Chapter XII : The Prince and Princess Tale

183 22 6
                                    

Tangisan bayi memecah malam diselimuti kabut tebal. Hyerin, dengan keringat membasahi sekujur tubuh memeluk bayi pertamanya setelah setahun menjadi nyonya Park. Ia kecup kening merah bayi itu berkali-kali. Tak terasa setetes airmata jatuh. Hyerin mengusap kepala bayi itu penuh kasih sayang.

'Anak itu harus memiliki Compel. Bagaimanpun caranya.'

'Compel bukan sesuatu yang mudah diwarisi. Konon katanya Klan Ivsky sendiri sangat memuliakan pewaris kekuatan itu.'

'Tch..'

'Bermaksud menyingkirkan nyonya muda?'

'Well, I prefer the easiest one.'

Masih terngiang jelas percakapan Shinwo malam itu yang tanpa sengaja ia dengar. Meski ia sungguh bahagia putrinya terlahir sehat tanpa cacat, hati Hyerin masih belum bisa tenang menanti bayi kecilnya tersebut membuka mata.

Bukan. Bukan karena ia takut dicampakkan oleh suaminya.
Ia jauh lebih takut anak tak berdosanya kelak menjadi objek percobaan seperti anak-anak lain.

Ia mengenal Shinwo.
Shinwo tidak akan segan-segan menyakiti anaknya sendiri untuk alasan yang sama.

Demi menyelamatkan sebuah klan.

Airmata kembali mengalir saat ditatapnya ruang bersalin yang sepi. Hanya ada dia, bidan dan beberapa perawat.

Tidak ada Shinwo.

Tidak ada Jaewon.

Ia sendiri. Di hari berharga anak mereka.

"Hana. Park Hana. Jaewon memilihkannya untukmu. Bagaimana? Nama yang indah, bukan? Tumbuhlah mekar seperti bunga. Hana.. Bunga yang tidak akan hancur walau diterpa badai."

Dalam hati ia terus berdoa, semoga Hana tidak mewarisi kekuatannya.

"Hyerin-ah!" pekik seseorang menyentak Hyerin. Dengan nafas yang mengepul di udara, sosok Jaewon tersenyum di ambang pintu. Memandang haru dirinya yang tengah menggendong bayi.

Pria yang tak pernah luntur ketampanannya itu mendekati Hyerin dengan mata terpaku pada Hana, "Dia sangat cantik." ucap Jaewon begitu lembut.

Hyerin memukul pundak Jaewon berkali-kali. Melampiaskan emosinya yang memuncak. Kesal, marah, sedih juga lega.

Setidaknya Jaewon selalu ada.
Setidaknya ia memiliki sahabat terbaik di dunia.

"Bodoh! Bodoh! Kenapa kau terlambat! Bodoh!"

Tangan Jaewon menepuk puncak kepala Hyerin, menenangkannya. "Aku disini sekarang. Maaf."

Tangis Hyerin dan Hana pun membuncah menjadi satu.

.

.

.

"Masih belum membuka mata?"

Shinwo menatap dingin Hana kecil di gendongan Jaewon. Setelah sekian hari akhirnya Shinwo datang berkunjung ke tempat Hyerin.

Mengabaikan betapa kesalnya Hyerin, ia kembali beranjak pergi.

"Dia anakmu, Shinwo! Peluklah dia sekali saja."

"Aku sibuk–"

"Menghabiskan malam bersama wanita lumpuh itu, maksudmu?"

Shinwo berbalik memandang Hyerin tajam. Memperlihatkan dengan jelas bahwa dia tidak suka perkataan Hyerin barusan.

"Apa karna compelmu begitu penting jadi kau merasa seperti di atas angin, Min Hyerin? Kau tetaplah seseorang istri yang aku bayar. Sadar akan posisimu."

My Little Princess, Hana [SLOWUPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang