elf

222 48 79
                                    

WARNING!!!
FULL OF PSYCHOPATH AND SADISTIC!

If you're under age, please be a wise reader. If you have a fear of blood, please kindly leavE. Don't blame me if you have a nightmare bcs of this chapter. This chapter will be full of picts and gifs. So, make sure you HAVE A DATA CONNECTION.

Happy reading!

---

"LEPASKAN AKU! SIAPA KAU?!" Teriakannya menggema di seluruh sudut ruangan kumuh yang sudah tak ditinggali. Ruangan kecil pengap yang menyeruakkan bau amis ke indra penciuman.

''I won't. And you'll never know who I am.''Jawabnya dengan tawa mengerikan. Bukan, bukan khayalan. Semua ini nyata. Wanita pembunuh itu tepat berada di depannya. Di depan wajahnya.

"Apa yang dapat kau lakukan?! Kau hanya satan! Kau tak bisa membunuh, ataupun menyentuh manusia!" Ucapnya tepat di depan makhluk itu.

''Ouch. Am I? Kalau begitu, kenapa tanganmu berdarah?''Jawabnya dengan seringaian lebar.

Sorotan mantanya menatap pergelangan tangannya. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat tangan kirinya yang diikat di depan lutut tertancap razor tipis bersiluet. Darah segarnya yang mengalir deras bagaikan hiburan tersendiri bagi makhluk hitam itu. Makhluk yang menjaga semua mangsanya agar tak ada yang keluar hidup-hidup.

Makhluk itu dapat  bergerak bebas. Bak debu yang dapat memudar dan kembali ke bentuk semula. Semua ini nyata. Ia bangkit kembali. Ada seseorang yang membangkitkannya. Ia kembali. Untuk menuruti perintah tuannya. Untuk membunuh dan menyiksa jiwa yang sekarat.

''I must go.. I wanna play a game with Amanda..''  Bak desahan menyeramkan terdengar mendetum di gendang telinganya. Iris nya membulat sempurna. Ia rela jika harus mati. Ia rela jika menawar nyawanya demi gadis itu. Ia rela tersiksa demi kebahagiaannya. Ia rela.. Jika kalian bertanya mengapa..

Ia mencintai gadisnya.

***

01.01 AM

"U-uh.. Di mana aku?" She wake up at midnight. Bad dreams, maybe?

"Di rumah sakit, bodoh." Jawab seseorang.

"Where the hell is Michael?!" Teriaknya.

"Kenapa kau menanyainya?" Tanyanya menyelidik. Walaupun begitu, terlihat sepintas senyum meledek dari wajah tampannya.

"Shut the fck up, Luke! Jawab!" Ia berteriak lagi. Luke pun berjalan ke arah ranjang rumah sakit. Dan mendekap tangan berbalut infus milik gadis itu.

"Kau bermimpi buruk tentangnya?" Sekarang, wajah Luke tak sekonyol tadi. Lebih serius dengan tatapan yang mampu membunuh semua sel syaraf orang yang bermasalah dengannya. Namun, tak ada yang tahu.

"D-darimana kau tahu?" Ucap gadis itu lirih.

"Itu bukan mimpi, Amanda. Semuanya nyata. Saat kau terlelap, makhluk itu merasukimu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prom Night • clifford #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang