First : Pertemuan Pertama

465 27 5
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Itu artinya hanya ada lima belas menit lagi waktu untuk Jessica sampai di kampus. Sementara gadis cantik itu masih berada di dalam mobil. Jalanan yang tengah ditempuhpun sedang macet. Jessica mulai gusar.

“Pak, tidak bisa menyelip? Atau ada jalan alternatif tidak?” tanya Jessica kepada sopir pribadinya. Si sopir melirik gadis itu melalui spion mobil.

“Tidak ada Non,” sahut si sopir yang bernama Danu itu.

“Aduh, bagaimana ini? Waktu tinggal lima belas menit lagi. Nanti kalau telat saya bisa dapat hukuman dari senior. Ini hari pertama ospek Pak,” seru Jessica. Ia mulai celingukan keluar jendela, melihat-lihat kalau-kalau ada seseorang yang dapat membantunya. Jessicapun mulai menurunkan kaca jendela, dan menutup hidung sejenak karena debu jalanan mulai menyapa indra penciumannya itu. Setelah ia melepaskan tangannya dari hidungnya tersebut, sontak matanya tertuju pada seseorang yang tengah membawa sepeda motor tak jauh dari mobilnya. Sepertinya pengendara yang memakai helm itu adalah seorang lelaki, dan sepeda motor itu juga tengah terjebak macet sama seperti mobilnya. Tak berapa lama kemudian, si pengemudi sepeda motor itupun menatap kearah Jessica. Jessica akhirnya dapat melihat bahwa pengemudi sepeda motor itu memanglah seorang pemuda, tatkala ia membuka kaca helmnya. Sejenak mata mereka bertemu, dan tiba-tiba saja rona wajah pemuda itu tersenyum geli dan tawanyapun meledak ketika melihat Jessica. Ia bahkan menutup mulutnya karena tawanya begitu terpingkal-pingkal ketika melihat Jessica. Jessica kebingungan, kenapa pemuda itu malah tertawa ketika melihatnya? Iapun memperhatikan penampilannya di kaca bedak yang dikeluarkannya dari dalam tas. O o, penampilannya memang lucu. Jangankan pemuda itu, Jessica sendiri tersenyum geli menatap wajahnya yang dibalut bedak tepung beras yang begitu putih. Rambut dikuncir lima dengan pita warna warni, dipipinya juga dibuat sebetuk tompel besar berwarna merah, dikedua belah pipinya. Bibir diberi lipstik warna merah darah. Ya Tuhan, penampilannya benar-benar menyerupai seorang badut. Terang saja pemuda tadi tertawa terpingkal-pingkal ketika melihatnya. Tetapi mau bagaimana lagi, ini adalah peraturan ospek dari seniornya di kampus. Ini adalah hari pertama ospek, dan seluruh mahasiswi baru diwajibkan berdandan begitu. Jessica kembali menoleh kearah pemuda yang masih duduk di motornya itu, sepeda motor pemuda itu mulai bergerak ke depan ia lihat, karena ada celah sedikit. Ya, kalau macet begini, pengendara sepeda motor lebih beruntung daripada mobil. Karena sepeda motor dapat menyelip.

“Pak, saya turun disini saja. Bapak balik pulang saja,” ujar Jessica kepada sopirnya.

“Tapi Non...” tukas Danu. Namun sebelum ia sempat meneruskan kata-katanya, Jessica sudah turun dari mobil dan berlari kearah sepeda motor pemuda yang dilihatnya tadi. Penampilannya yang begitu lucu sempat menarik perhatian beberapa orang. Bagaimana tidak, kaos kaki bola yang berlainan warna dikenakkannya benar-benar menggelitik mata orang, selain itu tas dari kantong plastik yang disandangnya juga mengundang gelak tawa.

“Ojek Mas,” ujar Jessica ketika sampai di sepeda motor yang dilihatnya tadi, sambil terengah-engah karena habis berlari. Si pemuda yang mengemudikan motor, menoleh dan tersenyum geli menahan gelak tawanya agar tidak meledak.

“Saya bukan ojek,” sahut pemuda itu.

“Bagus. Kalau begitu, saya tidak perlu bayar,” tukas Jessica dan langsung naik ke sepeda motor itu. Si pemuda mulai kelihatan keberatan.

“Hei, kau apa-apaan sih? Turun tidak?” hardiknya.

“Tolonglah. Ini hari pertama ospekku, waktu tinggal lima belas menit lagi. Kalau aku sampai telat, aku bisa dihukum,” bisik Jessica memelas.

“Itu bukan urusanku,”

“Kau tidak punya hati ya?”

“Bodo. Kenal denganmu juga tidak,”

Jason & JessicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang