-Line of Destiny-
...
PLAK---
Satu tamparan keras mendarat begitu saja dipipiku. Entah apalagi kali ini, tiba-tiba pria tak berperasaan itu mengangkat tangannya dan menyakitiku. Kali ini, kesalahan apa yang sudah aku perbuat?
"Hinata! Kau tau apa kesalahanmu?"
Debaran didadaku membuncah hebat. Bukan karena perasaan indah, tapi rasa takut. Aku ketakutan ketika mendengar suara dinginnya yang begitu menusuk rongga dadaku.
"G-gomen ne, S-sasuke----"
"Maaf? Kau hanya bisa berkata maaf, huh?!"
Aku terdiam. Pipiku yang berbekas merah sejak tadi aku pegangi. Aku hanya bisa meringis dengan air mata yang mulai mengalir. Menahan isakan, ku harap Sasuke tak mendengar aku menangis.
"Sudah kubilang sejak awal! Jika kau ingin tinggal dirumahku, ikuti peraturanku! Apa kau mengerti, Hi-na-ta?! Kau sudah bosan tinggal disini, huh?!" yang entah karena kesalahan apa, dan ku tak mengerti maksudnya. Dia marah padaku, bahkan sampai menyakitiku. Dan... itu sudah berulang kali dia lakukan sejauh perjalanan ikrar janji yang sempat dia katakan diatas altar. Janji sehidup sematinya, yang ku percayai sejak dulu. Tapi kini aku tau, jika semua itu hanya kebohongan belaka. Jika benar dia mencintaiku, dia takkan pernah menyakitiku.
"Sekarang, apalagi kesalahanku, Sasuke? Belum puaskah kau selama tiga tahun pernikahan kita, kau selalu menyakitiku?!" aku sudah benar-benar lelah dengan semua ini. Ini pertama kalinya diriku melawan ucapan Sasuke setelah sekian lama tameng kesabaranku masih berdiri.
Tiga tahun menikah dan bertahan dengan laki-laki seperti Sasuke bukanlah hal yang mudah. Sasuke selalu mempermasalahkan hal-hal kecil. Dan tidak hanya itu, sifat tempramental yang hidup ditubuhnya, membuat dirinya berani melukai tubuhku. Dia memukulku, menamparku bahkan mungkin suatu saat aku akan dibunuhnya.
Lalu, kenapa aku mau menikah dengannya?
Orang tuanya yang menjodohkanku, karena sejak aku kecil mereka mengurusiku. Anggap saja ini adalah balas budiku karena kebaikan ayah dan ibu mertuaku, bukan kebaikan dari suamiku.
Aku bisa melihat dia membulatkan matanya. Aku yakin sekali dia akan lebih murka karena sikapku. Aku berlari, memasukan diriku kedalam kamarku. Menguncinya sebelum dia berhasil masuk ke dalam.
DOR! DOR! DOR!
Sasuke menggedor pintu kamarku dengan keras. Dan ku dengar dia memekik dari luar.
"Buka pintunya, brengsek!" Dan cemoohan lainnya yang berhasil menumpahkan air mataku.
Aku menangis sejadi-jadinya. Ini sudah keterlaluan. Jika saja ayah dan ibu masih hidup, aku akan mengadu pada mereka. Tapi, waktu telah mentakdirkan dan merenggut mereka dari hidupku. Terkadang, disituasi seperti ini rasanya aku ingin mati saja!
...
BRAK!
Tidak kusangka, wanita yang sudah sah menjadi istriku akan berani melawanku juga. Siapa dia? Hak apa yang dia punya dirumahku?
"Brengsek!" Aku memakinya dan merasakan tanganku mulai mengeluarkan darah segar. Berdarah? Haruskah aku berlumuran darah karena wanita jalang itu?
Siapa peduli. Jika pun aku harus seperti sekarang tapi tak ada yang boleh keluar dari aturanku. Selama Hinata hidup, dia selalu menjadi pemenang atas orang tuaku. Kasih sayang, kebahagiaan, cinta, itu semua dicurahkan hanya padanya.
Lalu, apa yang ku dapat dari kedua orang tuaku?
Tidak ada. Bahkan Aniki-ku, Itachi, malah ikut menyayanginya. Itulah alasan aku sangat membenci wanita itu.
Saat pernikahan kami berlangsung tiga tahun yang lalu, aku merasa menjadi pemenang setelahnya. Awalnya ku kira, Itachi yang akan menikah dengan Hinata, tapi ternyata tidak. Dan disitulah awal permainanku dimulai.
Semua luapan amarahku, kukerahkan agar dia mengerti apa tujuanku. Tapi yang ku ingat, selama itu dia hanya menuruti kemauanku. Dan hingga akhirnya, dia berani berucap melawanku. Khe, berengsek bukan?
Tbc...A/n : Holla, minna-san! Aku bawa fanfic baru nih, untuk pairing SasuHina, NaruSaku, NaruHina dan SasuSaku 😂😂😂 . Aku pengen deh bikin fanfict yang mungkin long chapter, walau bakal ngebosenin #bhahahaks
So, don't forget to leawe your vote and comment, guys! Give me a positive comment, ok?! 😄See ya,
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 7 ] Line of Destiny [ Completed ]
FanfictionGaris takdir? Bagaimana jika garis takdir yang mereka yakini terputus? Garis takdir yang membetuk baru hingga menjadi silang. Pertemuan tidak sengaja telah membuat hidup kelam mereka berubah. "Jangan tinggalkan aku," "Tapi... tapi---" ... "Siapa kau...