"Chan oppa.."
Chanyeol masih tak percaya akan apa yang ia dengar. Pria berpostur jangkung tersebut menunduk pada Hana yang terbaring pasrah di kakinya. Tak melepas tatapan, gadis itu bangkit. Ia berbalik membuka pintu sebelum akhirnya tangan Chanyeol menahan benda kayu yang baru terbuka setengah itu.
"Hana.."
Sebelah tangan Hana terangkat, menyetop perkataan Chanyeol, "Maaf. Aku tidak bermaksud memanggilmu dengan banmal. Tadi itu.." ucapnya menggantung, "tadi.."
"Aku mengerti."
"Apa yang kau mengerti?" tanya Hana cepat sambil menoleh. Dua kerutan tipis muncul dikeningnya.
"Ada kalanya gadis-gadis yang berinteraksi denganku tak bisa menahan diri untuk memanggilku oppa.."
"Maksudmu?"
"Karna aku.. mempesona? Benar?"
Hana mengerjapkan matanya, "Chanyeol-ssi.. Sekalipun aku menyukaimu, aku bukan tipe gadis agresif."
"Kau yakin?" sambil mengatakan itu, kepala Chanyeol bergeser mendekat. Menyudutkan Hana ke pintu. "Mungkin saja dulu-"
"Tidak pernah." tekan Hana yakin. Ditatapnya dua biji mata Chanyeol. Mencoba membuktikan bahwa ia tak terpengaruh.
Brakkk
Tiba-tiba pintu dibelakang Hana dibuka dari luar dan otomatis mendorong gadis itu hingga sekali lagi mendudukkan Chanyeol diatas kloset. Chanyeol mengaduh, merasakan hidungnya yang terbentur keras oleh kepala marmer Hana.
"O-oh? Karna pintunya terbuka jadi-UWAAH!!"
Siswa yang tadi membuka pintu memekik kaget, tak menyangka ada seorang gadis di dalam toilet pria. Buru-buru Hana lari menyingkir dari tempat itu yang sebelumnya sempat menggumamkan kalimat maaf pada Chanyeol.
"Kalian berbuat mesum pagi-pagi begini?" ejek siswa itu melirik Chanyeol. Chanyeol balas menatapnya. Dengan tatapan berbeda.
"Kau. tidak. melihat. apapun. disini." desisnya mensugesti. Siswa tersebut bak robot mengangguk menanggapi perkataan Chanyeol.
Detik berikutnya, ia berkedip kebingungan berada di dalam toilet sendirian. Tanpa mengingat apa-apa yang terjadi.
.
.
.
"Bagaimana bisa tanganmu terluka?" celetuk Sera yang langsung saja duduk di samping Jimin.
Mereka kini berada di atap sekolah. Tempat favorit Hana dan Sera yang juga kebetulan merupakan markas Jimin. Tak jarang mereka berdebat memperebutkan tempat itu.
Padahal hanyalah sebuah atap sekolah kumuh."Masuk. Disini dingin."
"Menurutku tidak begitu dingin." bantah Sera manyun. Dalam hati ia menggerutui niat Jimin yang pasti ingin menguasai tempat itu.
"Bukan kau.." kata Jimin melirik perut Sera. Sera reflek menyilangkan tangan ke badannya.
"Apa yang kau lihat?!"
"Yang kulihat bayimu, bodoh." Jimin mencibir sambil menyipitkan mata, "Aku juga bodoh karna mengkhawatirkanmu." gumamnya
Sebuah tepukan keras mendarat di kedua bahu Jimin dan Sera. Sontak mereka berbalik ke belakang. Kelopak mata Jimin melebar dan bersiap mengambil langkah seribu kalau saja sosok tersebut tidak mencengkram kerah bajunya.
"Ketemu."
"Yaak Cho Hana! M-menjauh dariku!" Jimin meronta paksa. Jika Hana bukan makhluk bertenaga super, tentu Jimin sudah bisa lepas sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Princess, Hana [SLOWUPDATE]
Fiksi PenggemarPerjalanan hidup seorang Cho Hana, Si Gumiho buruk rupa . . Note : Mohon maaf jika ada kesamaan dalam cerita. Itu diluar batas pengetahuan authornya^^. No Plagiat. No bashing. . . [*]/Inspired by Kim Yeong Mi's manhwa. Walau ceritanya sangat bertol...