L O D : Five

1.4K 112 9
                                    

-Line of Destiny-

"Kaa-san, aku berkata benar. Dia tak pulang sejak tadi malam."

"……"

"Aku juga sangat mengkhawatirkannya, Kaa-san. Ponselnya tidak aktif saat ku hubungi."

"……"

"Uhm, baiklah. Ku harap juga begitu. Arigatou, Kaa-san."

Tututut----

Sial! Kemana dia?

Tak biasanya dia seperti ini. Apa mungkin dia marah karena kemarin malam aku menyuruhnya untuk tidur diluar? Dan… bahkan ibu mertuaku juga bilang, semalam Naruto datang ke rumahnya.

Aku menghela nafas dengan kasar. Sungguh aneh. Ini pertama kalinya Naruto bersikap seperti itu padaku. Apakah dia sudah tau alasanku selama ini?

"Tidak!" Pokoknya dia tidak boleh tau!

KRING----

Ponselku kembali berdering. Buru-buru ku ambil dan melihat siapa yang menelponku.

"Toneri?" Untuk apa dia menelponku?

Jujur, aku malas mengangkat telpon darinya. Tapi aku juga penasaran, ada apa sebenarnya.

Saat aku hampir menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilannya, tiba-tiba saja bunyi dering diponselku mati. Apa aku terlalu lama berfikir?

"Benar-benar, Shannaro!" Aku mengumpat keras.

TRING---

Satu pesan masuk!

.

From : Toneri
Subject : -

Kenapa tak menjawab telponku? Aku memiliki berita tentang suamimu.

.

"What the Fuck?!"

Aku membuka mataku yang terasa berat, menampilkan iris amethyst-ku
dari terbukanya kelopak mata. Ruangan serba putih, ini seperti di ruang rawat. Tepatnya, seperti di Rumah Sakit.

"Uhh---" kepalaku terasa pusing saat akan mencoba untuk bangun. Batinku bertanya-tanya, sejak kapan aku ada disini? Bagaimana aku bisa sampai kesini?

Aku masih ingat, semalam aku menunggu hujan reda di halte. Dan setelah itu, aku tak mengingat apa-apa. Aku bersyukur, mungkin ada seseorang yang berbaik hati telah menolongku.

"Nghh--" seseorang melenguh keras di samping ranjangku. Khas suara bangun tidur. Saat aku melirik ke arahnya…

"KYAAAA! Siapa kau?!" Aku memberontak saat mataku melihat seorang pria. Aku memukulinya secara spontan, yang aku baru ingat jika tanganku masih dihiasi dengan selang-selang infus.

Dia memekik nyaring, "Gomenasai, dattebayo!! Sudah cukup, berhenti memukuliku!"

"Sedang apa kau disini! Dasar pria mesum!"

"Kau salah faham, dattebayo!"

"Pergi----"

BRUGH----

Pria itu terjatuh karena aku dorong. Oh, astaga, aku terlalu kasar padanya. Aku langsung bangkit dari posisi tidurku, memastikan jika dia baik-baik saja. Mataku melebar ketika dia meringis kesakitan.

"Uh--- kau galak sekali, dattebayo!" Dia menggerutu lucu sambil mengusap pantatnya. Aku terkekeh pelan. Apa aku jahat karena mentertawakannya? Oh, ayolah, dia lucu sekali. Wajahnya menggelikan jika kau melihatnya.

"Maafkan aku, Tuan." Aku menjeda ucapanku dan mencoba meredakan tawaku yang hampir pecah, "Ku pikir kau orang jahat. Sekali lagi maafkan aku."

Pria itu masih betah duduk dilantai, dan bahkan ikut terkekeh karena melihatku kegelian, "Tak apa. Salahku juga tertidur disampingmu. Aku yakin kau terkejut karenaku." Dia menggaruk tengkuknya.

"Baiklah. Nah, kali ini, apa kau masih mau terduduk disana?"

Spontan, dia langsung berdiri. Menampilkan deretan giginya padaku dengan sedikit rona merah diwajahnya. Pria ini manis juga.

"Anoo, bagaimana keadaanmu, Nona? Apa masih ada yang sakit? Mau ku panggilkan dokter?"

Aku mengibaskan tanganku, "Tidak perlu. Aku sudah lebih baik sekarang. Dan, arigatou, sudah mau menolongku." Aku tersenyum padanya.

"Ti-tidak. Aku hanya tak sengaja melihatmu di halte tadi malam." Dia kembali duduk di samping ranjangku, dan kembali berkata, "Oh iya, ngomong-ngomong, siapa namamu?"

"Ah, aku U----" tidak. Aku tidak mungkin memperkenalkan diriku sebagai Uchiha. Tekadku sudah bulat, aku akan melupakan jika aku pernah menjadi istri seorang seperti Sasuke. Secepat mungkin, aku harus pergi dari kota ini. Mengubur dalam-dalam kelamnya masalalu, membuka lembaran baru dengan kisahku yang baru.

"Nona?"

Dia memanggilku, menyadarkanku dari lamunan yang sama sekali tak penting. Aku menautkan kedua telunjukku di depan dada, mengontrol rasa gugupku.

"Panggil saja aku Hinata," Aku mengulurkan tangan kananku.

Pria tadi menjabat tanganku, "Ah, salam kenal, Hinata-san. Aku Namikaze Naruto, panggil saja Naruto, dattebayo!"

"Senang bertemu denganmu, Naruto-san!"


Tbc…

A/n : Bagaimana menurut kalian tentang chap ini? Mengecewakankah? 😅😅😅 Gomen ne, aku masih belajar loh, mohon dimaklum.
Dan aku minta kasih komentar yang bukan hanya memuji dan minta di next, berikan komentar yang membangun, bisa mengoreksi dimana letak kesalahan fanfict ini. Dan, jangan memberi komentar yang pedes juga, kalo cuman bisa ngebully mending coba deh bikin fanfict kalian sendiri, sulit loh mikirin hal kaya gini 😊
Arigatou gozaimasu sudah mengikuti karyaku sampai sini 😘😘

See ya,

[ 7 ] Line of Destiny [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang