-Line of Destiny-
…
"Tuan Fugaku. Keadaan Nyonya Mikoto saat ini sangatlah kritis. Kanker yang bersarang pada rahimnya akan menyebar pesat jika terus dibiarkan."
"Bagaimana keadaan kandungannya, Dokter! Lakukan apapun agar istri saya bisa sembuh!!"
"Maafkan saya. Janin yang Nyonya Mikoto kandung tidak dapat terselamatkan. Tetapi, ada satu cara yang mungkin berhasil untuk menyembuhkan istri Anda."
"Lakukan saja, Dokter!! Selamatkan istri saya!!"
"Baiklah, Tuan Fugaku. Kalau begitu, saya akan lakukan operasi pengangkatan rahim istri Anda. Tolong tandatangani surat persetujuan ini."
Tersenyum tipis. Pria paruh baya itu merasakan detak jantungnya sedikit sesak. Ketika ingatan pahit tempo dulu berulang lagi diotaknya, dia hanya mampu tersenyum.
Memang tak ada yang bisa disalahkan, takdir adalah ketentuan yang Tuhan tuliskan untuk para manusia. Perjalanannya sulit ditebak. Tanpa dugaan yang tepat, semuanya terjadi. Terkadang takdir pahit dan menyakitkan Dia tuliskan untuk melatih sejauh mana kita bersabar. Terkadang pula, Dia memberikan kebahagiaan untuk menilai sejauh mana manusia bisa tetap mengingat-Nya.
Mengenang bahwa sang istri tercinta tidak bisa hamil lagi merupakan hal yang sangat menyayat hatinya. Keinginan untuk memiliki seorang anak perempuan, mungkin harus diurung sejak saat itu. Tetapi, bukan berarti ia tak menyayangi kedua anaknya. Tetap saja, dia selalu membanggakan mereka berdua.
"Tou-chan, apakah itu artinya aku tidak akan memiliki adik lagi?"
"Sasuke, Kaa-chan pasti akan memberimu adik suatu hari nanti."
Dan benar. Ketika suatu tragedi menyedihkan terjadi, keluarga kecil Uchiha mendapat hadiah membahagiakan. Sosok anak perempuan berusia 5 tahunan hadir dikeluarganya. Meskipun anak itu bukanlah anak kandung mereka, mereka sudah menyayanginya lebih dari anak mereka sendiri.
"Ku titipkan Hinata padamu, Fugaku-san. Sayangi dia dan jagalah sepenuh hati."
"Hiashi, amanatmu akan selalu ku ingat. Kami akan menjaga Hinata."
…
"Souka?!"
"Sasuke-chan yang mengatakannya, Tou-san."
Terdiam. Penjelasan Itachi membuat sang ayah diam sesaat. Tetapi, apakah mungkin seseorang sebaik Hinata akan melakukan hal serendah itu?
Sejak kecil, Hinata sudah masuk dalam kehidupan mewahnya keluarga Uchiha. Dan bahkan, kedewasaannya tumbuh diusia yang masih muda. Hinata memang tau diri. Dia bukan siapa-siapa dikeluarga ini. Tak ada ikatan yang pantas untuknya.
Keluarga ini memperlakukannya dengan baik. Bahkan terlalu baik. Hinata selalu diutamakan. Dia selalu menjadi nomor satu bagi kedua orang tua angkat dan kakak tirinya. Tapi, berbeda dengan Sasuke. Dia benci Hinata. Karenanya, Sasuke memiliki saingan dalam rumahnya sendiri.
Untuk itulah, semakin Hinata hidup dikeluarganya, semakin dalam dendamnya. Hanya karena kalah bersaing, Sasuke berulang kali hampir mencelakai Hinata.
"Beri aku penjelasan yang masuk akal."
Tatapan dingin sang ayah yang menusuk, membuat Itachi terdiam. Sasuke bersikap acuh. Penjelasan apa lagi yang ayahnya cari? Bukannya sudah jelas, Hinata berselingkuh dengan pria lain.
"Sudah ku bilang, aku melihat Hinata keluar dari rumah sakit dengan seorang pria."
"Mengapa dia masuk rumah sakit? Apa dia sakit?"
"Hn, tidak."
Berfikir keras. Sasuke tidak mungkin menceritakan bahwa Hinata kabur dari rumah. Tak mungkin, dia menceritakan bahwa alasannya karena dirinya sendiri. Dia tau, Fugaku sangat menyayangi Hinata lebih dari siapapun. Lalu, cara mana yang dia ambil agar ayahnya bisa membenci Hinata?
"Hinata pasti memiliki alasan."
Berdecak. Sasuke merasa kesal karena sang ayah malah semakin membela Hinata.
"Tsk. Selalu saja dia!" Sasuke sudah merasa geram. Sang ayah mengerutkan dahinya. Bingung, tidak biasanya Sasuke seperti ini.
"Apa maksudmu, Sasuke-chan? Dia? Maksudmu istrimu?" tanya Itachi.
"Jangan sebut dia sebagai istriku!" Pekik Sasuke.
Sang ayah langsung berdiri, menatap Sasuke dengan tajam. "Apa yang kau katakan, Sasuke?! Kau sudah tidak menganggapnya lagi, huh?!"
"Selalu saja dia." Sasuke beranjak pergi. Amarahnya meluap hebat. Jikapun dia berkata, ayah atau kakaknya tidak akan pernah membela. Ya, memang sejak kecil Hinata yang selalu mereka bela, bukan?
Saat jemari Sasuke hampir meraih gagang pintu, Itachi menahan bahunya.
"Kita belum selesai bicara! Kau mau kemana, Sasuke?!"
Sasuke menghela nafas, mengontrol pernafasannya yang sejak tadi terasa sesak. Tanpa berbalik dan terus menghadap pintu, dia berkata, "Bukannya sudah ku katakan, selalu saja dia? Untuk apa kita bahas lagi masalah ini. Kalian masih saja membela dirinya yang jelas-jelas salah! Sejak kecil, dia selalu menjadi yang utama dimata Tou-san atau pun Kaa-san. Bahkan kau juga lebih menyayangi dia daripada adiknya sendiri. Jadi, siapa yang sebenarnya menjadi anak angkat di rumah ini? Dia, atau aku?!"
Hening. Penuturan Sasuke yang panjang lebar membuat mulut mereka bungkam. Tak ada satu katapun yang berani membantah ucapan Sasuke. Dan ya, itu semua benar.
Perlahan-lahan pegangan tangan Itachi pada bahu Sasuke melonggar. Itachi menarik tangannya ragu. Hatinya berteriak dan bertanya, benarkah Sasuke merasakan hal seperti itu selama ini?
"Maafkan kami, Sasuke."
Sasuke menunduk lemah. Kata maaf tidaklah cukup untuk meluruskan dendam yang hidup dihatinya. Sudah terlalu lama, bahkan sangat lama. Dan semakin lama, rasanya semakin dalam. Akan sulit untuk melupakan semua hal itu. Akan sangat sulit.
"Semua sudah terjadi." Sasuke membuka pintu lalu beranjak keluar tanpa pamit.
Itachi dan Fugaku hanya menatap kepergian Sasuke. Semuanya memang sudah terjadi, jadi untuk apa disesali?
Tak ada hal yang semestinya disesali walau hanya satu detikpun terlewat. Yang telah terjadi, terjadilah. Yang berlalu, biarlah menjadi masalalu. Masalalu hanya proses. Seperti halnya manusia. Dari mulai mereka hidup dalam kandungan seorang ibu, lahir ke dunia sebagai bayi. Mereka tumbuh ke berbagai tahapan sampai akhirnya dewasa dan menua. Itulah hal yang seharusnya diingat, semua proses itu tidak akan bisa diulang dua kali. Kehidupan selanjutnya hanya butuh diperbaiki. Memperbaiki menjadi lebih baik, agar kesalahan dimasalalu tidak terulang lagi.
Tbc…A/n : Chapter ini agak gak nyambung ya 😂😂 tapi maksudnya ini menceritakan asal usul kenapa kedua ortu Sasuke bisa lebih sayang pada Hinata. Maaf ya kalo feel nya kurang sreg.. sebenarnya lagi buntu ide.
Hm, barangkali ada yang mau bikin masukan buat chap selanjutnya? Sok.. dikoment aja 😘😘See ya,
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 7 ] Line of Destiny [ Completed ]
Fiksi PenggemarGaris takdir? Bagaimana jika garis takdir yang mereka yakini terputus? Garis takdir yang membetuk baru hingga menjadi silang. Pertemuan tidak sengaja telah membuat hidup kelam mereka berubah. "Jangan tinggalkan aku," "Tapi... tapi---" ... "Siapa kau...