[*] Pict: Park Chanyeol
.
.Sore yang tidak jauh berbeda dari sore-sore sebelumnya. Penghuni kediaman timur ribut karna tak berhasil menangkap kucing pencuri yang memporak-porandakan ruang penyimpanan barang selama 3 hari bekalangan ini. Barang-barang yang hilang tetap sama jenisnya. Obat-obatan mahal, ginseng berumur ribuan tahun dan juga daging impor yang tentunya jika ditotalkan bernilai jutaan won*(*mata uang korea). Meski berpuluh-puluh penjaga elite ditugaskan untuk siaga di ruangan itu, keesokan harinya mereka ditemukan pingsan tanpa tahu apa yang terjadi.
Disisi lain, Chanyeol, putra sulung pewaris utama Klan mereka tampak berlari tergopoh-gopoh menyembunyikan buntelan berukuran sedang di balik bajunya. Sesekali ia melirik ke belakang, memastikan tidak ada yang mengejarnya sampai detik ini.
Anak laki-laki berbiji mata abu-abu itu mengeluarkan buntelan tadi begitu tiba di kediaman barat. Disana berdiri wanita cantik yang tak lain adalah ibu tirinya. Hyerin.
"Kau melakukannya lagi." tegur Hyerin bersedekap. Nada bicaranya walau tegas juga tersirat kasih sayang, "Dan kau datang lagi padahal sudah berapa kali kuusir."
"Izinkan aku melihat adikku, Eommoni.." lirih Chanyeol memelas.
Hyerin ikut sedih melihat keputus asaan Chanyeol. Dirangkulnya anak itu lalu diusapnya punggungnya pelan.
Sudah seminggu Hana mengidap penyakit aneh. Dan sudah seminggu pula Hana kehilangan penglihatannya. Kedua mata Hana dibalut perban demi mengantisipasi cahaya masuk yang diduga dapat menyakiti retinanya.
Merasa semunya terjadi begitu tiba-tiba, Hana terpuruk. Ia mengurung diri di kamar, menolak untuk dikunjungi oleh siapapun. Termasuk kakaknya.
"Demamnya masih belum turun. Tapi dia makan secara teratur." jelas Hyerin mencoba menghilangkan kekhawatiran Chanyeol. Tapi tetap tak berhasil.
"Tidak. Tidak bisa begini. Aku harus melihatnya." ucap Chanyeol keras kepala. Hyerin seketika mencubit pipinya kuat.
"Hei anak muda! Pikirkan perasaan adikmu. Dia pasti malu bertemu denganmu dalam kondisi 'lemah'."
"Seandainya dia malu, aku bisa menghapus ingatannya, Eommoni. Aku hanya ingin memastikan bagaimana keadaannya. Itu saja."
"Ah itu curang namanya." Hyerin tertawa mencoba mencairkan suasana sekaligus mengalihkan pembicaraan, "Kudengar kalian ingin menikah?"
Wajah Chanyeol memerah. Ia lalu menyilangkan tangannya di depan wajah untuk menutupi rasa malu, "E-eommoni.. itu.."
"Ide bagus. Siapa yang tidak menyukai anak semanismu ini, hemm.." lagi-lagi Hyerin mencubit pipi chubby Chanyeol. Wajah anak itu berubah kesal.
"Eommoni, jangan mengalihkan pembicaraan."
Hyerin berdehem, "Hmm.. Bagaimana ya.."
"Lima belas menit -tidak sepuluh menit saja. Ia tidak akan mengingatnya.. aku jamin."
Hyerin membenarkan dalam hati. Chanyeol mewarisi kekuatan itu dari ibunya. Tentu dia bisa.
Baru saja Hyerin berniat mengizinkan anak tirinya itu masuk, dari kejauhan dilihatnya Shinwo memandang tajam kearah mereka. Mood Hyerin hilang. Ia menyuruh Chanyeol untuk pulang segera karna ayahnya pasti tidak akan suka dia berlama-lama disini.
Setelah hari itu, Hyerin tak lagi menemukan Chanyeol di depan rumahnya. Meskipun Hana bersikeras menolak kunjungan Chanyeol, gadis itu sedikit tidaknya merasa terhibur mendengar suara Chanyeol dari dalam kamar.
Oleh sebab itu kondisi Hana semakin memburuk dan demamnya bertambah tinggi. Setiap malam Hana mengerang kesakitan, mencakar-cakar wajahnya sendiri. Matanya seperti terbakar. Jika saja tidak ada Hyerin yang berusaha menahannya, mungkin Hana sudah mencongkel paksa kedua manik matanya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess, Hana [SLOWUPDATE]
FanfictionPerjalanan hidup seorang Cho Hana, Si Gumiho buruk rupa . . Note : Mohon maaf jika ada kesamaan dalam cerita. Itu diluar batas pengetahuan authornya^^. No Plagiat. No bashing. . . [*]/Inspired by Kim Yeong Mi's manhwa. Walau ceritanya sangat bertol...