1

274 60 62
                                    

》Bahkan aku tidak pernah menyadari bahwa aku benar-benar sendiri《

Kosong, adalah salah satu kata yang dapat ku abadikan di dalam hidupku. Kata kosong membuatku tidak percaya akan kesendirian yang menimpaku, dan kosong-aku terdiam di dalam sepinya. Seperti sebuah cangkir yang kosong.Masih bersama cangkir kosongku, kedua tanganku memeganginya, melihat sisa-sisa kopi yang tertinggal, yang sudah bisa ditebak- pasti rasanya pahit. Aku memang tidak pernah bisa membuat kopi yang enak seperti buatan Mama, kopi yang dibuatnya berbeda jauh dengan kopi yang selalu ku nikmati di sore hari. Tentu saja, kopi buatanya setara dengan kopi buatan para barista yang ada di kafe-kafe.

Namun saat ini, aku lebih memilih untuk menghabiskan kopi buatanku sendiri lalu pergi dan meninggalkan sebuah cangkir kosong.

"Aku akan memberi nilai tujuh untuk kopi buatan mu," kata Raffa Sambil memegang cangkir kopinya.

Wajahku murung, lagi-lagi nilai itu yang kudapat. tapi pria itu tak bisa kusalahkan, dia menilai sesuai apa yang dirasakannya.

Aku kemudian menyembunyikan raut wajah murungku dan mengganti nya dengan senyuman manis.

"Emmmm...tidak apa-apalah, yang jelas kau harus menghabiskannya," kataku lalu menghirup aroma kopi yang begitu menggoda di tanganku.

Dia terlihat begitu menikmatinya, lalu kenapa dia hanya memberinya nilai tujuh, sedangkan dia sepertinya sangat menikmatinya.

"Kau tahu?," aku menggeleng da dia melanjutkan perkataannya. "Walaupun rasanya tidak enak, masih ada cinta yang secara tersirat bisa menambah keunikan di dalam kopi buatanmu," tambahnya.

Perkataannya membuatku menari-nari di atas khayalan, lalu pada saat aku berputar kakiku pun terkilir. Dan aku jatuh di dalam pelukannya. Dan mata kami berdua bertemu, terdiam. Namun saling membaca.

"Maaf, aku harus segera pergi! Malam nanti aku ada janji dengan Vita."

Dan perkataan terakhirnya membuatku jatuh saat ia melepaskan pelukannya dan khayalanku terhenti seketika.

Aku mengangguk dan menatap punggungnya yang semakin menjauh, setelah itu aku membereskan kedua cangkir kosong yang terletak di atas meja.

"Lagi-lagi cangkir ini kosong," keluhku sambil memasang muka kesal.

Author Pov

Seorang gadis menuruni anak tangga tampak sedang membawa koper yang cukup besar. ditariknya koper itu dengan kuat, melihat buku-buku di tangannya yang hanya dilapisi oleh sedikit daging, membuat nya kelihatan kurus. Raut wajahnya memberi aroma yang tercium seperti aroma kesendirian, bahkan setiap dia tersenyum semua orang akan tau itu bukan senyuman yang biasa tersungging di bibirnya.

Tarikan nafasnya membuatnya tenang, ia menggigit bibir bawahnya.

"Selamat tinggal Hongkong," bisiknya pelan.

"Tinggalkan semua kenangan-kenanganmu di sini! Kita akan pergi dari sini," seutas senyuman kekhawatiran terpampang nyata di hadapannya.

"Akan kucoba," suara gadis itu terdengar Serak.

"Cobalah untuk tersenyum lebih fasih, kau tidak ingin membuat semua orang kehilanganmu bukan? Tersenyumlah dan katakan pada mereka kau akan berusaha memperbaiki lukamu!"

Cappuccino Story (Jatuh CINTA itu Sederhana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang