Fifth : Curahan Hati Sang Pujaaan

111 17 0
                                    

Pagi-pagi sekali, Jason sudah sampai di kampus. Ia duduk seorang diri di depan Fakultas Ekonomi. Karena masih terlalu pagi, belum terlalu banyak mahasiswa yang datang di kampus. Hanya ada beberapa mahasiswa baru yang berdandan konyol. Ini adalah hari kedua ospek. Mengingat ospek dan mahasiswa baru, pikiran Jason langsung terarah kepada gadis cantik yang bertemu dengannya pertama kali di jalanan macet itu. Ya, Jessica. Apakah gadis itu belum datang? Jason celingukan dan mencari-cari wajah gadis itu, namun ia tidak melihatnya. Sepertinya Jessica memang belum sampai di kampus ini. Jason mendengus dan menunduk. Pikirannya pagi ini begitu kacau, terlalu banyak beban otak yang ia rasakan. Kepada siapa ia harus mengadu? Iapun tidak punya seorang sahabat yang bisa diandalkan menyimpan rahasia. Hanya ada teman-teman kampus yang tidak terlalu dekat dengannya. Tentu tidak mungkin menceritakan masalahnya kepada teman-temannya itu.

Tiba-tiba sebuah sepeda motor berhenti di pelataran parkir. Jason mengangkat wajah dan menoleh. Ternyata itu adalah Robert, pemuda itu langsung menghambur menghampiri Jason ketika sudah turun dari sepeda motornya.

"Bro," sapanya sambil menepuk pundak Jason dan duduk dihadapan pemuda itu. Jason tidak menjawab, ia hanya tersenyum kecut. "Kenapa wajahmu kusut begitu?" tanya Robert lagi.

"Tidak apa," sahut Jason berbisik.

"Kalau ada masalah itu, sharing-lah. Jangan dipendam sendiri, nanti jadi penyakit. Ohya, kau mau rokok?" tanya Robert lagi menawarkan rokok. Jason menolaknya dengan halus, karena memang ia tidak merokok. Sementara Robert mulai menyulut sebatang rokok.

"Tumben pagi sekali sudah datang," ujar Robert lagi.

"Iya," sahut Jason datar.

"Ohya, aku mau bicara. Kebetulan, kurasa ini waktu yang tepat," tukas Robert lagi. Ia menghembuskan asap rokonya sebelum melanjutkan. "Jessica, dia gadis yang sedang kuincar. Kuharap kau sportif, sebagai sesama lelaki yang sudah kenal dan berteman cukup lama, kurasa kau tidak akan mau merebut gadis yang sedang kuincar," sambung Robert serius. Jason mengernyitkan dahi menatap pemuda yang duduk dihadapannya itu.

"Merebut?" tanyanya.

"Ya. Maksudku, jangan kau dekatilah gadis itu, karena dia sedang kuincar sekarang. Kau tahu, aku sudah cukup lama menjomblo, dan aku menemukan kecocokan dengan dia. Aku tahu, kau ganteng, dan banyak diidolakan gadis-gadis disini. Kuharap kau mengerti dengan ucapanku," terang Robert dan menepuk pundak Jason beberapa kali. Ia lalu bangkit berdiri dan bergegas meninggalkan pemuda itu yang masih duduk termangu.

Selepas kepergian Robert, Jason terdiam. Padahal, ia sendiri juga sedang mengincar Jessica. Entah mengapa, gadis cantik itu terlalu mempesona baginya, bahkan sejak pertemuan pertama mereka. Namun karena Robert juga menyukainya, haruskah Jason mundur? Dan sepertinya Jessica juga senang dekat dengannya. Lantas haruskah Jason menghapus rasa yang mulai hadir untuk gadis yang dipujanya itu?

Sekonyong-konyong lamunannya buyar, ketika mendengar suara langkah kaki bertubi-tubi mendekatinya. Jason menoleh dan melihat Jessica, gadis itu, tengah berlari-lari memasuki koridor Fakultas Ekonomi. Dandanannya masih lucu, konyol, dan menggelitik. Karena memang begitulah dandanan yang diharuskan bagi para mahasiswa dan mahasiswi baru. Ketika melihat Jason, Jessica menghentikan langkah dan melempar senyuman kepada pemuda itu. Jason membalasnya dengan tersenyum pula.

"Pagi Kak," sapa Jessica sedikit terengah-engah.

"Pagi," sahut Jason. "Kok lari segala?"

"Takut telat lagi," jawab Jessica. "Untung saja tidak macet pagi ini,"

"Ini masih terlalu pagi. Masih lama waktu berkumpul,"

"Iya," sahut Jessica. Ia mulai berjalan di koridor dan Jason menyamai langkahnya.

Jason & JessicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang