-Line of Destiny-
...
Apa ini? Perasaanku semakin saja tertarik walaupun ku tau dirinya bersama yang lain. Inikah yang dinamakan takdir?
...
"Tenten, kau butuh yang lain?"
"Iie, ku rasa ini sudah cukup. Lebih baik kita pulang----"
"Keparat kau! Brengsek!"
BUAGH----
Hantaman dari tangan pria berkulit tan itu melayang, tepat pada perut Neji. Tenten, dan para pengunjung mall lainnya shock berat. Siapa pria itu? Berani-beraninya dia memukuli Neji tanpa sebab.
Neji yang memang tanpa persiapan, terpental jauh ke belakang. Tonjokkan si pria itu benar-benar membuat perutnya mual, dan sedikit memuncratkan darah segar dari mulut Neji.
Dia mendekat ke arah Neji, menarik kasar kerah bajunya. "Berani-beraninya kau mengkhianati Hinata!"
Hinata? Maksudnya, wanita berambut indigo itu?
Oh, akhirnya Neji paham mengapa si pria ini tiba-tiba saja menghajarnya. Jadi, alasannya karena Hinata, ya?
Mendengar pekikan pria itu, Neji malah terkekeh, seolah meremehkan maksud si pria."Berhenti tertawa, atau aku akan membunuhmu!" si pria mengguncang tubuh Neji yang terlihat lemah, tapi nampaknya Neji tak peduli akan hal itu.
"Hei!" Tenten langsung datang, menarik bahu si pria sekuat tenaga.
PLAKK----
Tamparan mulus berhasil didapat si pria dari tangan Tenten, lalu berkata, "Siapa kau, huh? Berani-beraninya kau menghajar tunanganku!"
Deg.
Tunangan katanya? Si pria mulai merasa bingung. Neji adalah suami Hinata, lantas, gadis ini mengaku sebagai tunangan Neji. Sandiwara apa yang sedang mereka lakukan?
Neji berdiri tertatih-tatih, mencoba mendekat dan melerai perdebatan antara Tenten dan si pria itu.
"Naruto." Neji mendorong bahu pria yang disebut sebagai Naruto dengan lagak seperti orang mabuk. Sebenarnya bukan mabuk, tubuh Neji begitu lemah karena ulah Naruto.
"Ini adalah calon istriku, namanya Tenten." sebuah seringaian licik terpatri di wajah pria tampan itu.
"A-apa?! Bukankah istrimu---"
"Hinata, hm? Dia adik sepupuku."
Mata Naruto melebar. Fakta macam apa ini? Adik sepupu? Hinata dan Neji? Bukannya Hinata tak memiliki keluarga selain orang bernama Uchiha Sasuke itu?
Entah mengapa, tiba-tiba saja tubuh Naruto bergetar. Dirinya seolah ketakutan, jika itu memang kebenaran yang nyata. Malu, kelakuannya ini sungguh memalukan.
"K-kau, jangan bercanda, Neji!" Naruto tak percaya dengan ucapan si brengsek itu. Dia menepis jauh-jauh. Jika memang Neji adalah kakak sepupu Hinata, lalu mengapa mereka begitu mesra? Pikirannya berputar-putar, banyak pertanyaan yang tak mungkin dijawab seketika oleh Neji.
"Aku ini tunangannya, baka! Lagipula, kau ini siapa? Neji belum menikah, paham?!" Tenten begitu gereget pada Naruto, sampai-sampai dirinya ingin memukuli pria pirang itu.
"Sudahlah, lebih baik kita pulang."
Dan saat Neji akan beranjak, pria berambut panjang itu tiba-tiba saja jatuh terhuyung dan tak sadarkan diri.
"Neji!"
...
Aku terduduk diruang tunggu rumah sakit. Neji, dia masuk rumah sakit karena pukulanku yang tadi. Kejadian yang memalukan untuk diingat. Aku benar-benar tak merasa memiliki akal sehat ketika bersangkutan dengan Hinata.
Apakah benar aku mencintai wanita itu? Apakah dia akan memberiku kesempatan setelah kehidupan kelamnya dimasalalu?
Fakta yang kudapati kali ini, dia masih single. Aku hanya salah paham karena kedekatannya dengan Neji. Aku memang bodoh, ya?
"Tenten-san, maafkan atas kebodohanku." Aku berucap penyesalan, atas insiden di mall tadi. Rasanya begitu malu, apalagi ada sosok pria paruh baya disini. Kudengar, Tenten memanggilnnya 'Ayah', mungkin itu ayah Neji. Mereka mirip.
"Aku takkan memaafkanmu, kalau Neji sampai kenapa-kenapa!"
"Sudahlah, tidak baik bersikap begitu."
Aku menunduk. Tenten memang benar, aku tidak pantas untuk dimaafkan. Neji begini karena ulahku. Kalau dia sampai kenapa-kenapa, itu adalah kesalahanku.
"Namimaze-san, kau tak perlu memikirkan keadaan Neji. Dia akan baik-baik saja." Pria paruh baya itu menepuk bahuku. Wajah tegasnya terlihat tegar, tak ada raut kekhawatiran sebagaimana kebanyakan orang tua terhadap anaknya.
Aku terus berkata maaf, walaupun ku tau bahwa maaf tak akan mengubah keadaan. Penyesalan itu tak ada artinya. Yang berarti, setelah melakukan kesalahan adalah bertanggung jawab dan merubah apapun yang akan menimbulkan masalah yang sama.
"Jadi, kau adalah teman Hinata saat di Konoha?"
Aku terhenyak. Bagaimana bisa beliau tau? Apakah Hinata menceritakan tentangku pada paman ini?
"Ah, iya. Aku teman Hinata." Sedikit canggung, sampai-sampai tanganku refleks menggaruk tengkuk. Kebiasaan yang kurang baik, sebenarnya.
"Uhm, pantas saja dia masih betah menyendiri." Paman itu pun tersenyum singkat, lalu berkata kembali, "Kau bisa memanggilku Hizashi. Aku adalah paman dari Hinata." mengulurkan tangannya, yang langsung aku sambut.
Suasana terasa menghangat karena obrolan kecil yang paman Hizashi ciptakan. Rasa canggung dan bersalahku sesaat meluruh.
"Senang bertemu dengan Anda." Aku tersenyum.
"Tidak perlu seformal itu padaku."
"Ah, baiklah Hizashi-san."
Kami pun bercakap-cakap. Sesekali terdengar kekehan dari bibir kami, walaupun kami tau ini bukanlah waktu yang tepat untuk tersenyum. Bahkan Tenten juga tampak tak begitu menyukai diriku. Baiklah, sekali lagi aku merasa bersalah.
"Omong-omong soal Hinata, dia banyak bercerita tentang dirimu padaku dan Neji. Tapi, hanya pada Neji, Hinata terbuka."
"Benarkah?" Aku penasaran ingin mendengar apa saja yang Hinata ceritakan tentangku pada paman dan sepupunya itu. Apakah tentang perasaannya, ataukah hal lain?
"Katanya----"
"Ji-san, Tenten-san! Bagaimana keadaan----"
"N-naruto?"
"H-hinata..."
Tbc...
A/n : maaf ya ini baru up 😀😀 oh ya, aku posting ff baru, judulnya "In my Heart" .. pairing NaruHina dan ItaHina. Mungkin akan OOC 😂😂 ini untuk cover nya.. bisa di cek langsung di profilku ya 😘😘
See ya,
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 7 ] Line of Destiny [ Completed ]
FanfictionGaris takdir? Bagaimana jika garis takdir yang mereka yakini terputus? Garis takdir yang membetuk baru hingga menjadi silang. Pertemuan tidak sengaja telah membuat hidup kelam mereka berubah. "Jangan tinggalkan aku," "Tapi... tapi---" ... "Siapa kau...