya sambil mengangkat kedua bahunya .
" itu nama mendiang ayahku " ucapku tanpa menatapnya . Keheningan menderu mereka . Mereka sama sama tidak berani memulai pembicaraan .

" maaf " ucapnya memecah keheningan .
" tak masalah " ucapku enteng
" baiklah , kita harus membersihkan ini . Kalau kau tak mau melihat pak kepsek marah marah " ucapnya sambil beranjak dari kursi .
" kau ... mau kemana ?" Tanya elisa sambil menatapnya .
" mengambil peralatan piket di gudang " ucapnya disambut anggukan kecil elisa namun tak lama kemudian ia berbalik dan menatap elisa aneh .
" kau tahu gudang dimana ?" Ucapnya ragu langsung disambut kekehan dari elisa . Setelah tahu dimana letak gudang joe langsung berlari dan menghilang dari balik tembok . Sementara elisa hanya duduk menenangkan dirinya sambil menutup matanya .

Terdengar derap langkah kaki yang berlari kecil menghampirinya . Ia tahu bahwa joe datang dan membawa perlatan piket .

" apa ! Kau sudah membersihkannya ? " tanya joe mengganggu ketenangan elisa . Ia mengangguk pelan tanpa membuka matanya .

" dengan apa ?" Tanya joe membuat elisa mendelik kesal .
" kau tak akan mengerti . Sudahlah duduk dan tutup matamu " ucap elisa sambil menutup matanya melanjutkan .
Joe yang melihatnya hanya menggeleng pelan lalu mengikutinya menutup mata . Joe marasa sangat tenang dan juga tanpa sadar ia menyunggingkan senyum manisnya .
" kau tersenyum ?" Tanya elisa tiba riba membuat joe membuka matanya dan terlonjak kaget saat melihat elisa memperhatikannya dengan sangat dekat membuat joe salah tingkah .
"Kau ... kau sedang apa ?" Ucap joe ragu
" sedang memperhatikanmu " ucapnya enteng tanpa bergeming . Elisa terkekeh pelan saat melihat joe yang salah tingkah .

" ayo . Kita harus masuk kekelas " ucap elisa sambil menepuk pundak joe pelan lalu beranjak pergi .

Joe sampai saat ini masih dikoridor panjang yang benar benar tiada akhir . Sampai sekarang dia berputar putar tanpa tahu tujuannya . Tiba tiba saja ia tersandung sebuah kaki yang melintang dikoridor . Setelah mendapat keseimbangannya kembali iapun berjalan mendekat menghampiri sepasang kaki yang melintang tak berdaya . Ia perlahan medekat sampai ia melihat seorang pria terbaring membelankangi tembok dengan meutupi wajahnya dengan jaket .

" hey ! Kau !" Teriaknya sedikit ragu
" hey ! Kau sedang tertidur bukan ?" Ucapnya yang sekarang sudah menggoyang goyangkan pundak pria itu . Tiba tiba tubuh itu meneggang dan terbangun sambil berteriak membuat joe terjungkal kebelakang sekaligus mengelus dadanya . Setidaknya pria itu masih hidup .

" kau ! Sedang apa kau disini ?" Tanya pria itu bingung.
" seharusnya aku bertanya itu padamu " ucapnya tegas .
" bolos " ucapnya sambil menutup wajahnya lagi dengan jaket melanjutkan tidurnya . Joe hanya bisa menggeleng pelan benar benar tak menyangka harinya benar benar aneh mulai dari pertemuannya dengan elisa . Bahkan wanita itu tak tampak setelah berlari kecil dari lapangan .

Disinilah joe berada dikelas yang benar benar ramai dan rusuh . Dipenuhi para siswa siswi iseng yang tak henti hentinya membuat keributan . Sebenarnya ia tak kecewa hanya saja ia terlalu malas untuk membuat onar disekolah barunya jika tidak akan berakhir seperti mantan sekolahnya .

Author 's
Jangan lupa vote yah ! Sekian

The Last DescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang