16

49 19 1
                                    

Sosok Afrakael  Muhk berdiri di hadapannya dengan membawa gelas kardus, pria itu tersenyum manis di hadapannya dan senyumannya semakin membuat gadis di depannya berdebar-debar. Maya merasa cemas.  Ia memaksa dirinya untuk tersenyum ia tidak menyangka kehadiran Kael sangat memengaruhi nya.

Kael berdeham lalu menatap Maya penuh arti, "apa kau tidak akan membiarkan ku masuk ?"

"B-bukan begitu. A-aku hanya. Tidak. silahkan masuk kalau begitu."
Maya menggeser tubuhnya ke samping dan membiarkan Kael masuk.

Pria itu terus saja berdiri sambil melihat-lihat ke setiap sudut ruangan dengan serius. Apa maksudnya ini !
Maya menutup pintu dan menyilahkannya untuk duduk.

"Duduklah, apa yang sedang kau lihat?" ucap Maya lalu berjalan terus ke arah dapur.

Kael kemudian duduk sebelum akhirnya dia kembali mengikuti Maya ke dapur untuk memberikan gelas kardus yang dibawanya.

"Tiketnya "
Kael menaruh minuman itu di atas meja lalu kembali ke ruang tamu.

Kecanggungan kemudian membunuh segalanya. Maya memutar bola matanya, kalau situasinya seperti ini ia lebih baik bersikap judes di hadapan pria itu ! Maya menyelesaikan sup yang di masakknya kemudian mematikan kompornya.

Ia menuju ruang tamu menghampiri pria itu. Pria itu sedang asik dengan ponselnya.  Maya tersenyum pelan berharap kecanggungan di antara mereka hilang setelah gadis itu membawakannya semangkuk sup ubi. Entahlah ide gila dari mana yang memaksanya untuk memasak makanan itu. Ia dulu pernah membuatkan sup ubi untuk Raffa. Dan pria itu tidak menyukainya.

Maya meletakkan sup itu di atas meja dan menatap Kael yang langsung mematikan ponselnya.

"Apa ini ?" tanya Kael sambil tersenyum.

Maya menelan ludah lalu menjawab, "ibuku menyebutnya sup ubi, ia mendapat resepnya dari temannya yang berasal dari Indonesia."

Maya mengambil sendok dan garpu kemudian mengelapnya dengan tissue.

"Ini."

Maya menyerahkan sendok dan garpu yang dilapnya tadi kepada Kael.

"Kelihatannya, enak."

Maya hanya tersenyum kemudian membantu Kael untuk mencicipinya.

"Sini kemarikan sendoknya!"

Ia merebut sendok yang dipegang Kael.
Kael dengan pasrah menyerahkan nya.

Maya menyendok kuahnya kemudian menyuapinya. "Ini, coba cicipi kuahnya dulu."

Kedua bola mata itu menatapnya dengan tulus. Maya kembali menarik sendok lalu menyibukkan diri dengan menonton televisi.

Kalau memang rasa itu akan kembali ada, kenapa rasa cappuccino pun harus sedikit terasa pahit? Namun anehnya ada sesuatu yang kembali berdebar bersamaan dengan kepahitan yang tertinggal saat cappuccino nya habis. Maya Sania Kadafi menundukkan kepalanya lalu menatap pria yang sedang duduk di sampingnya sambil menikmati semangkok sup ubi buatannya.

Mengingat cara Raffa meminum kopi buatannya. Ia bisa membandingkan cara Kael melahap sup ubi buatannya. Cara mereka berdua berbeda. Raffa meminumnya seperti tidak niat. Sedangkan Kael melahap sup ubinya. Oh Tuhan, mungkin itu Karena Kael lapar. Bahkan sekarang ia tidak pantas membandingkan kedua pria itu dan jika memang dia harus berfikir bahwa Kael menyukainya. Maya akan membiarkan dirinya tenggelam di dalam air Keruh berwana coklat muda.

"Kau bisa melihatku sesukamu!" Kael meletakkan mangkuk ke atas meja dan tersenyum pada gadis itu .

Apalagi yang dilakukan pria ini sekarang ? Maya membelalakkan mata lalu mencubit lengan Kael dengan gemas.

Cappuccino Story (Jatuh CINTA itu Sederhana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang