13

39 18 0
                                    

Maya baru saja memasang beberapa bunga hiasan di atas kue pernikahan, ia tersenyum kemudian turun dari kursi yang digunakan untuk memanjat.

"Luar biasa, selesai tepat waktu."
Alan memberi nya tepuk tangan, Maya pun tersenyum dan meninggalkan Alan begitu saja.

"Hey, kau mau kemana!"
Maya menatapnya.
"Kenapa? Bukannya sudah selesai?" tanyanya.
"Jangan mengganti pakaianmu, dua puluh menit lagi acaranya akan dimulai, aku mau kau yang memindahkannya ke atas meja,"

Maya kembali berjalan ke
arahnya dengan wajah yang murung.
"Kenapa harus aku?" eluhnya.

Alan melirik tuan Muhk yang baru saja masuk ke dalam dapur.

"Kuenya cantik sekali Alan," ucap Tuan Muhk saat Alan menghampirinya.

"Terima kasih Paman, ini Maya yang membuatnya."
Alan menunjuk Maya yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Maya, kemari sebentar," teriak Alan . Maya pun berjalan ke arah dua orang berjas itu.

"Ini Paman, Maya yang membuat kue ini. "
Maya tersenyum pada lelaki tua itu.

"Kuenya cantik, seperti yang membuatnya," tuan Muhk tersenyum kemudian memegang bahu Maya.

"Terima kasih tuan," ucap Maya kemudian tersenyum juga.

"Emm paman, kupikir kau sedang mencari menantu untuk putramu," ucap Alan

Maya menelan ludah lalu tersenyum malu, Alan benar-benar keterlaluan kali ini, bisa-bisanya dia berkata seperti itu. Ia melihat Tuan Muhk yang tersenyum padanya.

"Aku menyukai nya, semoga saja Maya bisa menjadi menantuku,"ucap tuan Muhk.

Kali ini Maya butuh oksigen yang lebih. Ada apa ini. Dia akan menghabisi Alan setelah pria tua ini pergi.

"Aku permisi dulu, menyapa beberapa tamu di luar,"
Tuan Muhk kemudian keluar dari Dapur.

Maya langsung mencubit lengan pria itu dan memakinya.

"Apa yang kau lakukan Alan, kau membuatku malu!" ucap Maya sambil mencubit Alan.

Alan tertawa, "memangnya kenapa? Itukan ayahnya Kael."

Maya begitu terkejut saat mengetahui bahwa pria tua tadi adalah ayah Kael.
Lagi-lagi Maya bersiap untuk mencubit Alan, tetapi Alan menghindarinya lalu berlari ke arah pintu dan memberi Maya senyuman kemenangan. Maya lalu mendorong kue itu keluar, tunggu! di luar sudah banyak sekali orang, padahal Alan baru saja mengatakan bahwa pesta di mulai dua puluh menit lagi.

Maya terus mendorong kue itu di tengah keramaian, pakaiannya sangat mencolok, bagaimana tidak? hanya dia yang berpakaian koki di tempat ini, di tambah lagi dengan taburan tepung di bajunya dan sedikit cream di wajahnya, tapi tetap cantik.
Ia melirik beberapa tamu yang sedang asik berbincang, namun seketika pandangannya terhenti pada orang yang juga sedang menatapnya.

"Kakak?" gumamnya pelan.

Ia segera berjalan ke arah pria itu.

"Menyenangkan sekali, bisa betemu denganmu tanpa menunggu besok," Rekana memegang pundaknya lalu memeluknya.

"Aku berantakan kakak, kau akan terlihat buruk nantinya."
Maya melepaskan pelukannya.

"Ibu mana? Kau datang bersamanya bukan?" tanya Maya lalu melihat sekeliling.
Karena gedung ini sangat Luas ia tidak bisa melihat ibunya.
"Ibu sedang bertemu dengan teman ayah," ucap Rekana.

"Kakak aku tidak bisa menemanimu lama-lama, aku harus ke dapur lagi mengontrol para chef yang menyiapkan hidangan," ucap Maya tak tega, ia sangat rindu pada orang ini, jarang sekali mereka bertemu.

Cappuccino Story (Jatuh CINTA itu Sederhana)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang