Eighth : Lagu Cinta Untuk Jason

134 17 0
                                    

Hari ini merupakan hari pertama bagi Jessica menjadi mahasiswi yang sebenarnya. Ia tidak perlu berdandan konyol lagi, tidak perlu menghadapi kekerasan senior lagi. Ya, ospek sudah berakhir. Dan hari ini, dengan mengenakkan baju dress cantik, Jessica melangkah seorang diri di koridor. Sempat ia bertemu dengan beberapa orang mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang di koridor tersebut. Jessica selalu melempar senyum kepada siapapun yang diliriknya. Ia memang begitu, tidak sombong. Tiba-tiba, ketika sampai di dekat tangga menuju lantai dua, Jessica melihat Jason duduk termangu seorang diri di salah satu anak tangga. Wajah pemuda itu menunduk dan sepertinya sedang menanggung beban derita yang amat sangat.

"Hei," sapa Jessica menepuk pundak pemuda itu. Jason terjingkat dan memperbaiki sikap.

"Pagi," sapanya tersenyum.

"Pagi juga," balas Jessica, tersenyum pula. "Kenapa pagi-pagi sudah melamun? Nanti kesambet lho, kalau melamun terus,"

"Siapa yang melamun? Aku tidak melamun," kilah Jason. "Ohya, ada kelas apa pagi ini?"

"Ilmu Ekonomi Pembangunan, bersama Pak Wahyu," jawab Jessica lirih.

"Oh. Wah, kau kelihatan berbeda. Lebih cantik dari biasanya," komentar Jason memperhatikan Jessica. Ya, dengan tanpa berdandan konyol seperti saat ospek, Jessica kelihatan begitu menawan. Gadis itu merasa tersanjung dan tersipu malu.

"Bisa saja," bisiknya mencubit lengan Jason.

"Serius," kata Jason lagi meyakinkan. Ia bangkit berdiri dan melangkah bersama Jessica menaiki tangga menuju lantai dua.

"Kau ada kelas apa?" tanya Jessica.

"Tidak ada. Aku ada kelas siang nanti," jawab Jason.

"Lalu kenapa sudah datang pagi? Hebat. Calon mahasiswa sukses,"

"Bukan begitu. Aku bosan saja dirumah, makanya ke kampus. Bertemu denganmu membuatku sedikit melupakan masalah dirumah," ungkap Jason.

"Masalah dengan mamamu lagi ya?" terka Jessica.

"Ya. Begitulah,"

"Ohya, aku minta maaf sekali lagi. Tidak sepatutnya papaku berkata demikian padamu tadi malam," bisik Jessica penuh sesal.

"Sudahlah, lupakan saja. Aku tidak tersinggung, karena aku memang salah. Dan kejadian tadi malam, membuatku jadi berpikir, bahwa seorang ayah sangat menyayangi putrinya. Apalagi cantik sepertimu,"

"Gombal," tukas Jessica.

"Aku serius. Seandainya saja ayahku masih hidup," bisik Jason getir. Jessica melirik kepada pemuda itu dengan pandangan kasihan.

"Sabar," bisiknya pula mengusap pundak Jason.

"Ya. Kau seharusnya bersyukur masih punya ayah,"

"Ya. Tapi yang aku tidak bisa terima, kenapa dia tega memisahkanku dengan ibu kandungku sendiri," tukas Jessica pula, sedih. Kali ini Jason yang mengusap pundak gadis itu, berharap dapat menenangkannya.

"Sabar," bisiknya pula. Mereka sama-sama tersenyum dan tersipu-sipu malu. Jason dan Jessica memang sama-sama memendam perasaan mereka, dan keduanya belum mau untuk mengutarakannya. Diam-diam, Terry tanpa sengaja memperhatikan mereka dikejauhan. Gadis itu geram sekali. Ia gemas sekali kepada Jessica.

"Ohya, katanya kau membuat lagu untukku?" tanya Jason memecah keheningan diantara mereka. Jessica terjingkat dan baru mengingat tentang hal itu.

"Oh iya. Aku hampir saja lupa. Ini, sudah kutulis liriknya. Kau baca ya," ujarnya mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Jason.

Jason & JessicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang