Chapter VII : I Love.. You?

163 21 1
                                    

"Kau pulang saja Chanyeol-ssi."

Insiden pingsannya Park Jimin akibat melihat mata Hana membuat perasaan gadis Gumiho itu tak tenang. Saking paniknya ia juga memanggil Sera agar datang ke rumahnya. Padahal jika dipikir-pikir untuk apa Sera dilibatkan?

Setelah Hana dapat berpikiran jernih, barulah ia sadar bahwa sejak tadi Chanyeol mengikuti mereka. Chanyeol tidak tahu tentang identitas-gumiho-nya. Pria itu tidak boleh berlama-lama di dekatnya. Apalagi disaat genting seperti sekarang.

"Aku tidak menyangka phobianya separah itu." Chanyeol tampak khawatir dengan kondisi Jimin yang terbaring diatas tempat tidur Hana. Terbesit rasa bersalah di dihati gadis itu.

"Bukan karna phobia.." batin Hana murung.

"Mungkin lebih baik kubawa pulang? Kau tidak perlu repot-repot me-"

"Aniya! Dia tanggung jawabku!" potong Hana segera. Mana mungkin ia membiarkan Chanyeol membawa Jimin pulang? Jauh darinya? Bagaimana jika Jimin langsung tewas?

Sebelah alis Chanyeol tertarik keatas, bingung karna Hana tak seperti biasanya malam ini, "Kenapa?"

Hana mendesah berat, tak tahu harus mengatakan apa. Tatapan Chanyeol yang begitu intens mematahkan niatnya untuk berdusta.

"Chanyeol-ssi, kumohon.. jangan bertanya lebih dari ini.." kata Hana buntu. Sedetik. Dua detik. Lima detik. Sepuluh detik mereka terdiam. Hingga akhirnya tangan hangat Chanyeol menepuk pelan puncak kepala Hana.

"Arasseoyo." Chanyeol tersenyum dengan tatapan teduh. Hana selalu menikmati tatapan yang pria itu berikan. Rasanya sangat nyaman. Seolah-olah Chanyeol dan dirinya telah saling memahami.

Aneh.

"Dia sudah pulang? Kau tidak ketahuan kan? Kenapa kalian bisa bersama-sama? Tadi sore kalian kemana?"

Begitu masuk ke rumah, Sera telah menunggu dengan berpuluh-puluh pertanyaan khas dirinya. Tadi dia sempat mengintip bagaimana dekatnya Chanyeol dan Hana. Ini berita baru untuknya.

"Tidak.. dia tidak bilang apa-apa."

"Tidak bilang bukan berarti tidak tahu." bantah Sera tak sepaham.

"Sudahlah. Bagaimana Jimin?"

Hana masuk kekamar diikuti Sera yang masih belum puas mendapat jawaban tidak jelas Hana. Tapi dia lebih memilih diam karna sekarang bukan saatnya membahas hal itu.

Dilihatnya Jimin yang masih belum siuman. Wajahnya pucat dan suhu tubuhnya turun drastis. Disebelah Jimin ada Cho Jaewon-ayah Hana- yang tengah memeriksa denyut nadinya.

"Bagaimana appa? Dia.. terkena itu?" tanya Hana was-was. Jaewon menatap putrinya itu lalu menghela nafas.

Melihat sikap ayahnya itu, tak perlu ditanyakan lagi. Sebenarnya ia tahu bakal begini, tapi tetap saja ia masih berharap bahwa Jimin pingsan hanya karna phobia. Sekarang, harapannya pupus sudah.

Sera yang sejak tadi diam, kembali buka suara, "Itu.. apa?"

Ayah-anak itu pun sama-sama menoleh memandang Sera sedih.

"Sera-ya.. Jimin kritis."

"K-kritis?"

.

.

.

"KENAPA KALIAN TERUS MENGIKUTIKU?!"

Aku dan Sera tersentak malu layaknya stalker yang ketangkap basah tengah membuntuti targetnya. Segera kumenyibukkan diri bermain bersama kucing yang kebetulan lewat sementara Sera pura-pura memotret pohon dengan ponselnya.

My Little Princess, Hana [SLOWUPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang