Kael tersenyum manis melihatnya dari balik pintu, gadis yang memakai topi putih itu tidak membuatnya berpaling, matanya terus memandanginya, tangan yang penuh dengan tepung memberi kesan bahwa dia sedang membuat kue.
Beberapa adonan sudah dimasukkannya kecetakan, perlahan-lahan tangannya membuka oven dan memasukan adonan itu. Tangannya mengatur suhu dan waktu pembakaran , dicucinya tangannya dan mulai tersenyum manis.
Lelaki yang sedari tadi mengintipnya dari balik pintu kini mulai berjalan pelan ke arahnya.
"Hmmm," lelaki itu berdeham. Maya tersentak kaget dan segera berbalik.
Ia tersenyum melihat Kael yang sedang berdiri di hadapannya, "Kael? Bagaimana bisa kau di sini?" tanya gadis itu lalu mengajaknya untuk keluar dari dapur.
"Sedikit punya urusan dengan CEO hotel ini," jawabnya lalu duduk di sofa.
Maya mengeryit, "Alan maksud mu?"
Kael mengangguk pelan dan tersenyum lebar, "aku ingin mengajakmu pergi malam ini," ucap Kael.
Maya terdiam, memikirkan apa yang terjadi jika dia mengiakan ajakan Kael. Apa mungkin, kalau dia pergi Ami akan mengijinkannya?
"Kenapa diam? tidak mau yah? suara itu membuatnya berhenti menerka.
"Eh.. tidak! Maksudku bukannya tidak mau. Apa Ami boleh ikut?" ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Kael terkekeh,"kita pergi berempat, aku, Kau , Alan dan Ami," jelasnya.
Gadis itu merasa lega, dan mulai tersenyum perlahan-lahan ketika Kael menegur tepung yang menempel di wajahnya.
"Baiklah, aku harus segera pulang dan kembali menjadi barista," pamitnya.
Anggukan Maya membuatnya tersenyum, lagi-lagi Maya terlena dengan senyuman itu. Matanya terus memandang pria itu hingga punggungnya tak terlihat lagi, "cappuccino," pekiknya saat ia berbalik, bahunya terangkat dan mulai berjalan ke arah oven.
"Eh. . Kulihat Ada Tuan Afra barusan kemari.. apa dia menemui mu?" tanya salah satu pelayan hotel yang kerap disapanya Cellia.
Maya Mengangguk dan tertawa pelan.
"Ia, dia baru saja kemari. Mengajakku pergi nanti malam," jelas Maya sambil mengeluarkan kue dari cetakan."Kurasa dia menyukai mu," pelayan itu kemudian ke luar setelah mengambil segelas air putih dari dispenser.
Maya yang mendengar perkataannya tiba-tiba terhenti dari aktivitasnya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Membayangkan kalau Kael menyukainya adalah hal yang sangat tidak mungkin.
"Tidak... Kael tidak mungkin", ucapnya lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
***
"Kuantar ketempat Kael? Maya menggeleng dan meneruskan pekerjaannya.
"Bagaimana kalau.... kau pergi ke sana dan memesankanku late," Maya mengeryit memandang Alan dengan kesal.
"Kurasa kau saja yang pergi, dan pesankan aku cappuccino!" Maya tersenyum simpul lalu meninggalkan lelaki itu."Bagaimana bisa kau menyuruh atasanmu?" ucap Alan sambil terkekeh.
Maya mengangkat bahu lalu berjalan ke arah Alan. "Bisalah," ucapnya lalu tersenyum.
Maya berlalu pergi meninggalkannya, dan mengambil segelas air putih.
"Ini saja!" Alan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Di mana Ami mendapatkan orang seperti mu," kekehnya membuat Maya tersenyum malu.
"Di Hongkong," Ami tiba-tiba muncul dari balik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cappuccino Story (Jatuh CINTA itu Sederhana)
RomansaApa yang terjadi jika dua orang yang patah hati bertemu ? Maya Sania Kadafi adalah Chef yang bekerja di salah satu restauran ternama Di Macau. Dan setelah kejadian pahit berlalu. Ia memutuskan untuk pindah ke Philipina . Dan tinggal bersama sahabatn...