-Line of Destiny-
...
Hidup ini rumit. Sesaat ku nikmati setetes kebahagiaan, dibaliknya seribu pedang siap menancap. Takdir. Takdir bermain begitu lihainya. Takdir mempermainkan hidupku.
Tuhan, mengapa takdir ini belum juga berakhir?
...
PYAAAR---
Saat aku akan meminum segelas air, tiba-tiba gelas itu terjatuh dan pecah. Perasaanku dilanda kegelisahan tak jelas. Ada apa ini? Aku merasa tak enak hati.
"Naru-chan, kau kenapa? Kau baik-baik saja, dattebane?" Ibu menghampiriku, membuat aku tersadar. Aku kenapa? Beliau bertanya, yang aku pun tak paham kenapa dengan diriku.
"Ya, Kaa-san. Aku baik-baik saja."
Semua tamu undangan, kembali ke aktivitas masing-masing. Beberapa saat yang lalu, mereka cukup terkejut. Syukurlah, aku tak merusak suasana.
"Aku akan membersihkannya."
"Tidak perlu, Namikaze-san. Biarkan pihak kami yang mengurusnya." Paman Hizashi datang, bersama seorang pelayan disampingnya. Aku jadi merasa malu, karena sudah merepotkan dan menganggu keberlangsungan acara pernikahan putra sematawayangnya.
Tapi, mengapa hatiku tetap saja risau?
"Hyuuga-san, saya mohon maaf karena ulah Naruto."
Paman Hizashi tersenyum mendengar ucapan Ibu, seraya berkata, "Itu bukan apa-apa. Jangan dipikirkan. Kecelakaan seperti itu sangat wajar terjadi."
Dan benar. Aku yakin itu sebuah kecelakaan karena aku teledor. Perasaan tidak enak ini, pasti akan hilang. Ini bukan apa-apa. Tidak akan membawa dampak buruk.
"Saya minta maaf, Hizashi-san."
"Namikaze-san, tidak perlu berkata begitu."
Aku beruntung, Hinata memiliki paman yang baik dan menyenangkan. Beliau begitu ramah dari sejak pertama bertemu. Neji juga sedikit demi sedikit berubah, meskipun terkadang sikap protektifnya masih terlihat. Ya, Hinata beruntung sekali memiliki keluarga yang menyayanginya.
Ah, aku baru sadar. Hinata belum juga kembali dari toilet sejak tadi. Mungkin, lebih baik jika aku menyusulnya.
"Kaa-san, Tou-san, Hizashi-san... saya----"
"Naruto!"
Deg!
Jantungku berpacu cepat dan sesak. Suara itu, suara itu begitu tak asing ditelingaku. Aku melirik, melihat kearah orang yang berteriak memanggilku. Dan, betapa terkejutnya aku. Dia...
"Naruto, mengapa dia ada disini?"
"Apakah kau mengundangnya juga, dattebane?!"
"Namikaze-san, kau mengenal wanita itu?"
Tiga pertanyaan itu sangat menyulitkanku. Aku benar-benar tidak mengerti, drama apa yang sedang terjadi. Dia disini? Aku juga tidak tau.
"Naruto! I-ini gawat!" Dia berteriak-teriak sembari mendekat ke arahku. Dibelakangnya, ada sesosok pria yang tidak kuketahui. Tapi, rasanya aku pernah melihat pria itu.
"Jangan dekati Naruto!" Cegah Ibuku.
Aku sudah yakin, Ibu sangat marah besar karena insiden beberapa tahun yang lalu. Ayahku juga terlihat kebingungan, sementara Paman Hizashi juga menampilkan raut pertanyaan padaku. Sungguh, aku tak ingin ini menjadi awal kehancuran hubunganku bersama Hinata. Kumohon, aku benar-benar tidak tau ini akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ 7 ] Line of Destiny [ Completed ]
FanficGaris takdir? Bagaimana jika garis takdir yang mereka yakini terputus? Garis takdir yang membetuk baru hingga menjadi silang. Pertemuan tidak sengaja telah membuat hidup kelam mereka berubah. "Jangan tinggalkan aku," "Tapi... tapi---" ... "Siapa kau...