Chapter 3

40 7 0
                                    

Hari ini SMA Negeri 2 Pandan-Banyuwangi benar-benar disibukkan untuk acara festival besok. Setiap kelas sibuk menata kedai mereka masing-masing. Pantas saja kami harus mempersiapkan acara sebaik mungkin, karena festival ini dinantikan oleh banyak orang. Bahkan beberapa tahun ini para wisatawan asing juga tertarik dengan festival kami. Liputan di media massa? Tentu saja.

Siang hari kedai kami sudah hampir jadi. Hanya tinggal mengisi masing-masing box dengan perlengkapan seperti dalam format. Lian memperkirakan ini tidak akan selesai sampai larut malam seperti kedai-kedai lain.

Aku melihat seorang siswa yang sedari tadi mondar mandir di depan kedai kelas 2A. Sepertinya dia kakak kelas jika dilihat dari warna tali sepatunya.

Benar saja, ketika jam makan siang usai, kelas kami mendapat sebuah musibah.

"Tadi aku menaruh semua kameranya disini." Ujar Salwa yang bertanggung jawab dalam hal peralatan sambil diikuti isak tangis. Aku juga melihat bahwa kamera-kamera itu tadi berada di dalam kardus di dekat box nomor 3. Setelah Salwa menaruh kamera itu, aku melihat kakak kelas yang aku maksud tadi. Dia memang tampak misterius dengan menggunakan hoodie-nya dan kacamata hitam.

Sialnya lagi, dia memang sengaja mengambik kamera milik Rafa. Kamera keluaran bulan ini yang begitu canggih. Lian mencoba menenangkan Salwa. Beberapa murid lain mencoba melaporkan hal tersebut ke pihak OSIS dan sekolah.

Andi yang mendengar kabar itu langsung pergi menemui Lian. Ia bertanya, apakah ada orang selain anggota kelas selama pendirian kedai? Lian menjawab tidak. Karena yang hilang adalah kamera sahabatku, akhirnya aku menceritakan apa yang aku lihat sebelum kejadian. Kemudian mereka mulai mencari pelakunya.

Lian mencoba berkata kepada Rafa bahwa kamera itu akan segera ditemukan. Pencurinya masih amatir. Pihak sekolah saja sudah cukup untuk menemukan kamera mahal itu. Andaipun yang mencuri sudah berpengalaman, pasti Lian sudah bertindak, tidak hanya santai seperti ini dari tadi, pikirku. Rafa percaya sepenuhnya dengan yang dikatakan Lian. Karena selama ini Lian tidak pernah mengatakan sesuatu yang bohong.

Persis dugaan Lian. Dalam kurun waktu 2 jam, pihak sekolah sudah menemukan pencurinya. Motifnya untuk melakukan hal itu karena takut akan gagal dalam persaingan banyaknya pelanggan yang datang. Si pencuri yakin bahwa kali ini kelas kami akan menjadi the best stand, sehingga ia harus menyingkirkan sesuatu yang dianggap paling penting di kedai kami.

Permasalahan telah selesai. Kedai foto box juga sudah jadi. Souvenir seperti sticker dan permen juga sudah rampung. Waktunya untuk mengambil dresscode kelas, pikirku kegirangan.

Rafa memberanikan diri meminta izin kepada Andi untuk mengantarkanku dan Lian mengambil baju. Sudahlah, apapun yang berhubungan dengan Lian akan mendapat izin dengan mudah. Selama dia bukan saingan Andi untuk mendapatkan Lian.

To be continued ...

39 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang