5

92 34 4
                                    

Dua cangkir kosong, pria itu meletakkan dua cangkir kosong di atas nampan, nampaknya dari tadi wajah yang khawatir itu sedang menunggu seseorang, padahal semua bahan yang disediakannya sudah lengkap.

Ia masih terus duduk sambil menopang dagu, wajahnya tersenyum sumringah saat ia melihat gadis itu berjalan cepat dari arah pintu.

Dibukanya pintu itu perlahan dan menghampiri Kael yang sudah menunggu di meja bar, ia langsung duduk dan meletakkan tasnya di atas meja. Maya tersenyum menatap pria itu dan Kael memberinya secangkir cappuccino.

"Maaf, aku-," ucapannya terhenti saat cappuccino nya sudah berada di depannya.
"Minum saja dulu, itu dingin. Sebaiknya minum pakai ini," ucap Kael saat menyuguhkan minuman itu bersama dengan sedotan.
Maya terdiam lalu tersenyum pelan. "Terima Kasih," ucapnya.

Maya meminumnya dengan nikmat, ternyata cappuccino sangat enak jika dinikmati dalam keadaan dingin. Kael hanya menatap nya sambil terkekeh, rupanya gadis ini begitu lelah. Apa Alan memberinya pekerjaan berat? Kael memicingkan matanya lalu menyimpan dua cangkir kosong yang sempat diletakkannya di atas nampan.

"Kenapa?" tanya Maya saat melihat Kael mengangkat nampan.

Kael menatap nampan yang di pegangnya sejenak, "eh, ini, mau kusimpan," ucapnya kaku.

Maya mengerutkan kening lalu merebut nampan itu darinya, "kenapa disimpan, katamu mau mengajariku ?"
Kael menatap Maya sejenak, gadis ini sangat cantik sehingga membuat dirinya tidak bisa berkedip.

"Baiklah, kupikir kau lelah."

Kael menyuruhnya masuk kedalam.

Dua cangkir itu masih kosong, Maya mengangkat satu cangkir dan melihat ukiran yang tertera. Disapunya gelas itu dengan tangannya, Matanya menatap tajam ke arah Kael yang sedang bebricara dengan temannya.

Tak lama kemudian saat Kael kembali, cangkir itu belum berisi kopi sedikitpun. Dilihatnya Maya dengan tatapan heran, Maya hanya terkekeh lalu kemudian bersandar di dinding.

"Kenapa belum kau buat? tanyanya
seraya menyentuh cangkir itu.

"Aku, tidak tau caranya dan jika kubuat pasti rasanya, tidak, akan sama dengan buatanmu," ucap Maya gugup.

Kael terkekeh , membuat gadis itu tersenyum karena malu.

"Coba buat, aku ingin menilai apa yang membuat kopimu tidak enak", tegasnya, dan Maya hanya bisa mengangguk pelan.

Maya mulai mengisi cangkir itu dengan bubuk kopi dan sedikit gula. Kemudian ia menuangkan air panas lalu mengaduknya perlahan-lahan.

"Apa komentar orang-orang ketika mencoba kopimu?" tanyanya tiba-tiba.

Maya mencoba mengingat kembali komentar - komentar Raffa tentang kopinya. Namun, setaunya dan seingat nya Raffa tidak pernah berkomentar, dia hanya memberi nilai pada kopi buatan nya.

"Eh, dia tidak pernah berkomentar," ucapnya polos.
"Tapi?" Tanyanya cepat.
"Memberi nilai," jawabnya singkat.

Kael tersenyum, ia mencicipi kopi buatan Maya.

"Coba kau tanya pada orang itu, apa dia suka sesuatu yang manis?" pinta Kael lalu menghabiskan kopinya.

Maya menatapnya heran segera saja ia mengambil ponselnya dan menelpon Raffa, ia menatap nomor itu dengan gugup. Apa ini yang harus dia lakukan setelah ia bertekad tidak ingin menghubungi pria itu lagi, ia memejamkan matanya lalu menempelkan ponselnya ke telinga.

Cappuccino Story (Jatuh CINTA itu Sederhana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang