10. Sia-sia

3.7K 362 11
                                    

Aldi,Tara, dan (Namakamu) beriringan berjalan menuju ke kelas Tara. Mereka berdua berencana untuk menunggui Tara sekolah. Hanya 2 jam. Memang anak TK belajar selama 2 jam.

Aldi dan (Namakamu) penasaran, sehebat apa orang tua dari anak itu.

"Tara belajar pinter-pinterya, nak. Biar bisa jadi dokter." Nasihat (Namakamu) sambil mengusap pipi Tara lembut.

"Iya, mama." Tara berlari dengan riang menuju kelasnya yang dihiasi dengan banyak stiker.

Aldi dan (Namakamu) menuju ke kantin sekolah. Tentu saja mereka tidak lepas dari pandangan para orang tua. Bahkan ada pula wartawan dari salah satu stasiun TV menghampiri mereka.

'Selamat pagi Aldi, (Namakamu).' Sapa wartawan itu.

"Pagi." Jawab (Namakamu) dan Aldi.

'Tumben kalian berdua nungguin Tara sekolah. Memangnya Aldi enggak sibuk?'

"Ya kebetulan agenda sama CJR lagi nggak terlalu banyak."

'Jarang sekali melihat kalian nungguin Tara. Memangnya Tara lagi ada yang ngincer. Atau kalian takut Tara diculik?' Celetuk Sang Wartawan.

"hushh. Namanya orang tua lah ya, pasti kawatir sama anaknya. Saya juga mau ketemu walikelas nya Tara. Kebetulan Aldi juga gak sibuk, jadi dia nemenin."

'Oh seperti itu. Makasih jawabannya, makasih juga ya atas waktunya. Mari (Namakamu), Aldi.'

Aldi dan (Namakamu) meneruskan perjalanan menuju kantin yang terpotong akibat adanya wartawan tadi.

Di kantin, mereka mengambil bangku paling dekat dengan jendela yang mengarah ke kelas Tara supaya dapat memantau puteri kecil mereka.

"Kentang goreng large satu, sama orange juice 2."pinta Aldi sebelum Waitress bertanya.

Aldi dan (Namakamu) sedang bercanda. sesekali melirik ke arah orang-orang yang memperhatikan mereka. Tak jarang pula Aldi menyinggung nama-nama bagi anak kedua mereka.

"Hai."

Kedatangan orang ini sungguh tak terduga. Benar-benar tidak terduga. Mengapa? Karena Aldi dan (Namakamu) tidak pernah menyangka akan bertenu wanita itu disini. Wanita? Ya yang menyapa mereka tadi adalah seorang wanita yang tak lain adalah Bella.

"Ngapain lo?" Tanya Aldi jutek.

"Aku tadi nganter keponakan aku. Rencananya aku mau ke kampus habis ini, tapi ketemu kamu. Jadi kuliah nya aku cancel 2 jam lagi." Ujar Bella sambil mengamit lengan Aldi. Dengan mudahnya dia berkata seperti itu. Seolah disitu hanya ada Aldi.

Click

Lain halnya dengan (Namakamu). Wanita itu sekarang tengah duduk sambil menggenggam erat sebuah garpu. Berharap garpu itu dapat ia tusukkan ke mata Bella yang tak henti-hentinya melirik ke arahnya seolah menyindir. Dan mata itu tak berhenti untuk mengedip pada Aldi, membuat (Namakamu) semakin memanas.

"Ekhem. Permisi. Anda tau sopan santun kan? Aldi suami saya. Kita sama-sama perempuan, Seharusnya anda bisa mengerti." (Namakamu) berucap dengan santai namun menusuk lalu berdiri sambil mengangkat garpu didepan wajah Bella.. Tapi dimata Bella, ia bukan apa-apa.

"Aldi, nanti kita pilih cincin tunangan kita ya." Perempuan ini benar-benar sudah gila.

"Apasih lo. Gue gak mau nikah sama lo. Perempuan gak tau diri, gak tau etika." Ketus Aldi yang menbuat emosi Bella memuncak.

"Anda lihat sendiri kan?" (Namakamu) melipat tangannya didepan dada.

Emosi Bella sudah tidak dapat ditahan. Lantas ia mendorong (Namakamu) hingga punggung (Namakamu) membentur dinding lalu terperosot ke lantai.

"Ha! Rasain tuh. Perempuan tukang rebut pacar orang." Bella meraih tasnya lalu pergi.

"Dasar perempuan gi-

"Aldi..." Rintih (Namakamu)

"Sayang!" Aldi langsung berjongkok menggenggam tangan (Namakamu).

"Sakit." (Namakamu) merintih memegangi perutnya.

Aldi menatap (Namakamu) dari atas sampai kaki. Daj pandangannya terhenti pada betis (Namakamu) yang dipenuhi dengan darah.

"Tahan sebentar ya. Kita kerumah sakit." Kata Aldi dengan panik.

"Ta..ra gimana?"

"Nanti aku minta tolong Iqbaal jemput aja." Aldi menggedong (Namakamu) menuju mobil.

• • •

Aldi menggenggam erat tangan (Namakamu) yang sedari tadi menangis.

"Hiks..." (namakamu) terisak memunggungi Aldi.

"Sayang, udah..." Aldi meraih punggung (Namakamu) dengan suara dan tangan gemetaran.

(Namakamu) menepis lengan Aldi pelan. Ia sedang tidak ingin di ganggu sekarang.

Aldi tahu, istrinya sekarang benar-benar terpukul atas kejadian ini. Ini semua karena Bella, wanita gila yang tadi mendorong (Namakamu) lalu membuat (Namakamu) harus kehilangan janin nya.

Ya. (Namakamu) harus kehilangan janin yang selama 4bulan ini berada dalam rahimnya akibat pendarahan hebat yang ia alami tadi.

"Kamu makan ya?" Tanya Aldi dengan lembut. Namun (Namakamu) menggeleng.

"Ayolah, kamu tadi ngeluarin banyak banget darah. Aku beliin makan ya." Tanpa menunggu jawaban (Namakamu), ia keluar dari ruangan dengan menggunakan masker dan hoodie. Ia tahu pasti akan banyak wartawan dari acara-acara infotainment yang akan menanyai nya. Ia sedang tidak mood untuk di tanyai saat ini.

Cklek.

'Aldi, gimana kondisi (Namakamu)?'

'Apakah janinnya selamat?'

'Siapa yang melakukan ini?'

'Apa benar jika Bella Graceva yang melakukan ini?'

Jujur, semua pertanyaan itu membuat emosi Aldi naik.

"BISA KASIH JALAN UNTUK SAYA? SAYA MAU LEWAT!" Bentak Aldi. Memang Aldi dari dulu dikenal sebagai personel yang paling gampang emosi dan paling sensitif diantara 2 rekan lainnya.

Sesudah mendapat bentakan dari Aldi, para wartawan tadi langsung mundur dan memberikan jalan bagi Aldi untuk lewat.

•••

Sepanjang jalan menuju kantin rumah sakit, Aldi hanya berjalan dengan tatapan kosong. Dan tidak sadar bahwa disana ada sebuah motor CBR sedang melaju.

CIITTTT.

Untung si pengendara motor dapat mengerem dengan cepat. Kalau tidak....

"WOI! BISA BAWA MOTOR GAK SIH LO?" Bentak Aldi sambil melepas masker dan kerudung hoodie nya.

"Lah? Elu di?" Ujar pengendara motor itu lalu melepaskan helm nya.

"Eh, elu bas. Maap ye gue udah ngebentak lo tadi." Ujar Aldi dengan nada menyesal. Bas? Dia Bastian, sepupu Aldi yang juga pernah berkarir bersama Aldi, Kiki, daa Iqbaal.

"Iya gak apa-apa. Tadi gue barusan nonton infotainment? Apa bener di?" Tanya Bastian. Aldi sudah tahu pasti hal itu yang akan ditanyakan.

Aldi mengangguk lesu.

"Siapa yang ngelakuin ini di?"

"Bella, bas."

"Bella Gravespa eh Graceva itu? Anak kuliahan yang wujudnya kayak cabe-cabean?".

"Iya bas. Ngakunya anak konglomerat, tapi tingkahnya kayak orang kolongmelarat. Gak tau diri dan gak tau etika."

"Ceritain dulu ke gue gimana kronologis kejadiannya." Pinta bastian.

"Nanti aja gue cerita, anterin gue ke restoran bas. nyari makanan buat (Namakamu)."

"Yaudah. Buruan naik."

"Thanks ya bas."

[2]My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang